Liputan6.com, Jakarta Wacana menjadikan Bitcoin sebagai salah satu aset cadangan nasional kembali mencuat. Fenomena ini tidak lepas dari tren global, di mana beberapa negara, seperti El Salvador, telah mengadopsi Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang. Amerika Serikat juga mulai mengusulkan integrasi Bitcoin ke cadangan nasional.
Dengan jumlah pengguna kripto di Indonesia yang mencapai 15,85 juta dan nilai transaksi menembus Rp 224,11 triliun hingga pertengahan 2025, peluang untuk mengkaji opsi serupa dinilai terbuka.
Tanggapan Pelaku Industri
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menyebut momen ini sebagai kesempatan strategis yang layak dikaji serius.
“Potensi Bitcoin sebagai bagian dari aset negara memang menjanjikan, terutama jika dilihat dari sifatnya yang desentralistik dan tahan inflasi. Namun, hal ini bukan keputusan yang bisa diambil dalam semalam. Diperlukan studi jangka panjang, pendekatan data-driven, serta keterlibatan lintas sektor agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya progresif, tetapi juga akuntabel,” ujar Antony dikutip dari Antara, Senin (11/8/2025).
Ia menekankan pentingnya sinergi antara pelaku industri, otoritas pengawas, dan lembaga pengelola kekayaan negara, seperti BPI Danantara, agar kajian kebijakan dapat berjalan terbuka dan adaptif.
Cadangan Nasional dan Potensi Diversifikasi
Cadangan nasional, yang kerap disamakan dengan cadangan devisa, umumnya terdiri dari valuta asing, surat utang luar negeri, dan emas. Namun, perkembangan global memunculkan wacana untuk memasukkan aset digital seperti Bitcoin.
Karakteristik fundamental Bitcoin , desentralisasi, ketahanan terhadap inflasi, dan independensi dari otoritas tertentu, dinilai dapat melengkapi portofolio cadangan konvensional. Meski begitu, para pelaku industri menegaskan bahwa semua langkah harus dikaji secara komprehensif dan inklusif demi stabilitas ekonomi jangka panjang.
El Salvador Siap Luncurkan Bank Bitcoin Pertama di Dunia
Sebelumnya, El Salvador kembali mencetak sejarah di dunia kripto. Setelah menjadi negara pertama yang melegalkan Bitcoin pada 2021, kini pemerintahan Presiden Nayib Bukele berencana meluncurkan bank Bitcoin pertama di dunia.
Langkah ini dinilai berpotensi mengubah cara negara-negara melihat dan mengelola sistem keuangan digital.
DIkutip dari coinmarketcap, Sabtu (9/8/2025), Bank Bitcoin tersebut akan beroperasi sepenuhnya menggunakan BTC, menyediakan berbagai layanan seperti rekening tabungan Bitcoin, pinjaman berbasis BTC, hingga pembayaran kripto yang lancar.
Seluruh layanan ini akan diatur dan didukung oleh pemerintah, memberikan jaminan regulasi yang jelas bagi pengguna.
Dorong Inklusi Keuangan
Salah satu misi utama dari proyek ini adalah memperluas akses keuangan bagi masyarakat. Saat ini, banyak warga El Salvador yang belum memiliki rekening bank karena keterbatasan akses ke sistem keuangan tradisional. Dengan bank Bitcoin, warga cukup memiliki ponsel pintar dan koneksi internet untuk mengelola keuangan mereka.
Model ini diharapkan dapat memangkas biaya transaksi, mengurangi ketergantungan pada perantara, sekaligus memberdayakan wirausahawan lokal dan pelaku usaha kecil. Pemerintah juga optimistis langkah ini akan menarik investasi asing serta perusahaan rintisan kripto untuk beroperasi di El Salvador, memperkuat posisinya sebagai pusat Bitcoin global.
Sorotan Dunia
Rencana ini menjadi perhatian komunitas internasional. Banyak pihak menilai, keberhasilan bank Bitcoin di El Salvador bisa menjadi acuan bagi negara berkembang lain untuk mengintegrasikan mata uang digital ke dalam sistem keuangan resmi.
Langkah ini juga menjadi sinyal bahwa kripto tak lagi hanya instrumen investasi, tetapi dapat menjadi bagian dari infrastruktur keuangan nasional. Bagaimana bank ini akan beroperasi dan seberapa besar dampaknya terhadap perekonomian masih akan menjadi sorotan dunia.
Seiring El Salvador terus memimpin dalam adopsi Bitcoin, dunia menunggu bagaimana eksperimen ambisius ini akan membentuk masa depan perbankan dan keuangan global.
El Salvador Geser Korea Utara jadi Negara Pemegang Bitcoin Terbesar ke-4 di Dunia
El Salvador telah menggeser Korea Utara dalam kepemilikan Bitcoin terbanyak di dunia.
Melansir News.bitcoin.com, Selasa (27/5/2025) penggeseran terjadi setelah jaringan kriminal internet asal Korea Utara, Lazarus Group melikuidasi sekitar 1.938 BTC, sehingga kehilangan nilai lebih dari USD 212 juta atau Rp3,4 triliun.
Dua pekan sebelumnya, Lazarus Group sempat menyimpan 7.813 Bitcoin yang saat itu bernilai USD 856 juta (Rp13,9 triliun).
Sebagai hasil dari pengurangan ini, El Salvador sekarang mengungguli Korea Utara, mengklaim gelar pemegang bitcoin terbesar keempat di dunia.
Pada saat penulisan, Lazarus Group Korea Utara memegang 5.875 BTC, yang sekarang bernilai USD 645 juta (Rp10,4 triliun) setelah divestasi 1.938 BTC sejak 12 Mei 2025.
Berkat penjualan terbaru Korea Utara, El Salvador naik ke posisi keempat dengan 6.188 BTC, yang berjumlah total USD 678,55 juta (Rp11 triliun).
Pergeseran ini menempatkan Korea Utara ke posisi kelima di antara negara-negara berdasarkan cadangan Bitcoin, menurut data onchain Arkham Intelligence.