Liputan6.com, Jakarta - Kelompok peretas anti-Iran mengumumkan serangan terhadap salah satu bursa kripto terbesar di Iran pada Rabu, 18 Juni 2026.
Peristiwa tersebut terjadi di tengah ketegangan militer antara Iran dan Israel yang mengejutkan kawasan Timur Tengah. Melansir Channel News Asia, Sabtu (21/6/2025) peretas mengklaim telah menghancurkan bursa kripto Nobitex asal Iran dengan kerugian yang mencapai USD 90 juta atau Rp 1,47 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.401)
Peretas juga mengancam akan mengungkap kode sumber platform tersebut. Sebuah kelompok peretas yang dikenal sebagai Gonjeshke Darande, atau "Burung Pipit Predator," mengklaim serangan tersebut, menjadikannya operasi keduanya dalam dua hari.
Kelompok tersebut mengklaim telah menghancurkan data di Bank Sepah yang dikelola Pemerintah Iran di tengah meningkatnya serangan udara antara Israel dan Iran. Situs web Nobitex juga terpantau tidak tersedia pada Rabu, 18 Juni 2025.
Sementara itu, pihak Nobitex mengatakan dalam sebuah posting di X, mereka telah menarik situs web dan aplikasinya secara offline karena meninjau akses tidak sah ke sistemnya.
Gonjeshke Darande dikenal sebagai kelompok peretas dengan sejarah serangan siber canggih yang menargetkan Iran.
Operasi 2021 yang diklaim oleh kelompok tersebut menyebabkan pemadaman pompa bensin yang meluas, sementara serangan 2022 yang menargetkan pabrik baja Iran menyebabkan kebakaran besar dan kerusakan nyata secara offline.
Israel tidak pernah secara resmi mengakui mereka berada di balik kelompok tersebut, meskipun media Israel telah banyak melaporkan Gonjeshke Darande terkait dengan negara tersebut.
Ada Perang Iran Israel, Begini Dampaknya terhadap Pelaku Industri Kripto
Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama perang Iran Israel serta ketidakpastian ekonomi global, Tokocrypto sebagai salah satu pelaku industri di tanah air mencatat ada penurunan volume perdagangan aset kripto.
CMO Tokocrypto, Wan Iqbal menuturkan, berdasarkan data internal perusahaan, penurunan tersebut berada di kisaran 3% hingga 5% selama periode eskalasi konflik.
Meskipun demikian, kondisi ini dinilai masih dalam batas wajar dan mencerminkan tren konsolidasi yang sedang terjadi secara umum di pasar kripto global.
Bitcoin Bertahan di Atas Level USD 100.000
Menariknya, meski volume perdagangan menurun, Bitcoin tetap mampu bertahan di atas level psikologis USD 100.000. Di sisi lain, investor institusional mulai mendominasi aktivitas perdagangan di platform Tokocrypto, dengan lebih dari separuh volume transaksi saat ini berasal dari kalangan institusi dan pengguna VIP.
"Berdasarkan data internal Tokocrypto, terjadi penurunan volume perdagangan sekitar 3%–5% selama eskalasi konflik Israel-Iran serta ketidakpastian kondisi makroekonomi global. Di Tokocrypto sendiri, lebih dari 50% volume transaksi saat ini berasal dari investor institusi dan pengguna VIP,” jelas Iqbal kepada Liputan6.com, Kamis, 19 Juni 2025.
Meskipun kondisi geopolitik sedang memanas, jumlah pengguna baru yang melakukan transaksi pertama justru meningkat sebesar 20%. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap aset kripto tetap tinggi, terutama dari kalangan investor baru yang mulai melirik kripto sebagai alternatif investasi di tengah gejolak global.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.