Liputan6.com, Jakarta Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat pada Jumat lalu dan langsung mengguncang pasar kripto global. Dampaknya terasa paling kuat pada Ethereum (ETH), aset digital terbesar kedua di dunia, yang sempat menembus level support teknis penting dan memicu likuidasi massal terbesar dalam sejarah pasar kripto.
Dikutip dari coinmarketcap, Kamis (16/10/2025), menurut analisis CryptoQuant _OnChain, pergerakan harga Ethereum pada grafik 30 menit menunjukkan perubahan arah signifikan di sepuluh zona perdagangan.
Pada awalnya, pembeli masih mendominasi, menjaga harga di atas indikator teknikal penting seperti EMA 96, SMA 240, dan AVWAP (harga rata-rata tertimbang volume).
Namun, tekanan mulai muncul di zona keempat dan kelima, bahkan sebelum kabar konflik besar dirilis. Ketika Tiongkok mengumumkan kontrol ekspor baru untuk mineral tanah jarang, tren pelemahan semakin dalam.
Situasi memuncak saat Presiden AS Donald Trump mengancam tarif besar terhadap Tiongkok, menyebabkan ETH menembus semua level support.
Akibatnya, pasar mengalami likuidasi lebih dari USD 19 miliar, dengan lebih dari 1,6 juta trader terdampak hanya dalam beberapa jam.
Pemulihan Setelah Kekacauan: Sinyal Positif Kembali Muncul
Setelah gejolak besar tersebut, tanda-tanda pemulihan mulai terlihat. Ketegangan mereda ketika laporan dari The Kobeissi Letter menunjukkan bahwa kebijakan ekspor Tiongkok bukan merupakan larangan penuh. Tak lama kemudian, pernyataan menenangkan dari Trump dan Wakil Presiden JD Vance membantu menurunkan tensi pasar.
Harga Ethereum mulai pulih secara bertahap dan kembali menembus semua level teknikal utama — AVWAP, EMA 96, dan SMA 240. Kondisi ini menandakan bahwa pembeli kembali mengambil alih kendali pasar.
Menurut analis, fase penurunan tajam ini juga menjadi momentum penting untuk penyusunan ulang struktur pasar, terutama karena tekanan ekstrem telah “membersihkan” posisi leverage yang berlebihan.
Pemulihan ETH memperlihatkan bahwa sentimen pasar kripto masih kuat, meski sempat dilanda gejolak akibat faktor geopolitik global.
Pasar Derivatif Ethereum Runtuh, Tapi Potensi Akumulasi Terbuka
Dampak konflik ini paling terasa di pasar derivatif Ethereum. Berdasarkan laporan _OnChain, Open Interest (OI) — nilai total kontrak derivatif aktif — merosot tajam dari rekor tertinggi USD 33 miliar pada Agustus menjadi USD 18 miliar setelah aksi jual besar pada 10 Oktober. Penurunan 45% ini menunjukkan pembersihan leverage besar-besaran di pasar.
Meski begitu, beberapa analis melihat sisi positif dari peristiwa ini. Data CryptoQuant mencatat lonjakan Coinbase Ethereum Premium Index, yang menandakan meningkatnya permintaan dari investor institusional AS. Mereka memanfaatkan penurunan harga sebagai peluang akumulasi.
Aliran dana institusional ini turut menstabilkan harga Ethereum, yang sempat kembali naik mendekati USD 4.100. Dengan posisi leverage kini lebih terkendali, pasar dinilai memasuki fase yang lebih sehat dan berpotensi menjadi titik awal untuk rebound jangka menengah.