UU Kripto di AS Bikin Bank Sentral Eropa Khawatir, Ada Ada Apa?

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Uni Eropa (UE) mempertimbangkan meluncurkan euro digital pada blockchain seperti Ethereum dan solana. Hal ini seiring kekhawatiran dengan pertumbuhan stablecoin yang dipatok dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS mengesahkan Genius Act.

Demikian mengutip Yahoo Finance, seperti dilaporkan Financial Times (FT), ditulis Minggu (24/8/2025), dalam sebuah pernyataan, Bank Sentral Eropa mengatakan kepada Financial Times kalau sedang mempertimbangkan berbagai teknologi baik terpusat dan terdesentralisasi dalam pengembangan euro digital termasuk teknologi buku besar terdistribusi.

Sebelumnya, mata uang digital bank sentral Uni Eropa yang direncanakan atau CBD akan diluncurkan pada jaringan privat karena kekhawatiran pejabat kalau token yang diterbitkan pada blockchain publik dapat membahayakan privasi pengguna.

Namun, menurut Financial Times, percakapan di dalam Uni Eropa berubah setelah Amerika Serikat (AS) mengesahkan Genius Act pada Juli, sebuah undang-undang federal penting yang memudahkan perusahaan-perusahaan besar untuk menerbitkan stablecoinnya sendiri.

Para pendukung undang-undang itu berpendapat Genius Act akan menjadi keuntungan bagi stablecoin dan pada gilirannya dominasi dolar AS.

Euro Digital

Sentimen serupa juga disampaikan oleh Direktur Pelaksana European Stability Mechanism, sebuah organisasi antarpemerintah Uni Eropa.

“Dan, jika ini berhasil, hal itu dapat memengaruhi kedaulatan moneter dan stabilitas keuangan kawasan Euro,” ujar Gramegna pada Maret.

Untuk mengawasi ancaman ini, ia mendesak Bank Sentral Eropa untuk mewujudkan euro digital demi menjaga otonomi strategis Eropa.

UU Genius Mengguncang

Kepada FT, seorang sumber menuturkan, pengesahan Undang-Undang Genius mengguncang banyak orang yang kini ingin mempercepat pengembangan euro digital.

Para pemimpin ECB dan pejabat Uni Eropa mengatakan euro digital dapat memperkuat otonomi keuangan Eropa dengan menciptakan sistem pembayaran lokal untuk menyaingi raksasa pembayaran Amerika seperti Visa.

Meskipun para pejabat Uni Eropa mengkhawatirkan implikasi privasi dari peluncuran token di blockchain publik, euro digital tetap dipenuhi kontroversi dan teori konspirasi sejak ECB meluncurkan investigasinya pada 2021.

Banyak konsumen ingin menghindari skenario Big Brother di mana bank sentral dapat melacak pengeluaran mereka secara digital dengan CBDC.

Anggota Parlemen AS Cegah Pengembangan CBDC

Untuk meredakan kekhawatiran tersebut, ECB menyatakan tidak akan memiliki akses ke data pribadi. Data tersebut akan tetap berada di tangan bank-bank komersial, yang perlu menjadi tuan rumah euro digital.

Mengutip potensi pengawasan pemerintah, anggota parlemen Republik di AS telah berupaya untuk mencegah pengembangan CBDC.

Minggu lalu, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional tahunan, yang mencakup ketentuan untuk memblokir Federal Reserve dalam menerbitkan dolar digital.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |