Usai Bitcoin dan Ethereum, Apakah XRP Bakal Jadi Incaran Perusahaan?

2 months ago 36

Liputan6.com, Jakarta - Tren kecerdasan buatan (AI) mungkin masih mendominasi Wall Street, namun ada tren lain yang tak kalah menarik: strategi perbendaharaan berbasis aset kripto. Langkah ini telah memberi dorongan besar bagi sejumlah mata uang digital, terutama Bitcoin dan Ethereum.

Dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (1/8/2025), selama tiga tahun terakhir hingga 28 Juli 2025, XRP—mata uang kripto buatan Ripple—telah mencatat lonjakan hampir 800%, menjadikannya kripto terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar. Sebagai perbandingan, Bitcoin naik 421%, dan Ethereum 136% di periode yang sama.

Kenaikan tajam ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk terpilihnya kembali Donald Trump—yang dianggap pro-kripto—serta optimisme pasar investasi yang mengalir ke aset digital. Dua indeks utama Wall Street bahkan sempat mencetak rekor tertinggi baru, memicu gairah investor terhadap kripto yang cenderung bergerak karena sentimen.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa lonjakan permintaan terhadap Bitcoin dan Ethereum juga didorong oleh strategi perbendaharaan korporasi.

Pertanyaannya: apakah XRP akan menjadi pilihan berikutnya bagi perusahaan-perusahaan Amerika?

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Strategi Perbendaharaan Kripto: Bitcoin dan Ethereum Jadi Primadona

Alih-alih menyimpan kas atau surat berharga konvensional, beberapa perusahaan memilih menggunakan dananya—bahkan menerbitkan saham atau utang—untuk membeli aset digital.

Langkah ini dipopulerkan oleh MicroStrategy (kini Strategy Inc.), yang mulai mengakumulasi Bitcoin sejak Agustus 2020. CEO-nya, Michael Saylor, meyakini Bitcoin sebagai bentuk uang yang unggul dibanding dolar AS yang nilainya terus tergerus inflasi.

Hingga kini, Strategy telah memborong sekitar 607.770 BTC senilai USD 43,6 miliar, atau sekitar 2,9% dari total suplai Bitcoin yang hanya dibatasi pada 21 juta unit. Kelangkaan inilah yang membuat Bitcoin dianggap sebagai lindung nilai inflasi yang kuat.

Sukses Strategy menginspirasi banyak perusahaan kecil lain untuk menambahkan Bitcoin ke neraca keuangan mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, fokus juga mulai bergeser ke Ethereum, yang menawarkan keunggulan dari sisi teknologi.

Ethereum adalah tulang punggung aplikasi terdesentralisasi (dApps), kontrak pintar, dan sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Dua perusahaan publik yang telah menerapkan strategi treasury berbasis Ethereum adalah Bitmine Immersion Technologies (BMNR) dan SharpLink Gaming (SBET).

Bitmine diketahui memiliki lebih dari 566.000 ETH, sedangkan SharpLink menguasai sekitar 360.000 ETH senilai lebih dari USD 1,3 miliar.

Bisakah XRP Menyusul?

Kinerja XRP yang melonjak sembilan kali lipat dalam tiga tahun terakhir serta beberapa katalis jangka pendek memang membuatnya menarik. Kemenangan Donald Trump, misalnya, turut mendorong pengunduran diri Ketua SEC Gary Gensler—sosok yang selama ini dianggap sebagai penghambat perkembangan industri kripto.

Kepergian Gensler membuka jalan bagi penyelesaian gugatan hukum terhadap Ripple. Optimisme pun meningkat terhadap kemungkinan disetujuinya ETF berbasis XRP, yang jika terjadi, bisa memicu arus masuk dana besar sebagaimana dialami ETF Bitcoin dan Ethereum.

RippleNet, jaringan pembayaran milik Ripple, juga semakin banyak digunakan oleh lembaga keuangan global. Lebih dari 300 institusi menggunakan XRP sebagai mata uang jembatan untuk transaksi lintas batas yang bisa diselesaikan dalam waktu 3–5 detik.

Kenapa XRP Masih Diragukan?

Meski performanya menawan, XRP belum memiliki nilai fundamental yang sekuat Bitcoin maupun Ethereum. Bitcoin memiliki daya tarik karena pasokannya terbatas, sementara Ethereum unggul dalam hal utilitas dan skalabilitas. Sebaliknya, XRP hanya berperan sebagai token perantara dalam jaringan Ripple.

Lebih dari itu, XRP bukan satu-satunya pilihan untuk solusi pembayaran lintas batas. Bahkan di beberapa negara, transaksi RippleNet bisa dilakukan tanpa XRP sama sekali.

Jumlah institusi pengguna RippleNet juga masih terbatas jika dibandingkan dengan dominasi SWIFT, sistem pembayaran global yang digunakan lebih dari 11.000 lembaga keuangan di seluruh dunia.

Meski satu perusahaan mikro publik pernah mengumumkan strategi cadangan kas berbasis XRP sebesar USD 20 juta, langkah seperti ini belum cukup menjadi indikator bahwa XRP akan diadopsi secara luas sebagai aset treasury perusahaan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |