Saham Penambang Kripto Anjlok Imbas Tarif Impor Chip 100%

4 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan penambang kripto anjlok setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif hingga 100 persen atas impor chip dan semikonduktor ke Amerika Serikat, pada Selasa, 6 Agustus 2025. Kebijakan ini diperkecualikan bagi perusahaan yang memproduksi chip di dalam negeri.

Langkah tersebut memicu kekhawatiran di pasar, terutama di kalangan perusahaan penambang aset kripto yang sangat bergantung pada perangkat keras berbasis semikonduktor berdaya tinggi. Kenaikan biaya impor chip berpotensi menekan margin operasional mereka secara signifikan.

Dalam pernyataannya di Ruang Oval, Presiden Donald Trump menegaskan tarif 100 persen akan dikenakan terhadap seluruh impor chip dan semikonduktor—kecuali dari perusahaan yang telah berkomitmen memproduksi di dalam negeri.

Industri penambangan Bitcoin terpukul akibat tarif 100 persen atas chip impor yang diumumkan Trump, lantaran penambangan bergantung pada perangkat keras canggih untuk memverifikasi transaksi dan mengamankan transaksi pada jaringan blockchain yang membentuk infrastruktur industri kripto. Kenaikan biaya impor chip, beban operasional para penambang diperkirakan akan meningkat tajam.

Meski AS memimpin dalam aktivitas penambangan kripto, negara-negara Asia seperti China, Indonesia, Malaysia, dan Thailand masih menjadi produsen utama rig penambangan.

Bahkan penambang di AS pun bergantung pada peralatan impor dari negara tersebut. Pengumuman tarif 100 persen langsung mengguncang saham hampir seluruh perusahaan penambangan kripto.

Saham Perusahaan Penambang Bitcoin Melemah

Sejumlah saham perusahaan penambang Bitcoin terpantau melemah usai pengumuman tarif 100 persen atas impor chip oleh Presiden Trump.

  • MARA Holdings (Nasdaq: MARA), berbasis di Florida, turun 0,13% ke USD 15,87 (sekitar Rp258 ribu dengan estimasi kurs Rp16.400/USD)).
  • Riot Platforms (Nasdaq: RIOT), dari Colorado, turun 0,69% ke USD 11,58 (sekitar Rp188 ribu).
  • Bitdeer Technologies (Nasdaq: BTDR), asal Singapura, melemah 0,62% ke USD 12,89 (sekitar Rp210 ribu).
  • CleanSpark Inc. (Nasdaq: CLSK), asal Nevada, turun 0,18% ke USD 10,98 (sekitar Rp179 ribu).
  • HIVE Digital Technologies (Nasdaq: HIVE), turun 0,94% ke USD 2,10 (sekitar Rp34 ribu).
  • Hut 8 (Nasdaq: HUT), melemah 0,19% ke USD 20,65 (sekitar Rp336 ribu).

Sementara itu, total kapitalisasi pasar kripto global tercatat sebesar USD 3,76 triliun atau sekitar Rp 61,2 kuadriliun saat berita ini ditulis.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Produksi Surplus, Pakistan Tawarkan Listrik Murah Buat Penambang Bitcoin

Sebelumnya, Pemerintah Pakistan sedang menjajaki usulan tarif listrik murah bagi penambangan Bitcoin. Lantaran, negara tersebut mencatatkan kelebihan daya listrik yang diproduksinya.

Melihat kelebihan itu, pemerintah Pakistan berencana menawarkan tarif listrik khusus yang kompetitif bagi penambang kripto dan perusahaan blockchain tanpa adanya subsidi tambahan.

Divisi Tenaga Listrik Pakistan saat ini menyusun kebijakan yang memungkinkan pemanfaatan daya listrik yang tidak terpakai dengan cara yang lebih menguntungkan. 

"Alih-alih membiarkan listrik terbuang sia-sia, kami ingin memanfaatkannya secara ekonomi dengan mengizinkan para penambang Bitcoin menggunakan daya tersebut dengan tarif yang menguntungkan," ujar seorang pejabat pemerintah yang terlibat dalam perumusan kebijakan ini, dikutip dari Coinmarketcap, Senin (24/3/2025).

Sejalan dengan inisiatif inj, Menteri Tenaga Listrik Pakistan, Awais Leghari, baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan Bilal Bin Saqib, CEO Pakistan Crypto Council (PCC). Keduanya membahas berbagai strategi dalam menarik minat perusahaan penambangan mata uang kripto ke negara tersebut.

Dalam industri penambangan Bitcoin, biaya listrik dapat mencapai 70 persen dari total pendapatan operasional.  Oleh karena itu, jika pemerintahannya mampu menawarkan tarif yang lebih rendah dibandingkan negara lain, Pakistan bisa menjadi tujuan yang menarik bagi penambang kripto global.

Kejelasan Regulasi

Senada, Menteri Keuangan Pakistan, Muhammad Aurangzeb, juga telah mengadakan diskusi dengan otoritas keuangan dan para pakar industri mengenai landasan aturannya. 

Dia menilai perlunya regulasi yang jelas, sistem perizinan yang baik, serta perlindungan bagi konsumen. 

"Untuk menarik investasi di sektor ini, kita memerlukan regulasi yang transparan dan infrastruktur yang solid," ujar Aurangzeb.

Tren Global Penambangan Bitcoin

Keputusan Pakistan untuk mengeksplorasi sektor penambangan Bitcoin datang di tengah beragam pendekatan yang diambil oleh berbagai negara.

Tiongkok misalnya pernah menjadi pusat penambangan Bitcoin terbesar, kini melarang aktivitas tersebut karena masalah konsumsi energi. 

Sementara itu, Kazakhstan awalnya menyambut baik para penambang, tetapi kemudian menerapkan pajak tinggi dan regulasi yang lebih ketat.

Bagi Pakistan, langkah ini memiliki potensi besar. Pada Desember 2024, negara ini mencatat surplus giro sebesar USD 582 juta lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dengan sumber daya listrik yang melimpah, Pakistan melihat penambangan Bitcoin sebagai peluang untuk meningkatkan ekonomi nasional.

Namun, untuk benar-benar bersaing di industri ini, Pakistan membutuhkan pasokan listrik yang stabil, regulasi yang mendukung, serta infrastruktur yang memadai. Jika dijalankan dengan baik, energi yang dulunya terbuang bisa berubah menjadi aset ekonomi yang sangat berharga bagi negara ini.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |