Meneropong Prospek Bitcoin hingga Kuartal IV 2025

1 week ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai sejumlah faktor mendukung pergerakan bitcoin pada pekan ini. Salah satunya harapan pemangkasan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Berdasarkan catatan Tokocrypto, harga bitcoin naik 0,64% dalam 24 jam terakhir pada 9 Oktober 2025 menjadi sekitar USD 122.273 atau sekitar Rp 2 miliar (kurs rupiah 16.536 terhadap dolar AS). Hal ini melanjutkan tren positif mingguan 3,07% dan bulanan 9,22%.

Namun, berdasarkan data coinmarketcap pada Jumat, 10 Oktober 2025, harga bitcoin turun 1,09% dalam 24 jam terakhir. Harga bitcoin berada di posisi USD 121.814.

Adapun kenaikan harga bitcoin didorong harapan pemangkasan suku bunga the Fed, meningkatnya permintaan institusional lewat ETF, dan kekuatan teknikal harga yang tetap terjaga di atas level support penting.

Adapun risalah rapat FOMC yang dirilis pekan ini memperlihatkan sikap lebih dovish dari pejabat the Fed. Sebagian besar peserta menilai pelonggaran kebijakan moneter tepat dilakukan untuk sisa 2025. Dengan peluang 92,5% pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober, menurut data CME FedWatch.

Langkah ini menyusul pemangkasan pertama 2025 pada September, di tengah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja dan stagnasi inflasi di atas target 2%. Investor menilai pelonggaran moneter ini akan melemahkan daya tarik dolar AS dan mendorong minat pada aset seperti bitcoin.

Kata Analis

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai bahkan menilai kebijakan ekspansif Amerika Serikat, termasuk injeksi dana USD 2,5 triliun melalui program Reverse Repo, akan menjadi bahan bakar utama siklus bullish Bitcoin berikutnya.

“Kebijakan moneter longgar mengurangi daya tarik aset berbasis fiat dan memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap pelemahan dolar AS. Seperti tahun 2020–2021, penurunan imbal hasil riil biasanya diikuti lonjakan permintaan kripto, khususnya BTC,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (10/10/2025).

Institusi Makin Agresif Masuk Bitcoin

Arus masuk ke ETF Bitcoin menunjukkan peningkatan signifikan. Data dari Bitwise menunjukkan total inflow mencapai USD 22,5 miliar sepanjang sembilan bulan pertama 2025, dan diproyeksikan menembus US$30 miliar pada akhir tahun.

Sementara itu, Graniteshares telah mengajukan ETF Bitcoin dengan leverage 3x, dan Tether mengungkap kepemilikan 100.000 BTC, disusul Metaplanet yang menambah 797 BTC ke perbendaharaannya.

Prediksi Arus Masuk ETF

Fyqieh memperkirakan arus masuk ETF akan “mencetak rekor baru” pada kuartal IV karena meningkatnya perhatian investor ritel dan institusi terhadap Bitcoin. Ia menilai tren ini memperlihatkan “pergeseran paradigma” di pasar keuangan global.

"Institusi kini tidak hanya melihat Bitcoin sebagai aset spekulatif, tapi juga sebagai cadangan nilai dan instrumen volatilitas terukur. Persetujuan ETF dengan leverage dapat memperkuat tren akumulasi institusi dan meningkatkan volume pasar spot.”

Sinyal Teknikal

Secara teknikal, Bitcoin sempat menembus level tertinggi mingguan di USD 126.198 sebelum terkonsolidasi di kisaran USD 122.000 atau sekitar Rp 2,01 miliar.

Indikator MACD positif (+941) menandakan momentum bullish masih bertahan, sementara RSI di 64,9 menunjukkan pasar belum jenuh beli.

Area support penting berada di USD 119.500, bertepatan dengan level Fibonacci 50%, sementara resistensi kuat di USD 124.850 menjadi konfirmasi potensi kenaikan menuju USD 130.000 atau sekitar Rp 2,14 miliar jika ditembus.

Risiko Eksternal

Fyqieh menilai, volatilitas rendah yang terlihat pada Bollinger Band squeeze justru menjadi sinyal menarik.

"Pasar tengah memasuki fase konsolidasi sehat. Jika BTC mampu bertahan di atas USD 120.000 dan menembus USD 124.850, peluang menuju USD 130.000 terbuka lebar. Namun, kegagalan mempertahankan level USD 119.500 dapat memicu koreksi jangka pendek hingga USD 117.000,” ujar dia.

Meski momentum Bitcoin positif, analis tetap memperingatkan risiko eksternal. Lonjakan harga emas hingga USd 4.000 per ons dan peringatan analis veteran Peter Brandt soal potensi “puncak siklus” menunjukkan aset lindung nilai sedang menjadi pusat perhatian investor global.

“Kunci penggerak Bitcoin ke depan ada pada keseimbangan antara kebijakan The Fed dan kekuatan inflow ETF. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga, arus masuk ETF harus tetap kuat agar tren bullish tidak kehilangan momentum,” Fyqieh menambahkan.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |