Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara dituduh mencuri kripto senilai 17 juta poundsterling atau Rp 373,10 miliar (asumsi kurs poundsterling terhadap rupiah di kisaran 21.947). Langkah Korea Utara itu melumpuhkan perusahaan rintisan Inggris.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Senin (18/8/2025), peretas Korea Utara telah dituduh mencuri kripto senilai 17 juta poundsterling yang melumpuhkan perusahaan kripto yang berbasis di Inggris yakni Lykke.
Lazarus, geng siber ternama di Korea Utara itu telah diidentifikasi sebagai calon pelaku di balik pencurian kripto dari Lykee, platform perdagangan yang didirikan di Inggris.
Jika terkonfirmasi ini akan menjadi pencurian kripto terbesar yang diketahui di Korea Utara yang menargetkan Inggris. Korea Utara diperkirakan telah meraup miliaran dolar AS dalam beberapa tahun terakhir dengan mencuri kripto untuk mendanai program militer dan nuklirnya.
Lykke didirikan pada 2015 dan beroperasi dari Swiss, tetapi terdaftar di Inggris. Perusahaan tersebut menyatakan tahun lalu bahwa mereka telah kehilangan USD22,8 juta (£16,8 juta atau Rp 368,64 miliar) dalam Bitcoin, Ethereum, dan mata uang kripto lainnya, yang memaksanya untuk menghentikan operasinya.
Peretas Potensial
Pada Maret, seorang hakim memerintahkan perusahaan tersebut untuk dilikuidasi setelah kampanye hukum dari lebih dari 70 pengguna yang terdampak.
Korea Utara disebut sebagai peretas potensial dalam laporan terbaru oleh Kantor Implementasi Sanksi Keuangan (OFSI), sebuah cabang Departemen Keuangan.
"Serangan itu telah dikaitkan dengan aktor siber Republik Rakyat Demokratik Korea yang jahat, yang mencuri dana di jaringan Bitcoin dan Ethereum," demikian dikutip.
Tuduhan terhadap Lazarus
Departemen Keuangan mengatakan OFSI tidak mengungkapkan sumber informasinya, tetapi mereka bekerja sama erat dengan penegak hukum.
Lazarus sebelumnya juga dituduh atas serangan terhadap Lykke oleh Whitestream, sebuah perusahaan riset mata uang kripto Israel.
Dikatakan para penyerang telah mencuci dana curian melalui dua perusahaan mata uang kripto lain yang terkenal karena memungkinkan pengguna menyembunyikan jejak mereka, sehingga terhindar dari kontrol pencucian uang.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Hacker Korea Utara Berhasil Curi Kripto Senilai Rp 51,7 Miliar
Sebelumnya, penyelidik on‑chain ZachXBT melaporkan kelompok peretas Korea Utara, Lazarus Group, berhasil mencuri sekitar USD 3,2 juta atau setara Rp 51,7 miliar (asumsi kurs Rp 16.179 per dolar AS) aset kripto lewat serangan daring terkoordinasi.
Insiden ini menambah daftar panjang aksi siber Lazarus dan menyoroti betapa rentannya infrastruktur dompet serta bursa aset digital saat dihadapkan pada teknik serangan canggih.
Modus & Titik Lemah: Garden Finance dan Bybit
Menurut ZachXBT, celah keamanan di Garden Finance jembatan Bitcoin lintas‑rantai dan di bursa Bybit ikut dimanfaatkan. Ia menuding lebih dari 80 % pendapatan biaya Garden Finance belakangan ini bersumber dari dana hasil pencucian kelompok Lazarus.
"Anda dengan mudah mengabaikan lebih besar dari 80% biaya Anda yang berasal dari pencuci uang Tiongkok yang memindahkan dana Lazarus Group dari peretasan Bybit," ujar ZachXBT, dikutip dari Coinmarketcap, Senin (30/6/2025).
Pernyataan itu ditujukan kepada salah satu pendiri Garden Finance setelah platform tersebut menyoroti perolehan biayanya.