Investor Kaya Asia Bidik 5% Portofolio di Kripto

1 month ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Investor dengan kekayaan tinggi di Asia semakin gencar masuk ke aset kripto, menambah pasar yang sebelumnya didominasi oleh pengguna ritel di India, Indonesia, Vietnam, dan negara lainnya.

Keluarga kaya dan kantor keluarga (family office) di seluruh Asia meningkatkan alokasi kripto, dengan sebagian berencana menempatkan sekitar 5% dari portofolio ke aset digital tersebut.

Dikutip dari Cointelegraph.com, Sabtu (23/8/2025), tren ini pertama kali, mencatat adanya gelombang permintaan dari individu kaya di Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok daratan.

Manajer kekayaan mengatakan mereka menerima lebih banyak pertanyaan dari klien, sementara bursa kripto melaporkan peningkatan volume perdagangan, dan dana kripto baru menarik permintaan yang kuat.

Pendiri NextGen Digital Venture, Jason Huang mengatakan perusahaannya berhasil mengumpulkan lebih dari USD 100 juta atau Rp 1,63 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.364) hanya dalam beberapa bulan untuk dana ekuitas kripto long-short yang diluncurkan di Singapura pada Mei lalu. Dana sebelumnya yang ditutup tahun lalu menghasilkan keuntungan 375% dalam waktu kurang dari dua tahun.

Alokasi Kripto 5%

UBS, bank investasi asal Swiss, mencatat beberapa family office Tionghoa di luar negeri menjadi pendorong pergeseran ini, dengan alokasi kripto sekitar 5%.

Bank tersebut mengatakan generasi kedua dan ketiga dari family office mulai belajar dan ikut terlibat dalam aset digital. Bursa kripto di kawasan ini juga melaporkan peningkatan aktivitas.

HashKey Exchange di Hong Kong mengatakan jumlah pengguna terdaftar mereka naik 85% secara tahunan hingga Agustus 2025, sementara data CryptoQuant menunjukkan volume perdagangan di tiga bursa utama Korea Selatan meningkat 17% sepanjang tahun ini, dengan rata-rata volume harian melonjak lebih dari 20%.

Ledakan Kripto Asia Selama Ini Dipimpin oleh Ritel

Hingga kini, ledakan kripto di Asia sebagian besar digerakkan dari bawah. Data Chainalysis menunjukkan kawasan Asia Tengah, Asia Selatan, dan Oseania (CSAO) mencatat arus masuk lebih dari USD 750 miliar antara pertengahan 2023 hingga pertengahan 2024, sekitar 16,6% dari volume global.

Arus masuk ini terutama dipicu oleh pengguna ritel yang melakukan transaksi di bawah USD 10.000 untuk perdagangan, remitansi, dan keuangan terdesentralisasi (DeFi). Dalam Global Crypto Adoption Index 2024 dari Chainalysis, India menempati peringkat pertama dunia, dengan investor ritel mendorong aktivitas di bursa terpusat.

Indonesia berada di peringkat ketiga, didorong oleh partisipasi DeFi dari akar rumput dan sektor Web3 yang tumbuh pesat. Vietnam menduduki peringkat kelima, dengan adopsi yang tersebar di platform terpusat maupun DeFi. Filipina berada di posisi kedelapan, di mana kripto banyak digunakan untuk remitansi dan game play-to-earn.

Timur Asia Punya Cerita Berbeda

Singapura juga muncul sebagai pusat pembayaran kripto. Data Chainalysis menunjukkan layanan merchant di negara tersebut memproses hampir USD 1 miliar aset kripto pada kuartal kedua 2024, dengan transfer stablecoin banyak digunakan untuk transaksi ritel.

Namun, cerita berbeda datang dari Asia Timur. Kawasan ini menambahkan hampir USD 400 miliar dalam periode yang sama, dengan aktivitas lebih banyak dibentuk oleh investor profesional dan institusi, serta sebagian warga kaya yang menggunakan kripto sebagai penyimpan nilai. Korea Selatan menerima sekitar USD 130 miliar aset kripto, menjadikannya pasar terbesar di kawasan.

Pedagang profesional mendorong sebagian besar aktivitas ini melalui altcoin dan stablecoin, serta strategi arbitrase terkait “kimchi premium.” Hong Kong mencatat pertumbuhan tercepat di kawasan, dengan aktivitas naik 85,6% secara tahunan.

Arus Masuk dari Stablecoin

Lebih dari 40% arus masuk berasal dari stablecoin, sementara persetujuan tiga ETF spot Bitcoin (BTC) dan tiga ETF Ether (ETH) pada April 2024 mendorong arus institusional serta pergeseran menuju kepemilikan langsung BTC dan ETH.

Di Tiongkok, aktivitas berpindah ke platform OTC dan P2P setelah larangan bursa pada 2021. Warga kaya semakin banyak menggunakan kripto untuk melindungi aset dan memindahkan dana ke luar negeri, dengan arus meningkat pada akhir 2023 ketika pasar properti melemah dan indeks saham menurun.

Asia juga menyumbang 32% dari pengembang kripto aktif, menurut Electric Capital Developer Report 2024. Angka ini naik dari hanya 12% pada 2015, dengan 41% pengembang kripto baru kini berasal dari kawasan tersebut.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |