Harga Kripto Hari Ini 11 Agustus 2025: Bitcoin Menguat, Altcoin Beragam

2 months ago 32

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Senin, (11/8/2025) pukul 7:00 WIB. Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih menguat. Bitcoin naik 1,82 persen dalam 24 jam dan 3,69 persen sepekan. 

Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 118.716 per koin atau setara Rp 1,92 miliar (asumsi kurs Rp 16.252 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) kembali melemah. ETH turun 1,46 persen sehari terakhir, tetapi masih menguat 19,73 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 68,6 juta per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) turut melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 0,04 persen, tetapi masih menguat 5,61 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 13 juta per koin. 

Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA melemah 1,32 persen dalam sehari, tetapi masih menguat 9,03 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 12.981 per koin.

Adapun Solana (SOL) masih menghijau. SOL naik 1,16 persen dalam sehari dan 12,31 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,98 juta per koin. 

XRP turut berada di zona merah. XRP turun 2,12 persen, tetapi masih menguat 7,54 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 51.659 per koin. 

Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE merosot 4,01 persen, tetapi masih menguat 15,99 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 3.781 per token.

Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC) masih stabil. Harga keduanya masih berada di level USD 1,00, keduanya menguat masing-masing 0,31 dan 0,33 persen.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,96 triliun atau setara Rp 64.361 triliun, melemah sekitar 0,71 persen dalam sehari terakhir.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Tekanan Jual Mereda

Sebelumnya, data on-chain terbaru dari Glassnode menunjukkan bahwa Bitcoin mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi setelah periode ambil untung yang intens mereda di tengah ketidakpastian pasar global.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (7/8/2025), dalam laporannya, Glassnode menyebut lonjakan cepat harga Bitcoin hingga mencapai rekor tertinggi di USD 123.000 pada Juli 2025 telah menciptakan celah suplai yang tipis, terutama di kisaran USD 110.000 hingga USD 117.000.

Celah ini disebut sebagai “air gap,” atau wilayah harga dengan sedikit aktivitas historis, yang rawan volatilitas. Namun, permintaan dari investor oportunistik tampaknya mampu menahan laju penurunan lebih lanjut.

Glassnode mencatat bahwa volume keuntungan yang direalisasikan telah turun tajam dari USD 2 miliar pada Desember 2024 menjadi hanya USD 1 miliar pada tahun 2025.

Tingkat pengambilan keuntungan oleh pemegang jangka pendek juga menurun hingga 45%, jauh di bawah ambang batas netral historis sebesar 50%. Ini menandakan bahwa pasar berada dalam kondisi yang relatif seimbang.

“Jika Bitcoin mampu menembus USD 116.000 yang merupakan rata-rata biaya pembelian investor bulan lalu hal ini bisa menjadi sinyal bahwa sisi permintaan kembali menguat,” tulis Glassnode.

Meski demikian, tren ini belum sepenuhnya menegaskan kembalinya momentum bullish. Pasokan keuntungan bagi pemegang jangka pendek dilaporkan menurun dari 100% menjadi 70% selama koreksi terbaru.

Tanpa adanya peningkatan permintaan yang cepat, kepercayaan investor bisa melemah dan mendorong aksi jual hingga menyentuh USD 106.000 yang menjadi rata-rata harga beli kelompok pemegang jangka pendek.

“Penurunan ke kisaran USD 105.000 hingga USD 107.000 masih dapat dianggap sebagai koreksi sehat dalam tren naik Bitcoin yang lebih luas,” ujar Daniel Liu, CEO Republic Technologies, kepada Decrypt.

Nasabah Kripto Naik, Tapi Transaksi Turun Jadi Rp 32,31 Triliun

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Juni 2025, jumlah nasabah aset kripto telah mencapai 15,85 juta orang. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 5,18 persen dibandingkan posisi pada Mei 2025 yang tercatat sebanyak 15,07 juta konsumen.

"Per Juni 2025 tercatat jumlah konsumen berada dalam tren peningkatan yaitu mencapai angka 15,85 juta konsumen. Hal ini meningkat signifikan sebanyak 5,18% dibanding posisi bulan Mei 2025 yang tercatat sebanyak 15,07 juta konsumen," kata Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, dalam konferensi pers RDKB Juli 2025, Senin (4/8/2025).

Meskipun jumlah nasabah meningkat, nilai transaksi aset kripto justru mengalami penurunan pada bulan Juni 2025. Berdasarkan data OJK, nilai transaksi tercatat sebesar Rp32,31 triliun, turun signifikan dibandingkan Mei 2025 yang mencapai Rp49,57 triliun.

"Nilai transaksi aset kripto di periode Juni 2025 tercatat sebesar Rp 32,31 triliun. Tercatat menurun jika dibandingkan posisi Mei 2025 yang tercatat sebesar Rp 49,57 triliun," ujarnya.

Penurunan nilai transaksi ini tidak serta-merta mencerminkan melemahnya pasar. Menurut OJK, fluktuasi transaksi bulanan adalah hal yang wajar dalam industri kripto yang sensitif terhadap sentimen global, nilai tukar, hingga perkembangan regulasi internasional.

Hasan Fawzi menegaskan bahwa kondisi pasar kripto di Indonesia masih berada dalam batas stabil. Penurunan nilai transaksi tidak diikuti oleh lonjakan pengaduan atau kasus kegagalan sistem, menandakan tata kelola dan pengawasan yang mulai berjalan efektif.

OJK juga mengapresiasi para pelaku industri yang tetap menjaga transparansi dan ketaatan terhadap peraturan.

Total Transaksi Capai Rp224 Triliun

Secara kumulatif, sepanjang tahun 2025 hingga Juni, total nilai transaksi aset kripto telah mencapai Rp224,11 triliun. Capaian ini menunjukkan bahwa meski terjadi penurunan pada bulan tertentu, secara tahunan minat dan aktivitas pasar tetap tinggi.

OJK menilai bahwa volume transaksi tersebut merupakan indikator kepercayaan masyarakat yang tetap kuat terhadap aset kripto sebagai salah satu alternatif instrumen investasi. Faktor keamanan, kepastian hukum, serta ketersediaan infrastruktur digital turut menopang kinerja pasar.

"Total nilai transaksi aset kripto di sepanjang tahun 2025 ini telah mencapai angka Rp 224,11 triliun. Kondisi ini tentu menunjukkan bagaimana kepercayaan konsumen terus terjaga dan juga kondisi pasar yang terjaga dengan baik," ujar Hasan.

Pengawasan Kripto

Serangkaian regulasi dan pengawasan yang dilakukan oleh OJK menjadi bagian penting dalam menjaga kepercayaan ini. Termasuk di antaranya adalah penyempurnaan POJK dan SEOJK terkait pengawasan kripto, serta proses pengalihan otoritas dari Bappebti kepada OJK yang kini telah rampung.

"Dalam rangka memperkuat fondasi ekosistem aset keuangan digital dan aset kripto nasional, serta untuk menyempurnakan proses peralihan tugas pengaturan dan pengawasan aset keuangan digital dan aset kripto dari Bappebti kepada OJK," ujanya.

Adapun pada tanggal 30 Juli 2025 telah dilakukan penanda tanganan Adendum Berita Acara Serah Terima yang mencakup pengalihan dokumen dan juga data yang terkait dengan produk derivatif aset keuangan digital termasuk aset kripto.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |