Harga Kripto 12 Oktober 2025: Bitcoin Cs Kembali Terkoreksi 

1 week ago 11

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Minggu, (12/10/2025) pukul 7:00 WIB. Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah. Bitcoin turun 1,70 persen dalam 24 jam dan 9,60 persen sepekan. 

Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 110.665 per koin atau setara Rp 1,83 miliar (asumsi kurs Rp 16.618 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) turut menguat. ETH turun 3,25 persen sehari terakhir dan 16,45 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 62,1 juta per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 2,55 persen, tetapi masih melemah 1,11 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 18,8 juta per koin. 

Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA anjlok 1,55 persen dalam sehari dan 24,65 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 10.479 per koin.

Adapun kripto Solana (SOL) kembali melemah. SOL turun 6,44 persen dalam sehari dan 21,93 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,94 juta per koin. 

Harga Kripto Lain

XRP kembali berada di zona merah. XRP terkoreksi 0,21 persen dalam sehari terakhir dan 19,36 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 39.612 per koin. 

Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE turun 5,73 persen dan 25,93 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 3.076 per token.

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini masih stabil. Harga keduanya masih berada di level USD 1,00, keduanya sama-sama melemah masing-masing 0,06 dan 0,07 persen.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,70 triliun atau setara Rp 61.489 triliun, melemah sekitar 1,86 persen dalam sehari terakhir.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Harga Bitcoin Cetak Rekor, Pasar Kripto Diprediksi Makin Bergairah

Pasar aset digital kembali bergairah setelah Bitcoin menembus harga tertinggi sepanjang masa di level USD 126.000 atau sekitar Rp2,1 miliar per koin.

Pencapaian ini menandai tonggak penting dalam sejarah kripto global sekaligus mempertegas posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Dalam setahun terakhir, harga Bitcoin telah melonjak hampir dua kali lipat. Berdasarkan data pasar, harga sempat menyentuh puncak di USD 126.080 sebelum stabil di kisaran USD 124.700, menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah volatilitas.

Kenaikan ini turut diikuti oleh penguatan Ethereum ke USD 4.600 dan XRP ke USD 2,9, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap aset kripto utama setelah masa konsolidasi panjang.

Dana Institusional dan ETF Dorong Lonjakan Harga

Reli Bitcoin kali ini didorong oleh meningkatnya arus dana institusional dan melemahnya dolar AS yang membuat investor mencari alternatif aset pelindung nilai.

Sejumlah ETF Bitcoin yang dikelola perusahaan global seperti BlackRock dan Fidelity mencatat arus masuk miliaran dolar hanya dalam sepekan terakhir.

Selain itu, cadangan Bitcoin di bursa global tercatat berada di titik terendah dalam enam tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak investor memilih menyimpan Bitcoin di dompet pribadi untuk jangka panjang, menandakan keyakinan kuat akan potensi kenaikan harga ke depan.

Bukan Sekadar Euforia Pasar

Menurut Vice President INDODAX, Antony Kusuma, pencapaian harga Bitcoin kali ini bukan sekadar euforia pasar, tetapi sinyal bahwa aset digital mulai diakui dalam sistem keuangan global.

Ia menilai harga di level USD 126.000 membuktikan bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Kini, Bitcoin tidak lagi dipandang sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui lembaga keuangan besar di seluruh dunia.

Antony menjelaskan bahwa reli harga kali ini lebih banyak digerakkan oleh partisipasi institusi dibandingkan investor ritel.

“Ketika arus dana besar masuk ke produk-produk berbasis Bitcoin, seperti ETF dan treasury korporasi, meski porsinya masih kecil dibanding total suplai, hal itu menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap infrastruktur aset digital global,” ujarnya.

Ia juga menilai karakter pasar saat ini lebih sehat dibandingkan siklus sebelumnya. Pada 2021, euforia Bitcoin lebih banyak didorong faktor emosional investor ritel, sedangkan kini didukung oleh penurunan cadangan di bursa dan meningkatnya permintaan institusional yang stabil.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |