Liputan6.com, Jakarta Pasar aset digital kembali bergairah setelah Bitcoin menembus harga tertinggi sepanjang masa di level USD 126.000 atau sekitar Rp2,1 miliar per koin.
Pencapaian ini menandai tonggak penting dalam sejarah kripto global sekaligus mempertegas posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Dalam setahun terakhir, harga Bitcoin telah melonjak hampir dua kali lipat. Berdasarkan data pasar, harga sempat menyentuh puncak di USD 126.080 sebelum stabil di kisaran USD 124.700, menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah volatilitas.
Kenaikan ini turut diikuti oleh penguatan Ethereum ke USD 4.600 dan XRP ke USD 2,9, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap aset kripto utama setelah masa konsolidasi panjang.
Dana Institusional dan ETF Dorong Lonjakan Harga
Reli Bitcoin kali ini didorong oleh meningkatnya arus dana institusional dan melemahnya dolar AS yang membuat investor mencari alternatif aset pelindung nilai.
Sejumlah ETF Bitcoin yang dikelola perusahaan global seperti BlackRock dan Fidelity mencatat arus masuk miliaran dolar hanya dalam sepekan terakhir.
Selain itu, cadangan Bitcoin di bursa global tercatat berada di titik terendah dalam enam tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak investor memilih menyimpan Bitcoin di dompet pribadi untuk jangka panjang, menandakan keyakinan kuat akan potensi kenaikan harga ke depan.
Bukan Sekadar Euforia Pasar
Menurut Vice President INDODAX, Antony Kusuma, pencapaian harga Bitcoin kali ini bukan sekadar euforia pasar, tetapi sinyal bahwa aset digital mulai diakui dalam sistem keuangan global.
Ia menilai harga di level USD 126.000 membuktikan bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Kini, Bitcoin tidak lagi dipandang sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui lembaga keuangan besar di seluruh dunia.
Antony menjelaskan bahwa reli harga kali ini lebih banyak digerakkan oleh partisipasi institusi dibandingkan investor ritel.
“Ketika arus dana besar masuk ke produk-produk berbasis Bitcoin, seperti ETF dan treasury korporasi, meski porsinya masih kecil dibanding total suplai, hal itu menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap infrastruktur aset digital global,” ujarnya.
Ia juga menilai karakter pasar saat ini lebih sehat dibandingkan siklus sebelumnya. Pada 2021, euforia Bitcoin lebih banyak didorong faktor emosional investor ritel, sedangkan kini didukung oleh penurunan cadangan di bursa dan meningkatnya permintaan institusional yang stabil.
Investor Domestik Makin Percaya Diri, Volume Perdagangan Melonjak
Antony mengungkapkan bahwa aktivitas perdagangan di platform INDODAX meningkat tajam seiring lonjakan harga Bitcoin.
Dalam sepekan terakhir, volume transaksi naik hampir 50% dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan, pada hari ketika Bitcoin menyentuh rekor USD 126.000, volume perdagangan di INDODAX mencapai Rp1 triliun.
Menurutnya, peningkatan ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin percaya diri terhadap investasi kripto dan mulai melihatnya sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.
Ia juga menyebut momentum ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi dalam ekosistem kripto global.
Dengan regulasi yang semakin matang dan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri aset kripto Indonesia dinilai berpotensi menjadi salah satu yang paling progresif di Asia Tenggara.
Bitcoin Jadi Emas Digital
Lebih jauh, Antony menekankan bahwa Bitcoin kini berperan sebagai “emas digital” modern. Keterbatasan suplai Bitcoin yang hanya 21 juta unit menjadikannya aset yang langka secara fundamental. Ketika permintaan terus tumbuh, terutama dari institusi besar, harga Bitcoin pun cenderung terus meningkat.
Meski begitu, ia mengingatkan agar investor tetap disiplin dan berhati-hati dalam menghadapi euforia pasar.
“Selama Bitcoin mampu bertahan di atas level psikologis USD 120.000, tren bullish masih sangat kuat. Namun investor perlu tetap rasional dan tidak terjebak pada euforia jangka pendek,” imbuhnya.
Antony juga menegaskan pentingnya menerapkan strategi investasi yang konsisten seperti Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk menghadapi volatilitas pasar. Strategi ini, kata dia, terbukti membantu membangun portofolio jangka panjang yang lebih kuat.
Selain Bitcoin, Antony melihat dampak positif terhadap aset kripto besar lainnya seperti Ethereum dan XRP. Menurutnya, ketika Bitcoin mencapai rekor baru, modal biasanya ikut berputar ke altcoin utama, menandakan seluruh ekosistem kripto tengah memasuki fase pertumbuhan berikutnya.