Liputan6.com, Jakarta - Fenomena besar yang disebut “flippening” mungkin sedang mendekat, menurut salah satu pendiri Ethereum Joseph Lubin.
"Saya pikir kita pernah membicarakan tentang flippening, di mana nilai basis moneter ether akan melampaui Bitcoin,” kata Lubin kepada CNBC bulan lalu, dilansir pada Sabtu, (16/8/2025).
“Sebagian orang menganggap itu tidak akan pernah terjadi. Ada juga yang percaya hal itu butuh beberapa tahun. Menurut saya, kita bisa melihat perkembangan luar biasa dalam setahun ke depan, terutama dengan dorongan dari perusahaan-perusahaan treasury," ia menambahkan.
Istilah flippening merujuk pada kemungkinan kapitalisasi pasar Ethereum melampaui Bitcoin. Bagi para pendukung inti, khususnya di masa awal Ethereum, hal ini terasa seperti sesuatu yang pasti terjadi. Kemampuan Ethereum untuk diprogram dianggap memberinya utilitas lebih besar dibandingkan Bitcoin.
Momen ini hampir tercapai pada 2017, ketika kapitalisasi pasar Ethereum mencapai sekitar 84 persen dari Bitcoin. Namun, sejak itu kesenjangan justru semakin melebar.
Terakhir tercatat, kapitalisasi pasar Ethereum sebesar USD 531 miliar atau sekitar 22 persen dari Bitcoin yang mencapai USD 2,4 triliun.
Optimisme terhadap Ethereum Meningkat
Meski begitu, optimisme terhadap Ethereum kembali meningkat, seperti yang terlihat dari pernyataan terbaru Joseph Lubin.
“Ada kemungkinan besar Ethereum bisa melampaui Bitcoin dalam hal nilai jaringan,” kata Kepala Investasi Fundstrat, Tom Lee, dalam episode podcast kripto Bankless pada 6 Agustus lalu.
Lubin dan Lee membuktikan keyakinan mereka dengan mendirikan perusahaan treasury Ethereum yang dalam waktu singkat berhasil mengakumulasi aset bernilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS).
Kehadiran perusahaan-perusahaan ini turut memperkuat sentimen positif terhadap ETH. Pergeseran mood ini muncul seiring semakin menguatnya narasi tokenisasi di Wall Street.
Keyakinannya, pasar dan aset global pada akhirnya akan berpindah ke blockchain demi menekan biaya, mempercepat waktu penyelesaian transaksi, dan beroperasi 24 jam sehari.
Arus Dana ke Ethereum
Kepala Investasi Bitwise, Matt Hougan, bahkan menilai peluang ini bernilai ratusan triliun dolar AS, dan bisa menjadi aplikasi blockchain yang skalanya melebihi Bitcoin.
Ethereum diprediksi menjadi penerima manfaat utama dari arus masuk modal tersebut, mengingat saat ini menjadi platform tokenisasi terfavorit dengan pangsa pasar 55 persen menurut RWA.xyz.
Angka ini melonjak hampir 80 persen jika menghitung pangsa Layer 2 seperti ZKsync Era dan Arbitrum untuk Ethereum. Robinhood (NASDAQ: HOOD) baru-baru ini juga memilih Arbitrum untuk meluncurkan perdagangan saham tokenisasi bagi investor di Eropa.
Arus masuk modal dari tren tokenisasi diperkirakan akan berdampak signifikan pada harga ETH. Tom Lee, misalnya, memperkirakan aset ini bisa melonjak ke kisaran USD 7.000 hingga USD 15.000 dalam jangka pendek.
Lonjakan Pembelian
Ia juga melihat peluang nilai ETH menembus lebih dari USD 20.000 dalam jangka panjang. Selain Lee, VanEck (perusahaan investasi besar) baru-baru ini kembali mengangkat prediksi Juni 2024 bahwa ETH bisa mencapai USD 22.000 pada tahun 2030.
Terakhir tercatat, ETH diperdagangkan di kisaran USD 4.300, naik 200 persen dari level terendah April sebesar USD 1.400. Lonjakan ini ditopang oleh pembelian dari perusahaan treasury dan arus masuk rekor dari exchange-traded funds (ETF) di tengah euforia tokenisasi. Saat ini, harga ETH hanya terpaut sekitar 12 persen dari rekor tertingginya di USD 4.900.
Apakah narasi tokenisasi akan menjadi pendorong yang membawa Ethereum menuju tonggak flippening yang ikonik? Waktu yang akan menjawab.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.