Cetak Rekor Baru, Begini Prediksi Harga Bitcoin ke Depan

2 months ago 28

Liputan6.com, Jakarta Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juli 2025 tercatat stabil di level 2,7% secara tahunan, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,8%. Kondisi ini menandakan tekanan harga mulai terkendali, meski belum sepenuhnya hilang. Stabilnya inflasi mendorong keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17 September mendatang.

Berdasarkan data CME FedWatch, peluang pemangkasan kini mencapai 93,9%, salah satu yang tertinggi sepanjang tahun. Ekspektasi tersebut menjadi katalis positif bagi aset berisiko, termasuk kripto. Investor menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter akan meningkatkan likuiditas global, yang pada gilirannya mendorong kenaikan valuasi aset digital.

Bitcoin Pecahkan Rekor Baru

Sejalan dengan optimisme pasar, Bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi baru di level USD 124.000 pada Kamis pagi (14/8/2025), melampaui puncak pertengahan Juli. Penguatan harga ini tidak hanya didorong faktor makroekonomi, tetapi juga meningkatnya minat institusional.

Beberapa perusahaan besar dalam beberapa pekan terakhir semakin gencar mengadopsi strategi treasury berbasis Bitcoin, langkah yang sebelumnya dipopulerkan oleh MicroStrategy Incorporated.

Fenomena ini mengubah persepsi terhadap Bitcoin. Dari yang sebelumnya dianggap sebagai instrumen spekulasi murni, kini Bitcoin mulai diposisikan sebagai aset treasury jangka panjang oleh sejumlah korporasi global. Perubahan pandangan ini turut memperkuat legitimasi Bitcoin di pasar keuangan internasional.

Titik Kritis Pasar Kripto

Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai situasi saat ini sebagai fase penting yang mempertemukan kekuatan sentimen makro dan fundamental kripto.

“Kita sedang melihat pertemuan dua faktor besar: inflasi yang mulai terkendali di bawah ekspektasi pasar, dan peluang pemangkasan suku bunga yang sangat tinggi. Kombinasi ini menciptakan kondisi di mana modal global lebih berani bergerak ke aset berisiko, termasuk kripto,” jelasnya, Senin (18/8/2025).

Menurut Antony, pencapaian rekor Bitcoin di US$124.000 bukan hanya cerminan euforia jangka pendek, tetapi akumulasi kepercayaan pasar terhadap posisi Bitcoin di masa depan.

“Institusi besar, termasuk korporasi publik, kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai bagian dari strategi treasury. Ini bukan sekadar spekulasi, ini adalah reposisi Bitcoin dari aset alternatif menjadi aset strategis,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti bahwa langkah korporasi besar seperti MicroStrategy mengirimkan pesan penting. “Ketika perusahaan mengalihkan sebagian kas mereka ke Bitcoin, itu bukan hanya memengaruhi harga hari ini. Mereka menunjukkan bahwa Bitcoin dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kebijakan moneter dan inflasi jangka panjang,” tambahnya.

Risiko dan Strategi Investasi

Meski demikian, Antony mengingatkan bahwa euforia tidak boleh membuat investor melupakan risiko kripto.

“Reli besar sering kali diikuti koreksi tajam. Ini hukum alam di pasar berisiko tinggi. Investor yang hanya mengejar kenaikan tanpa strategi keluar sama saja dengan masuk ke arena dengan mata tertutup,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa volatilitas harus dipandang sebagai peluang, bukan ancaman. “Banyak investor baru ingin volatilitas hilang, padahal justru di sanalah peluang berada. Yang diperlukan adalah kemampuan membaca pola dan menetapkan batas risiko yang jelas,” ujarnya.

Antony juga menekankan pentingnya diversifikasi. “Meski Bitcoin sedang menjadi magnet perhatian, menaruh seluruh modal di satu aset adalah bentuk konsentrasi risiko yang sangat tinggi. Investor bijak akan memadukan aset berisiko dengan instrumen stabil untuk menjaga keseimbangan portofolio,” katanya.

Menjelang keputusan The Fed, Antony menilai momen ini akan menjadi ujian kedewasaan investor. “Mereka yang mampu memisahkan sinyal dari kebisingan pasar akan mampu mengambil keputusan yang tepat. Yang terjebak pada FOMO justru berisiko membeli di puncak,” jelasnya.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |