Bolivia Gandeng El Salvador untuk Adopsi Kripto

2 months ago 37

Liputan6.com, Jakarta - Setahun setelah mencabut larangan kripto, Bolivia bermitra dengan El Salvador untuk memajukan kebijakan dan infrastruktur aset digitalnya. Apakah Bolivia akan sepenuhnya mendukung kripto?

Mengutip Crypto News, ditulis Jumat (1/8/2025), Bolivia, negara yang bergulat dengan ketidakstabilan ekonomi, dan El Salvador, salah satu negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, telah bekerja sama untuk mempromosikan kripto sebagai alternatif mata uang tradisional.

Menurut surat yang diterbitkan oleh Bank Sentral Bolivia (BCB), kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memfasilitasi kerja sama timbal balik dalam pengembangan kebijakan kripto, strategi regulasi, dan pertukaran perangkat intelijen blockchain.Perjanjian ini berlaku efektif segera dan berlaku untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Apa yang diharapkan Bolivia dari kemitraan dengan El Salvador?

Bolivia memandang masuknya El Salvador lebih awal ke dunia kripto sebagai model yang patut dipelajari. Dengan menjadi negara pertama yang mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada 2021, El Salvador mendapatkan pujian sekaligus sorotan.

Bank sentral Bolivia kini berharap dapat belajar dari pengalaman tersebut, terutama dalam mengembangkan regulasi kripto yang efektif, mengelola risiko, dan mengintegrasikan blockchain ke dalam infrastruktur keuangannya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Mitra Strategis

Menurut surat resmi BCB, tujuannya adalah untuk mempromosikan ekosistem aset digital yang "aman dan teregulasi" yang dapat menarik investasi dan menciptakan peluang ekonomi baru. Bank sentral menyatakan bahwa mereka memandang mata uang kripto sebagai alternatif yang layak dan andal untuk mata uang tradisional, terutama bagi keluarga dan pengusaha kecil.

Khususnya, CNAD, badan regulator yang mengawasi sektor kripto di El Salvador, akan membantu Bolivia memahami tantangan operasional dan regulasi yang terkait dengan aset digital.

Pengalaman El Salvador sebagai negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah memposisikannya sebagai mitra strategis bagi Bolivia, yang masih dalam tahap awal kerangka kripto nasionalnya.

Mengapa Bolivia baru mengupayakan hal ini sekarang?

Waktunya bukanlah suatu kebetulan. Kesepakatan ini muncul hanya satu tahun setelah Bolivia mencabut larangan kripto yang telah lama berlaku pada Juni 2024. Pembalikan tersebut membuka pintu bagi bank untuk memproses transaksi Bitcoin dan stablecoin.

Volume Perdagangan Kripto Melonjak

Sejak saat itu, volume perdagangan kripto telah melonjak. Menurut data resmi, Bolivia mencatat transaksi kripto senilai USD 294 juta atau Rp 4,85 triliun (asumsi kurs dolar AS di kisaran 16.508) pada pertengahan 2025, naik dari USD 46,8 juta atau Rp 772,58 miliar pada bulan-bulan setelah larangan tersebut.

Kesulitan ekonomi selama bertahun-tahun telah mendorong banyak warga Bolivia untuk mencari alternatif. Cadangan devisa negara tersebut telah anjlok hampir 98% selama dekade terakhir, dari USD 12,7 miliar atau Rp 209,65 triliun pada 2014 menjadi hanya USD 165 juta atau Rp 2,72 triliun pada April 2025.

Mata uang nasional, boliviano, masih digunakan, tetapi daya belinya telah terkikis secara signifikan. Di pasar gelap, Bitcoin diperdagangkan dengan diskon besar, dan kekhawatiran devaluasi lebih lanjut telah mendorong banyak orang untuk mencari stabilitas dalam bentuk dolar AS atau mata uang kripto yang dipatok dolar seperti USDT milik Tether.

Masyarakat Bolivia aktif menggunakan mata uang kripto

Usaha kecil, termasuk restoran, pangkas rambut, dan salon kecantikan, kini menerima pembayaran dalam Bitcoin dan USDT. Di banyak pusat kota, dilaporkan tidak jarang melihat menu atau label harga yang didenominasi langsung dalam stablecoin.

Volume Transaksi Harian USDT

Dalam sebuah pernyataan awal tahun ini, CEO Tether, Paolo Ardoino, menggambarkan pergeseran akar rumput ini sebagai perkembangan yang "revolusioner secara diam-diam" sambil membagikan gambar toko-toko di Bolivia yang menetapkan harga barang mereka dalam USDT.

Menurut mantan Presiden Bank Sentral Jose Gabriel Espinoza, volume transaksi harian USDT mencapai USD 600.000 pada tahun 2025, meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun angka ini masih merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perekonomian, tingkat adopsinya terus berkembang pesat.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh crypto.news, raksasa perbankan Bolivia, Banco Bisa, telah memimpin dengan meluncurkan layanan kustodi untuk USDT Tether pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, media lokal melaporkan pada Maret bahwa perusahaan minyak dan gas milik negara Bolivia, YPFB, telah mengonfirmasi rencana untuk mulai menggunakan mata uang kripto untuk impor bahan bakar.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |