Bitcoin Vs Shiba Inu: Mana yang Lebih Cuan Tahun Ini?

5 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin (BTC) dan Shiba Inu (SHIB) umumnya menarik dua tipe investor yang berbeda. Bitcoin, sebagai mata uang kripto terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 2,43 triliun, dianggap sebagai aset “blue chip” yang bernilai tinggi karena sifatnya yang langka. Mata uang kripto ini sering kali dibandingkan dengan emas.

Sementara itu, Shiba Inu dengan kapitalisasi pasar sekitar USD 7,2 miliar merupakan koin meme yang awalnya dibuat sebagai parodi dari Dogecoin (CRYPTO: DOGE), yang notabenenya juga merupakan parodi dari Bitcoin.

Dikutip dari Yahoo Finance, Senin (13/10/2025), dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, koin bertema anjing ini mengalami penurunan harga sekitar 30%, sementara harga Bitcoin justru melonjak hingga 95%.

Bagi sebagian besar investor, Bitcoin tampak sebagai pilihan yang lebih logis dan stabil. Namun, menelaah lebih dalam, apakah ada alasan yang cukup kuat untuk mengambil langkah berlawanan dan memilih Shiba Inu dibandingkan Bitcoin?

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Perbedaan Bitcoin dan Shiba Inu

Bitcoin

Bitcoin menggunakan mekanisme proof-of-work (PoW), di mana penambang harus menyelesaikan perhitungan komputer berat untuk memvalidasi transaksi dan mengamankan jaringan. Sebagai imbalannya, mereka mendapat Bitcoin baru, tapi angka taksiran yang diperoleh tidak tetap.

Setiap sekitar empat tahun, sistem Bitcoin menjalankan proses yang disebut halving, yaitu memangkas hadiah bagi penambang menjadi setengah dari sebelumnya. Dengan begitu, pasokan Bitcoin baru yang masuk ke pasar dikontrol secara otomatis oleh sistem, membuatnya makin langka seiring waktu.

Dari total pasokan maksimum 21 juta token, sebanyak 19,9 juta Bitcoin telah berhasil ditambang. Kelangkaan yang telah diprogram ini menjadikan Bitcoin mirip dengan emas atau aset berharga lainnya. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) mengakui kemiripan Bitcoin dengan komoditas konvensional. Pada Januari lalu mereka memberikan persetujuan terhadap ETF Bitcoin spot. Hal ini dianggap sebagai tonggak penting, karena membuka pintu bagi investor besar untuk berinvestasi di Bitcoin melalui mekanisme resmi di bursa saham.

Banyak perusahaan, investor institusional, bahkan beberapa negara kini menyimpan Bitcoin dan melihatnya sebagai aset yang dapat mempertahankan nilai dalam jangka panjang. 

Shiba Inu

Sementara itu, Shiba Inu adalah token ERC-20 yang dibuat di atas jaringan Ethereum (CRYPTO: ETH). Token ini ditambang dengan mekanisme proof-of-stake (PoS) yang jauh lebih hemat energi.

Berbeda dengan PoW, blockchain PoS tidak mendukung aktivitas penambangan. Namun, blockchain PoS ini mendukung penggunaan smart contract yang memungkinkan pengembangan berbagai aset digital seperti aplikasi terdesentralisasi (dApps), non-fungible token (NFT), dan aset kripto lainnya. Token PoS juga dapat “di-stake”, atau dikunci untuk mendapatkan imbal hasil yang mirip dengan bunga. 

Karena Shiba Inu dibuat di jaringan Ethereum dan masih beroperasi di Layer-1 (L1) milik Ethereum, token ini tidak memiliki kemampuan bawaan untuk berkembang sendiri.

Seluruh pasokan Shiba Inu sebanyak 1 kuadriliun token, telah diterbitkan sejak awal peluncurannya. Namun, mekanisme pembakaran token berkala (burn) yang secara permanen menghapus sebagian token dari peredaran, telah menurunkan jumlah yang beredar menjadi sekitar 589,5 triliun token. 

Meski begitu, kemungkinan perusahaan kripto akan mengajukan ETF Shiba Inu kepada SEC masih sangat kecil untuk saat ini.

Bull dan Bear Shiba Inu

Pertumbuhan Shiba Inu di masa depan sangat bergantung pada Shibarium, jaringan Layer-2 (L2) yang diluncurkan pada 2023. Dengan memproses transaksi di luar rantai utama (off-chain), Shibarium mampu meningkatkan kecepatan transaksi dan menekan biaya transaksi dibandingkan blockchain Ethereum L1. 

Agar semakin kompetitif, tim Shiba Inu memperkuat Shibarium dengan alat pengembang baru, subsidi biaya transaksi, serta model staking yang lebih aman. Namun, insiden pelanggaran keamanan besar pada September lalu menunjukkan bahwa masih ada risiko teknis yang harus diatasi. 

Pihak optimistis (bull) memperkirakan bahwa harga Shiba Inu akan meningkat jika Shibarium berhasil menarik lebih banyak pengembang dan pengguna dApp. Namun dari sisi pesimis (bear), Shiba Inu masih menghadapi persaingan berat dari jaringan L2 Ethereum lain seperti Arbitrum (ARB) dan Polygon (MATIC), serta blockchain L1 PoS seperti Solana (SOL) yang lebih cepat dan efisien. 

Dikutip dari Yahoo Finance, tanpa inovasi yang menonjol, Shiba Inu berisiko kehilangan momentum dan tertinggal dari token unggulan lain. Bahkan jika suku bunga global menurun dan pasar kripto kembali bergairah, aset ini bisa saja kembali tersisih oleh Bitcoin dan Ether, seperti yang terjadi di tahun sebelumnya.

Apakah Ada Alasan Lain untuk Membeli Shiba Inu Dibandingkan Bitcoin?

Sebagian investor berpendapat bahwa Shiba Inu masih memiliki potensi kenaikan harga yang besar, mengingat posisinya yang relatif kecil dibandingkan Bitcoin.

Namun, pada kenyataannya, banyak token yang dianggap “underdog” justru gagal bertahan karena sulit diukur berdasarkan kelangkaan atau kekuatan ekosistem pengembangnya.

Hal ini membuat Shiba Inu berpotensi tertinggal dari Bitcoin dalam waktu dekat. Bitcoin memiliki pemicu pertumbuhan yang jelas, seperti halving dan meningkatnya dukungan institusional.

Sedangkan, Shiba Inu bisa saja tersisih di tengah persaingan pasar, terutama oleh token PoS besar seperti Ether dan Solana yang menawarkan teknologi dan ekosistem yang lebih matang.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |