Liputan6.com, Jakarta Istilah "Ular Ekor Merah" di Indonesia seringkali merujuk pada beberapa spesies ular berbisa yang memiliki ciri khas ekor berwarna kemerahan. Penamaan ini bisa membingungkan karena ada dua spesies utama yang paling sering dikaitkan dengan sebutan tersebut.
Dua spesies ini adalah Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata) dan Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris). Keduanya memiliki karakteristik unik dan tingkat bahaya yang berbeda, sehingga penting untuk memahami perbedaan masing-masing.
Ular Cabai Besar dikenal secara internasional sebagai Blue Coral Snake, sementara Ular Hijau Ekor Merah juga disebut White-lipped Pit Viper atau Ular Bangkai Laut. Kedua ular ini sama-sama berbisa dan memerlukan kewaspadaan tinggi. Lantas ular ekor merah apakah berbahaya? Bagaimana fakta yang sebenarnya? Melansir dari berbagai sumber, Senin (13/10), simak ulasan informasinya berikut ini.
Mengenal Ular Ekor Merah
Istilah "Ular Ekor Merah" di Indonesia seringkali merujuk pada beberapa spesies ular berbisa yang memiliki ciri khas ekor berwarna kemerahan. Terdapat dua spesies utama yang paling sering dikaitkan dengan sebutan tersebut.
1. Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata)
Ular Cabai Besar, atau secara ilmiah dikenal sebagai Calliophis bivirgata, merupakan salah satu reptil paling menarik sekaligus mematikan yang mendiami hutan-hutan tropis Asia Tenggara. Spesies ini juga dikenal secara internasional dengan sebutan Blue Coral Snake atau Blue Malayan Coral Snake dalam bahasa Inggris.
Ciri khas ular ini sangat mencolok. Ular ini mudah dikenali dengan punggung yang berwarna biru tua atau biru keunguan, terdapat sepasang garis berwarna biru terang di bagian sisi, serta warna merah cerah pada kepala, perut, dan ekor.
2. Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris)
Ular hijau ekor merah, atau yang dikenal juga sebagai ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris), merupakan jenis ular berbisa yang memiliki penampilan mencolok dengan warna hijau cerah dan ekor merah kecoklatan. Spesies ini juga dikenal dengan nama lain seperti White-lipped Pit Viper, oray bungka, atau ula bangka-laut di berbagai daerah.
Ciri khasnya adalah tubuh berwarna hijau cerah dengan bibir keputihan atau kekuningan, serta ujung ekor berwarna kemerahan atau coklat kemerahan. Sisi atas ekor yang kemerahan ini sering membuatnya dijuluki ular hijau buntut merah
Ular Ekor Merah Apakah Berbahaya?
Ya, kedua spesies ular yang dikenal sebagai "Ular Ekor Merah" di Indonesia, yaitu Calliophis bivirgata (Ular Cabai Besar) dan Trimeresurus albolabris (Ular Hijau Ekor Merah), adalah ular berbisa dan berbahaya bagi manusia. Tingkat bahaya dan jenis bisanya berbeda, namun keduanya dapat menyebabkan dampak serius.
1. Bahaya dari Calliophis bivirgata
Ular Cabai Besar adalah ular langka yang indah, namun sangat berbisa dan merupakan elapid bertaring depan. Di balik keindahannya tersimpan bisa yang sangat kuat dan unik, berbeda dari kebanyakan ular berbisa lainnya.
Gigitannya dapat menyebabkan kejang luar biasa dan kelumpuhan (paralisis), yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Siapa yang digigitnya akan mengalami kematian yang mengerikan. Meskipun demikian, ular ini cenderung melarikan diri saat terganggu, namun dapat tetap melingkar dengan ekor tegak sebagai peringatan
2. Bahaya dari Trimeresurus albolabris
Ular ini berbisa tinggi dan dapat menggigit dengan sangat cepat. Trimeresurus albolabris merupakan ular yang sering ditemukan, sehingga keberadaan bahaya dari ular ini sering ada. Meskipun gigitan ular ini jarang berakibat fatal, bisa hemotoksiknya dapat menyebabkan rasa sakit, panas terbakar, pembengkakan, dan kerusakan jaringan (nekrosis)
Dalam kasus yang parah, bisa ini dapat menyebabkan efek sistemik seperti gangguan pembekuan darah karena kandungan zat hemotoksinnya. Menurut penelitian, sekitar 50% kasus gigitan ular di Indonesia disebabkan oleh jenis ini, dengan sekitar 2,4% gigitan berakibat fatal.
Penjelasan Lebih Lanjut Mengenai Bahaya Ular Ekor Merah
Bahaya dari "Ular Ekor Merah" sangat bergantung pada spesiesnya dan jenis bisa yang dimilikinya. Memahami mekanisme kerja bisa masing-masing spesies sangat penting untuk penanganan yang tepat.
1. Bisa Neurotoksik Calliophis bivirgata
Calliophis bivirgata memiliki bisa neurotoksik yang sangat kuat, mengandung senyawa yang disebut calliotoxin. Ular ini juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di antara ular-ular berbisa di dunia.
Calliotoxin mengganggu kanal sodium, jalur yang mengatur aktif atau tidaknya saraf. Racun ini membuat kanal sodium terus aktif, menyebabkan kejang, kram, dan kelumpuhan parah. Gigitan dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, kejang, dan kelumpuhan yang cepat. Meskipun laporan kematian manusia jarang terjadi, bisa ini sangat mematikan. Saat ini, belum ada antivenom spesifik yang dikembangkan untuk bisa Calliophis bivirgata.
2. Bisa Hemotoksik Trimeresurus albolabris
Trimeresurus albolabris memiliki bisa hemotoksik yang menyerang sel darah merah dan mengganggu pembekuan darah. Bisa ini mengandung zat prokoagulan yang dapat menyebabkan pembekuan darah intravaskular, serta merusak jaringan lokal.
Gigitan menyebabkan rasa sakit hebat, bengkak, kemerahan, dan panas di area gigitan. Dapat terjadi nekrosis (kerusakan jaringan) dan, jika tidak ditangani, bisa menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, sekitar 15 menit dalam kasus parah.
Meskipun belum ada penawar racun khusus untuk bisa ular hijau ekor merah, korban gigitan biasanya masih bisa disembuhkan dengan penyuntikan serum antivenom yang sesuai. Penanganan medis yang cepat sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius
5 Fakta Penting tentang Ular Ekor Merah
Ada beberapa fakta menarik dan penting yang perlu diketahui tentang ular yang dikenal sebagai "Ular Ekor Merah". Informasi ini membantu kita memahami lebih dalam tentang karakteristik dan potensi bahaya mereka. Fakta-fakta ini mencakup identifikasi spesies, jenis bisa yang dimiliki, keunikan kelenjar bisa, kebiasaan makan, hingga potensi medis dari racunnya.
Dengan mengetahui fakta-fakta ini, masyarakat dapat lebih waspada dan bertindak bijak jika bertemu dengan ular tersebut. Memahami perbedaan antara spesies yang disebut "Ular Ekor Merah" juga krusial. Ini karena penanganan gigitan bisa sangat bervariasi tergantung pada jenis bisanya.Identifikasi Spesies yang Berbeda:
1. Identifikasi Spesies yang Berbeda
Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata) termasuk dalam famili Elapidae, yang juga mencakup kobra dan krait. Ular dewasa spesies ini dapat mencapai panjang hingga 1,8 meter, dengan karakteristik tubuh yang relatif ramping.
Kepala, ekor, dan bagian bawah tubuhnya berwarna merah cerah, sedangkan bagian atas tubuhnya berwarna hitam kebiruan, serta dihiasi garis berwarna putih atau kebiruan yang membentang di sepanjang sisi badannya. Sementara itu, Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris) termasuk dalam famili Viperidae (ular beludak).
Panjangnya bisa mencapai 1 meter, dengan tubuh hijau cerah, kepala segitiga tumpul, dan ekor coklat kemerahan. Sisik dorsal ular ini berwarna hijau, bagian bawahnya lebih pucat, dan matanya oranye-kuning.
2. Jenis Bisa yang Berbeda dan Mematikan
Bisa Calliophis bivirgata mengandung calliotoxin, neurotoksin yang sangat kuat yang menyebabkan paralisis spastik pada mangsanya dengan memengaruhi saluran natrium (NaV) pada saraf. Ini menyebabkan saraf terus-menerus aktif, mengakibatkan kram, kejang, dan kelumpuhan.
Di sisi lain, bisa Trimeresurus albolabris bersifat hemotoksik, yang berarti menyerang sistem peredaran darah, menghancurkan sel darah merah, dan mengganggu pembekuan darah. Gejala gigitan meliputi nyeri lokal, bengkak, memar, dan dalam kasus parah, pendarahan internal serta kerusakan jaringan
3. Kelenjar Bisa Terpanjang di Dunia
Calliophis bivirgata memiliki kelenjar bisa yang sangat panjang, membentang hingga seperempat dari total panjang tubuhnya. Kelenjar bisa yang tidak biasa ini menunjukkan evolusi unik dalam sistem racunnya.
4. Pemangsa Ular Lain
Calliophis bivirgata dikenal sebagai "pembunuh para pembunuh" karena makanan utamanya adalah ular lain, termasuk spesies berbisa seperti King Cobra. Ini adalah adaptasi ekologis yang menarik, menempatkannya di puncak rantai makanan di antara reptil. Sementara itu, Trimeresurus albolabris memangsa burung, katak kecil, dan mamalia kecil
5. Potensi Medis untuk Penghilang Rasa Sakit
Penelitian terhadap calliotoxin dari Calliophis bivirgata menunjukkan potensi besar dalam pengembangan obat penghilang rasa sakit. Senyawa ini bekerja dengan memengaruhi kanal sodium, yang juga berperan dalam transmisi rasa sakit pada manusia.
Penghambatan kanal sodium adalah pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit kronis. Calliotoxin dapat menjadi model untuk senyawa sintetis baru yang lebih ampuh dari morfin.
People Also Ask
1. Ular Ekor Merah apakah berbahaya bagi manusia?
Jawaban: Ya, kedua spesies yang dikenal sebagai Ular Ekor Merah di Indonesia, yaitu Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata) dan Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris), adalah ular berbisa dan berbahaya bagi manusia.
2. Apa perbedaan jenis bisa antara Ular Cabai Besar dan Ular Hijau Ekor Merah?
Jawaban: Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata) memiliki bisa neurotoksik yang sangat kuat (calliotoxin) yang menyerang saraf, sedangkan Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris) memiliki bisa hemotoksik yang menyerang sel darah merah dan mengganggu pembekuan darah.
3. Apa yang harus dilakukan jika digigit Ular Ekor Merah?
Jawaban: Jika digigit, segera cari pertolongan medis profesional. Jangan mencoba mengobati sendiri atau menggunakan metode tradisional yang tidak terbukti karena penanganan cepat sangat krusial.
4. Apakah ada antivenom untuk gigitan Ular Cabai Besar?
Jawaban: Saat ini, belum ada antivenom spesifik yang dikembangkan untuk bisa Calliophis bivirgata (Ular Cabai Besar), sehingga penanganan medis berfokus pada gejala dan dukungan hidup.
5. Bagaimana cara mencegah ular ekor merah masuk ke rumah?
Jawaban: Untuk mencegahnya, jaga kebersihan lingkungan rumah, pangkas rumput dan semak secara teratur, hindari penumpukan barang bekas, serta batasi sumber air di sekitar rumah.

                        3 weeks ago
                                18
                    :strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396841/original/091910700_1761793916-Gemini_Generated_Image_kswmhlkswmhlkswm.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401587/original/009316200_1762217918-Dosen_IMDE.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2742451/original/087257400_1551683551-HL_3__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4042754/original/094706200_1654358757-Screenshot_1983.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4251141/original/014812300_1670308174-4_englshfluw.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381781/original/086724600_1760517279-crop-hand-picking-rice-from-steamer.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395670/original/087777900_1761713952-teras_resort_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400672/original/014332900_1762144721-Buah_Potong.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3275927/original/052757500_1603431735-garlic-545223_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282085/original/078509300_1752462233-Lycodon_capucinus.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5343606/original/019390500_1757460767-Gemini_Generated_Image_3m58s43m58s43m58.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5397513/original/045483200_1761810615-Gemini_Generated_Image_it8qgait8qgait8q.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393399/original/081793800_1761553441-Gemini_Generated_Image_oci01doci01doci0.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398934/original/064747700_1761900498-Ular_Ekor_Pendek.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365718/original/070209600_1759204378-pexels-foodie-factor-162291-557659.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2216572/original/028939300_1526528717-_3__776373-5-jenis-cabai-terpedas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5397947/original/063202700_1761821910-pagar_powder_coating_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398715/original/062215000_1761895238-Simpan_Roti_di_Kulkas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365423/original/038118800_1759185954-Gemini_Generated_Image_kyppxhkyppxhkypp.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5390890/original/008207800_1761291042-Ruang_Kerja_Terintegrasi_yang_Estetik.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2352163/original/056517200_1536200248-20180905-Penumpang-Emirates-Sakit-Misterius-Saat-Mendarat-di-NY-AP-2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4350265/original/051288500_1678243458-Crypto_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5225151/original/016608900_1747653520-0E6A3318-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5214855/original/012540300_1746781955-memesan_tiket_lebih_awal.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4096950/original/092230800_1658456125-jingyi-lyu-PRxxSiCphj0-unsplash.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4732115/original/070853200_1706779283-fotor-ai-20240201161614.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5231035/original/033368700_1748061699-Kopi_hitam.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4816486/original/000456500_1714383664-fotor-ai-20240429133814.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4816480/original/079795300_1714383491-fotor-ai-2024042913369.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4185982/original/092392900_1665357835-kelly-sikkema-LzC5WBafIBk-unsplash_1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5082637/original/085587200_1736235026-1736231871543_7-love-language-apa-saja.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3541994/original/000639400_1629114112-pexels-ivan-samkov-4458554.jpg)
