Lonjakan Harga di Depan Mata, Bitcoin Diproyeksi Tembus USD 200.000

1 week ago 10

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin (BTC) diprediksi bisa menembus level USD 200.000 per koin pada akhir tahun.

Dilansir dari Yahoo Finance pada Rabu (10/8/2025), analis kripto dan mitra pengelola Fundstrat Global Advisors, Tom Lee, telah membuat prediksi bahwa pemotongan suku bunga yang diharapkan bank sentral AS pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada tanggal 17 September akan mendorong aset tumbuh lebih tinggi.

Menurutnya, katalis utama yang akan mendorong kenaikan itu adalah kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

"Bitcoin dan mata uang kripto seperti Ethereum sangat sensitif terhadap kebijakan moneter," ujar Lee.

Ia menambahkan, keputusan The Fed dalam pertemuan kebijakan moneter pada 17 September mendatang akan menjadi pemicu penting.

"Saya pikir Bitcoin bisa dengan mudah mencapai USD 200.000 sebelum akhir tahun, dan saya tahu itu merupakan pergerakan yang besar," ungkap Lee.

Berdasarkan data CoinGecko, harga Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan di kisaran USD 112.000, naik kurang dari satu persen dalam 24 jam terakhir.

Sebelumnya, aset kripto ini mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada bulan lalu di USD 124.128 sebelum mengalami koreksi akibat kekhawatiran investor terhadap inflasi, ekonomi AS, dan ketidakpastian makroekonomi lainnya.

Sejarah Prediksi Tom Lee

Tom Lee, yang juga dikenal sebagai tokoh di balik strategi Ethereum untuk BitMine Immersions, sering membuat prediksi berani. Meskipun prediksinya tentang kenaikan harga Bitcoin secara umum akurat, waktu pencapaian target harganya seringkali meleset.

Sebagai contoh, pada tahun 2018, ia memprediksi Bitcoin akan mencapai USD 125.000 pada tahun 2022.

Namun, harga tertinggi aset ini pada tahun itu hanya menyentuh USD 47.737 sebelum anjlok di bawah USD 16.000, padahal rekor tertinggi sepanjang masa tercapai di USD 69.044 pada tahun 2021.

Latar Belakang Kebijakan The Fed

The Fed tahun ini terbilang lambat dalam memangkas suku bunga, meskipun ada tekanan dari Presiden Donald Trump.

Analis memperkirakan bank sentral akan melakukan pemotongan suku bunga pekan depan. Bank Inggris Standard Chartered, misalnya, memprediksi penurunan 0,50% dari kisaran saat ini, yakni 4,25% hingga 4,50%.

Pada tahun sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga tiga kali, yang berujung pada kenaikan harga mata uang kripto utama. Namun, mereka menahan diri untuk tidak memangkas suku bunga lebih lanjut karena inflasi tetap di atas target tahunan 2%.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump telah mengkritik Ketua The Fed, Jerome Powell, karena tidak memangkas suku bunga lebih cepat. Trump bahkan sempat berupaya memecat Gubernur The Fed, Lisa Cook, yang kemudian mengajukan gugatan untuk menentang langkah tersebut.

Perlu dicatat, The Fed seharusnya bersifat independen dari pengaruh politik.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |