Liputan6.com, Jakarta Investasi emas telah lama menjadi pilihan favorit bagi banyak orang yang mencari keamanan dan stabilitas finansial. Dikenal sebagai aset 'safe haven', emas seringkali menjadi lindung nilai yang efektif di tengah ketidakpastian ekonomi dan gejolak inflasi. Namun, untuk benar-benar meraih keuntungan maksimal dari investasi emas, diperlukan pemahaman mendalam dan strategi yang tepat, bukan sekadar membeli secara acak.
Memilih waktu yang tepat untuk membeli, jenis emas yang sesuai, serta memahami biaya dan risiko yang melekat adalah kunci utama. Tanpa pengetahuan yang memadai, potensi keuntungan bisa tergerus atau bahkan berujung pada kerugian. Oleh karena itu, penting bagi setiap investor, baik pemula maupun berpengalaman, untuk membekali diri dengan informasi komprehensif.
Artikel ini akan mengupas tuntas 5 rahasia penting dalam membeli emas agar Anda bisa untung maksimal. Dari memahami tujuan investasi hingga strategi penyimpanan yang aman, setiap aspek akan dibahas secara detail untuk membantu Anda membuat keputusan investasi yang cerdas dan menguntungkan.
Lantas apa saja rahasia beli emas yang benar biar bisa untuk maksimal? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (9/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
1. Memahami Tujuan Investasi Emas dan Profil Risiko
Langkah fundamental sebelum memulai investasi emas adalah memahami tujuan investasi dan profil risiko pribadi. Emas sering dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi, menjadikannya pilihan menarik di masa-masa sulit.
Emas seringkali disebut sebagai aset safe haven karena nilainya cenderung stabil atau bahkan meningkat saat terjadi krisis ekonomi atau inflasi tinggi. Ketika nilai mata uang fiat tergerus inflasi, daya beli emas cenderung tetap terjaga. Ini menjadikannya pilihan populer untuk melindungi kekayaan.
Investasi emas lebih cocok untuk tujuan jangka panjang, idealnya minimal 5-10 tahun, untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan meredam volatilitas harga harian. Meskipun emas dapat memberikan keuntungan dalam jangka pendek, risiko kerugian akibat fluktuasi harga lebih tinggi jika berencana menjualnya dalam waktu singkat.
Investor dengan profil risiko konservatif hingga moderat cenderung lebih nyaman dengan investasi emas karena volatilitasnya yang relatif lebih rendah dibandingkan saham. Emas cocok bagi mereka yang mencari stabilitas nilai aset dan perlindungan terhadap inflasi. Meskipun potensi keuntungannya tidak setinggi aset berisiko tinggi, stabilitasnya menjadi daya tarik utama.
2. Memilih Jenis Emas yang Tepat
Pemilihan jenis emas yang tepat sangat krusial untuk memaksimalkan keuntungan dan kemudahan likuiditas investasi Anda. Emas fisik, seperti batangan atau koin, umumnya lebih disarankan untuk tujuan investasi dibandingkan perhiasan.
Emas batangan dan koin adalah pilihan utama untuk investasi karena memiliki kadar kemurnian yang tinggi, biasanya 99.99% atau 24 karat, dan dilengkapi sertifikat keaslian. Sertifikasi dari lembaga terpercaya seperti London Bullion Market Association (LBMA) atau produsen lokal seperti Antam dan UBS sangat penting untuk menjamin keaslian dan kemudahan penjualan kembali.
Perhiasan emas umumnya tidak disarankan untuk investasi murni karena adanya biaya tambahan seperti ongkos pembuatan dan nilai estetika yang tidak dihitung saat penjualan kembali. Harga jual kembali perhiasan seringkali lebih rendah dari harga beli karena ongkos tersebut tidak diperhitungkan.
Emas digital atau tabungan emas menawarkan kemudahan akses dan pembelian dalam jumlah kecil, cocok untuk pemula dengan modal terbatas. Namun, penting untuk memastikan platform yang digunakan terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk keamanan investasi Anda.
3. Memantau Harga Emas dan Waktu Pembelian
Memantau pergerakan harga emas dan memahami faktor-faktor yang memengaruhinya adalah kunci untuk menentukan waktu pembelian yang optimal dan meraih keuntungan maksimal.
Harga emas dipengaruhi oleh berbagai faktor global, termasuk kondisi ekonomi makro, kebijakan moneter bank sentral, dan sentimen pasar. Harga emas cenderung naik saat suku bunga rendah, inflasi tinggi, dan ada ketidakpastian geopolitik. Kekuatan dolar AS juga memiliki hubungan terbalik dengan harga emas. Ketika dolar menguat, harga emas cenderung turun, dan sebaliknya.
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) melibatkan pembelian emas secara rutin dengan jumlah dana yang sama, terlepas dari harga pasar. DCA sebagai investasi jumlah uang tetap secara berkala untuk mengurangi risiko volatilitas pasar. Dengan DCA, Anda membeli lebih banyak unit emas saat harga rendah dan lebih sedikit unit saat harga tinggi, sehingga rata-rata harga beli Anda menjadi lebih baik dalam jangka panjang.
Penting untuk menghindari FOMO (Fear of Missing Out) atau membeli emas hanya karena tren atau ketakutan ketinggalan. Keputusan investasi yang didasari oleh FOMO seringkali berujung pada kerugian karena pembelian dilakukan pada harga puncak tanpa analisis yang matang. Selalu lakukan riset mendalam dan pertimbangkan tujuan investasi Anda sebelum mengambil keputusan.
4. Memperhatikan Biaya dan Pajak
Biaya-biaya terkait pembelian dan penjualan emas, serta kewajiban pajak, dapat memengaruhi keuntungan bersih investasi Anda secara signifikan. Memahami aspek ini adalah bagian integral dari strategi beli emas yang benar.
Saat membeli emas fisik, terdapat biaya cetak atau pembuatan yang perlu diperhatikan. Selain itu, ada perbedaan (spread) antara harga beli dan harga jual yang perlu dicermati. Harga beli emas dari produsen atau toko biasanya lebih tinggi daripada harga jual kembali karena adanya biaya cetak, operasional, dan margin keuntungan penjual. Semakin kecil ukuran emas batangan, semakin tinggi biaya cetak per gramnya, sehingga emas dengan ukuran lebih besar (misalnya 100 gram atau lebih) cenderung lebih efisien untuk investasi.
Penjualan emas di Indonesia dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34/PMK.010/2017, penjualan emas batangan di Indonesia dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 0,45% bagi pemegang NPWP dan 0,9% bagi non-NPWP, seperti yang dijelaskan Direktorat Jenderal Pajak (2017). Pajak ini dipungut oleh penjual emas (misalnya Antam) pada saat transaksi penjualan kembali (buyback), sebagaimana dijelaskan di Antam.com.
Jika Anda memilih untuk menyimpan emas di brankas bank atau layanan penyimpanan pihak ketiga, akan ada biaya bulanan atau tahunan yang perlu dipertimbangkan. Anda bisa menggunakan layanan safe deposit box di bank dengan biaya sewa tahunan yang bervariasi tergantung ukuran kotak dan kebijakan bank. Biaya ini perlu diperhitungkan dalam total biaya investasi Anda.
5. Penyimpanan Emas yang Aman dan Diversifikasi Portofolio
Keamanan penyimpanan emas adalah aspek krusial untuk melindungi aset Anda dari risiko pencurian atau kehilangan. Selain itu, diversifikasi portofolio investasi sangat penting untuk mengelola risiko secara keseluruhan.
Penyimpanan emas fisik memerlukan perhatian khusus. Anda disarankan melakukan penyimpanan di rumah dalam brankas yang aman dan tersembunyi, atau menggunakan layanan safe deposit box di bank. Meskipun menyimpan di rumah memberikan akses mudah, risiko pencurian lebih tinggi dibandingkan penyimpanan di bank yang memiliki sistem keamanan berlapis, seperti yang diulas John S. Kiernan (2023) di Forbes.com dalam "Where To Store Gold".
Emas adalah bagian dari diversifikasi, bukan satu-satunya investasi. Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Diversifikasi portofolio investasi dengan mengombinasikan emas dengan aset lain seperti saham, obligasi, atau properti dapat mengurangi risiko keseluruhan dan meningkatkan potensi keuntungan jangka panjang. Meskipun emas adalah aset yang stabil, kinerja investasi terbaik dicapai melalui portofolio yang terdiversifikasi dengan baik yang sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko Anda.
People Also Ask
1. Mengapa emas disebut aset safe haven?
Jawaban: Emas dianggap safe haven karena nilainya cenderung stabil atau meningkat saat krisis ekonomi dan inflasi, melindungi daya beli.
2. Jenis emas apa yang paling baik untuk investasi?
Jawaban: Emas fisik batangan atau koin dengan kemurnian tinggi dan sertifikasi terpercaya lebih disarankan untuk investasi.
3. Apa itu strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dalam investasi emas?
Jawaban: DCA adalah strategi membeli emas secara rutin dengan jumlah dana tetap, meredam dampak volatilitas harga pasar.
4. Apakah ada pajak saat menjual emas di Indonesia?
Jawaban: Ya, penjualan emas batangan di Indonesia dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 0,45% (NPWP) atau 0,9% (non-NPWP).
5. Bagaimana cara aman menyimpan emas fisik?
Jawaban: Emas fisik dapat disimpan di brankas rumah yang aman atau menggunakan layanan safe deposit box di bank untuk keamanan lebih.