Menguak Mitos Pohon Beringin Jogja, Dari Ujian Masangin hingga Gerbang Laut Selatan

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Pohon beringin (Ficus benjamina) telah lama menjadi simbol penting dalam budaya Jawa, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaannya tidak hanya sebagai elemen lanskap, tetapi juga sarat akan makna filosofis dan spiritual yang mendalam. Masyarakat setempat kerap mengaitkan pohon ini dengan berbagai mitos dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun, membentuk bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap pohon beringin sebagai entitas keramat berakar kuat dalam tradisi lisan dan praktik budaya di Jawa. Di Yogyakarta, pohon beringin tidak sekadar tumbuhan, melainkan representasi dari pengayoman, sifat abadi, dan keadilan. Simbolisme ini mencerminkan peran Sultan sebagai raja yang diharapkan mampu mengayomi seluruh rakyatnya, memberikan keteduhan dan perlindungan.

Salah satu lokasi paling terkenal yang menyimpan banyak mitos pohon beringin Jogja adalah Alun-Alun Kidul (Alkid). Alun-Alun Kidul merupakan bagian integral dari tata ruang Keraton Yogyakarta, terletak di sisi selatan kompleks keraton. Dua pohon beringin kembar di tengah alun-alun ini menjadi pusat dari berbagai cerita mistis dan tradisi unik yang terus hidup hingga kini. Berikut ini Liputan6 memberikan ulasan lengkapnya untuk Anda, Selasa (16/9/2025).

Simbolisme dan Lokasi Mitos Beringin di Yogyakarta

Pohon beringin dalam kebudayaan Jawa melambangkan kekuatan dan ketangguhan, mengajarkan manusia untuk menjadi individu yang hebat dan tidak mudah menyerah. Lebih dari itu, pohon ini juga mengingatkan pentingnya menebar manfaat bagi lingkungan sekitar. Beringin berkontribusi pada ekosistem dengan menyimpan air, menghasilkan oksigen, serta menjadi habitat bagi berbagai hewan kecil.

Nilai filosofis pohon beringin sangat tinggi, khususnya di Yogyakarta, di mana ia melambangkan pengayoman, keadilan, dan keabadian. Pohon ini juga menjadi simbol dari konsep "manunggaling kawula Gusti", yang berarti bersatunya manusia dengan Tuhannya atau bersatunya rakyat dengan pemimpinnya. Filosofi ini menegaskan hubungan harmonis antara alam, manusia, dan spiritualitas.

Di Yogyakarta, pohon beringin kembar yang paling terkenal dan kaya akan mitos terletak di Alun-Alun Kidul. Alun-Alun Kidul adalah salah satu komponen utama tata ruang ibukota Keraton Yogyakarta, yang secara geografis berada di selatan bangunan utama Keraton Jogja. Selain itu, pohon beringin juga memiliki makna penting di lingkungan Keraton secara umum, menjadi bagian dari sumbu filosofis kota.

Mitos-Mitos Utama Pohon Beringin di Alun-Alun Kidul

Alun-Alun Kidul dikenal luas karena keberadaan dua pohon beringin kembar yang berdiri megah di tengah lapangan, sering disebut sebagai Supit Urang. Kedua pohon ini berjarak sekitar 15 meter satu sama lain dan dikelilingi oleh pagar yang dikenal sebagai ringin kurung atau ringin sengkeran. Keberadaan mereka menjadi pusat dari berbagai cerita dan kepercayaan lokal.

1. Tradisi Masangin yang Melegenda

Tradisi Masangin adalah ritual berjalan di antara dua pohon beringin kembar di Alun-Alun Kidul dengan mata tertutup. Ritual ini sangat populer di kalangan penduduk lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Banyak yang mencoba peruntungan mereka dalam melewati tantangan ini, yang konon menyimpan kekuatan magis.

Sejarah tradisi Masangin berawal sejak zaman Kesultanan Yogyakarta, awalnya dilakukan saat ritual Topo Bisu di malam 1 Suro. Para prajurit dan abdi dalem Keraton Yogyakarta melaksanakan ritual Topo Bisu dengan mengelilingi Keraton, kemudian melewati kedua beringin kembar ini. Tujuannya adalah untuk mencari berkah dan memohon perlindungan dari serangan musuh, menunjukkan kedalaman spiritualitas tradisi ini.

Mitos paling terkenal seputar Masangin adalah bahwa siapa pun yang berhasil melewati dua pohon beringin kembar dengan mata tertutup, maka semua keinginan atau hajatnya akan terkabul. Keberhasilan dalam Masangin juga dipercaya dapat menolak bala atau kesialan. Selain itu, ada mitos yang menyebutkan bahwa Masangin adalah ujian kesucian hati seseorang, di mana mereka yang berhasil dianggap memiliki hati bersih atau cocok menjadi pemimpin.

Meskipun terdengar mudah, banyak orang yang gagal dalam mencoba Masangin. Kegagalan ini seringkali disebabkan oleh banyaknya suara dan gerakan di sekitar yang membuat seseorang kehilangan orientasi dan sulit berjalan lurus. Tantangan ini menambah daya tarik dan misteri seputar tradisi Masangin di Alun-Alun Kidul.

2. Mitos Gerbang Laut Selatan

Selain Masangin, mitos lain yang berkembang di sekitar beringin kembar Alun-Alun Kidul adalah hubungannya dengan Laut Selatan atau Segoro Kidul. Beberapa kepercayaan lokal menyebutkan bahwa beringin kembar ini merupakan pintu gerbang menuju Laut Selatan. Mitos ini telah ada sejak zaman Sultan Hamengkubuwono VI dan terkait erat dengan hubungan spiritual Keraton Yogyakarta dengan Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan.

Mitos-Mitos Lain dan Kepercayaan Lokal

Di luar Alun-Alun Kidul, pohon beringin secara umum memiliki beragam mitos dan kepercayaan di masyarakat Jawa. Pohon ini seringkali dianggap sebagai entitas hidup yang memiliki kekuatan spiritual dan dihormati secara turun-temurun.

3. Tempat Bersemayam Makhluk Halus dan Arwah Leluhur

Masyarakat Jawa secara luas percaya bahwa pohon beringin adalah tempat bersemayamnya makhluk halus dan arwah leluhur. Ukuran pohon beringin yang besar, rimbun, dan berumur panjang dianggap ideal bagi makhluk halus dan arwah leluhur untuk tinggal. Arwah leluhur dihormati sebagai pelindung keluarga dan masyarakat, sehingga keberadaan pohon beringin menjadi sangat penting.

Beberapa kelompok masyarakat bahkan masih melakukan praktik memberikan sesaji di bawah pohon beringin yang dijadikan punden. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk pemujaan dan penghormatan kepada arwah leluhur. Kepercayaan ini menunjukkan betapa dalamnya akar spiritual pohon beringin dalam kehidupan masyarakat Jawa.

4. Pohon Keramat dan Pantangan

Pohon beringin dianggap keramat dan mistis, sehingga tidak boleh diperlakukan sembarangan. Merusak pohon beringin dipercaya dapat membawa malapetaka atau kesialan bagi pelakunya. Oleh karena itu, masyarakat setempat selalu menjaga dan merawat pohon beringin dengan hati-hati, menghindari tindakan yang dapat dianggap tidak sopan.

Kuatnya kepercayaan ini menyebabkan masyarakat Jawa sangat berhati-hati dalam berinteraksi dengan pohon beringin. Bahkan ketika pohon beringin roboh karena usia tua, masyarakat masih diliputi kekhawatiran akan terjadinya bencana. Mereka percaya bahwa penunggu pohon telah pergi, yang bisa mengganggu keseimbangan spiritual di area tersebut.

5. Simbol Kekuatan dan Perlindungan Keraton

Pohon beringin kembar di Alun-Alun Kidul ditanam oleh Sultan pertama Yogyakarta sebagai simbol kekuatan, kesuburan, dan perlindungan bagi keraton. Pohon beringin dianggap sebagai penjaga pusat pemerintahan sekaligus tempat bersemayamnya roh-roh leluhur yang melindungi keraton. Kepercayaan ini menguatkan posisi spiritual beringin dalam struktur kekuasaan dan kepercayaan Jawa.

Masyarakat percaya bahwa pohon beringin kembar dijaga oleh makhluk gaib yang bertugas melindungi kesakralan tempat tersebut. Makhluk gaib ini juga diyakini menjaga harmoni energi spiritual di area alun-alun dan keraton. Hal ini menjadikan pohon beringin bukan hanya simbol, tetapi juga penjaga spiritual bagi Keraton Yogyakarta.

Interpretasi dan Budaya

Mitos-mitos seputar pohon beringin di Yogyakarta, khususnya di Alun-Alun Kidul, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Jawa. Kisah-kisah ini bukan sekadar cerita, melainkan cerminan dari pandangan hidup dan nilai-nilai yang dipegang teguh.

6. Filosofi Pohon Beringin dalam Tata Ruang Keraton

Pohon beringin di Keraton Jogja dianggap sebagai simbol pengayoman dari raja kepada rakyatnya, sebuah konsep kepemimpinan yang ideal. Dua pohon beringin pusaka di sumbu filosofis Jogja, Kiai Dewadaru dan Kiai Janadru, mengusung konsep "manunggaling kawula gusti" yang dipahami sebagai persatuan antara rakyat dengan raja, atau manusia dengan Tuhannya.

Pohon-pohon beringin pusaka ini dirawat dengan penuh hormat dalam upacara "jamasan" setiap tahun, menunjukkan nilai sakralnya. Jumlah pohon beringin pusaka keraton yang berjumlah 64 juga dikaitkan dengan usia Nabi Muhammad SAW, menambah dimensi religius pada simbolisme ini. Ini menunjukkan bagaimana setiap elemen dalam tata ruang keraton memiliki makna yang mendalam.

7. Peran dalam Konservasi Lingkungan

Meskipun sering dikaitkan dengan hal mistis, mistifikasi masyarakat Jawa terhadap pohon beringin juga berfungsi sebagai upaya konservasi alam yang efektif. Pohon beringin memiliki kemampuan luar biasa dalam menyimpan air dalam jumlah besar, menjadikannya penting untuk konservasi air tanah dan pencegahan bencana ekologis. Kepercayaan terhadap penunggu pohon atau dhanyang membuat masyarakat menghormati dan menjaga kelestarian pohon-pohon tersebut.

8. Mitos sebagai Daya Tarik Wisata

Tradisi Masangin dan mitos-mitos terkait pohon beringin kembar telah menjadi daya tarik wisata unik di Yogyakarta. Banyak wisatawan datang khusus untuk mencoba ritual Masangin, meskipun ada pihak Keraton yang menyatakan bahwa Masangin adalah permainan baru yang tidak memiliki makna filosofi atau sejarah yang kuat. Namun, mitos ini tetap hidup dan menjadi bagian dari pengalaman spiritual yang dicari banyak pengunjung, menunjukkan kekuatan cerita dalam menarik minat publik.

People Also Ask

1. Apa makna filosofis pohon beringin dalam budaya Jawa di Yogyakarta?

Jawaban: Pohon beringin melambangkan pengayoman, sifat abadi, keadilan, kekuatan, ketangguhan, dan konsep 'manunggaling kawula Gusti' (bersatunya manusia dengan Tuhannya atau rakyat dengan pemimpinnya).

2. Apa itu tradisi Masangin di Alun-Alun Kidul Yogyakarta?

Jawaban: Masangin adalah ritual berjalan di antara dua pohon beringin kembar di Alun-Alun Kidul dengan mata tertutup. Konon, siapa yang berhasil akan terkabul keinginannya atau dianggap memiliki hati yang bersih.

3. Mitos apa saja yang terkait dengan pohon beringin di Yogyakarta selain Masangin?

Jawaban: Mitos lainnya termasuk pohon beringin sebagai gerbang ke Laut Selatan, tempat bersemayam makhluk halus dan arwah leluhur, pohon keramat yang tidak boleh dirusak, serta simbol kekuatan dan perlindungan Keraton.

4. Bagaimana pohon beringin berkontribusi pada konservasi lingkungan?

Jawaban: Meskipun mistis, kepercayaan masyarakat Jawa terhadap pohon beringin membantu upaya konservasi karena pohon ini mampu menyimpan air dalam jumlah besar, penting untuk air tanah dan pencegahan bencana ekologis.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |