Liputan6.com, Jakarta Ular kobra, reptil berbisa yang mudah dikenali, merupakan salah satu jenis ular paling berbahaya di Indonesia. Dua spesies utama yang sering dijumpai adalah kobra Jawa (Naja sputatrix) dan kobra Sumatera (Naja sumatrana), keduanya dikenal sebagai kobra penyembur. Memahami perbedaan ular kobra Jawa dan kobra Sumatera sangat penting untuk identifikasi dan penanganan yang tepat.
Kedua jenis kobra ini termasuk dalam genus Naja dan famili Elapidae, yang menandakan mereka memiliki bisa neurotoksik yang kuat. Kemampuan unik mereka untuk menyemprotkan bisa dari jarak jauh menjadi mekanisme pertahanan diri yang efektif. Hal ini membuat mereka menjadi ancaman serius bagi manusia jika merasa terancam.
Liputan6 akan mengupas tuntas perbedaan morfologi, sebaran geografis, komposisi bisa, dan perilaku antara kobra Jawa dan kobra Sumatera. Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap keberadaan ular-ular berbisa ini di lingkungan sekitar. Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut, Selasa (16/9/2025).
Klasifikasi dan Penamaan Ular Kobra
Ular kobra penyembur merupakan bagian dari ordo Squamata, yang mencakup sekitar 400 jenis ular di Indonesia. Sekitar 30% dari jumlah tersebut adalah ular berbisa, dengan sebagian besar hidup di laut. Kobra Jawa dan kobra Sumatera sama-sama tergolong dalam famili Elapidae, yang dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan.
1. Kobra Jawa
Secara taksonomi, kobra Jawa dikenal sebagai Naja sputatrix, dengan nama genus Naja berasal dari kata Sanskerta "nāgá" yang berarti "naga" atau "ular". Nama spesifik sputatrix sendiri merujuk pada kemampuannya menyemburkan bisa, yang berasal dari bahasa Latin "sputator" atau "peludah". Ular ini juga dikenal sebagai kobra Jawa atau ular sendok Jawa.
2. Kobra Sumatera
Sementara itu, kobra Sumatera memiliki nama ilmiah Naja sumatrana, sering disebut sebagai kobra hitam, kobra Melayu, atau kobra khatulistiwa. Nama-nama umum ini mencerminkan variasi warna dan persebarannya di wilayah Asia Tenggara. Kedua spesies ini memiliki kemampuan penyembur bisa sebagai ciri khas utama.
Perbedaan Morfologi dan Wilayah Persebaran
Salah satu perbedaan ular kobra Jawa dan kobra Sumatera yang paling mencolok terletak pada ukuran tubuhnya.
1. Kobra Sumatera
Kobra Sumatera umumnya memiliki panjang tubuh antara 0,9 hingga 1,2 meter, meskipun beberapa individu bisa mencapai 1,5 atau 1,6 meter. Kobra Sumatera menunjukkan variasi warna yang lebih luas, mulai dari hitam mengkilap di seluruh tubuh pada individu dewasa, hingga cokelat atau lebih terang pada yang muda.
Di Semenanjung Malaya dan Kalimantan, ular ini sering berwarna hitam kebiruan, sementara di Sumatera dan pulau sekitarnya dapat berwarna cokelat. Ular ini juga tidak memiliki tanda pada lehernya. Kobra Sumatera tersebar lebih luas di Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Kalimantan, Bangka, Belitung, dan Kepulauan Riau, serta dapat hidup hingga ketinggian 1.500 meter dpl.
2. Kobra Jawa
Kobra Jawa dapat mencapai panjang hingga 2 meter, dengan rata-rata 1,3 meter pada ular dewasa. Anak ular yang baru menetas berukuran sekitar 24 hingga 28 cm. Dari segi warna, kobra Jawa cenderung hitam kecoklatan dengan perut putih kekuningan, dan terkadang memiliki tudung berbentuk "V" atau "O" tanpa corak leher.
Spesimen di Jawa Barat cenderung berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan di Jawa Timur berwarna coklat atau silver. Dalam hal persebaran, kobra Jawa adalah endemik Indonesia, ditemukan di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Komodo, dan Alor, sering di dataran rendah hingga 700 meter dpl. Kobra ini sangat adaptif dan kerap ditemukan di pemukiman.
Komposisi Bisa dan Perilaku Pertahanan Diri
Kedua spesies kobra ini memiliki bisa yang sangat berbahaya, meskipun dengan komposisi yang sedikit berbeda.
1. Kobra Jawa
Bisa kobra Jawa mengandung neurotoksin, kardiotoksin, dan sitotoksin. Kardiotoksin merupakan komponen utama (60% dari berat kering bisa), dengan neurotoksin rantai pendek yang dominan. Bisa kobra Jawa juga memiliki aktivitas antikoagulan yang kuat, dengan nilai LD50 0,59-1,36 mg/kg secara intravena.
Dalam hal perilaku, kobra Jawa sangat defensif dan mampu menyemburkan bisa hingga 1 meter saat merasa terancam, seringkali mengincar mata. Jika terkena, bisa menyebabkan kebutaan sementara atau permanen. Ular ini aktif siang dan malam, mencari makan tikus, ular lain, kadal, dan amfibi.
2. Kobra Sumatera
Sementara itu, bisa kobra Sumatera juga mengandung neurotoksin, kardiotoksin, dan sitotoksin, namun kardiotoksin menyumbang sekitar 40% dari protein bisa. Meskipun memiliki aktivitas enzimatik umum, komposisi protein bisanya berbeda dari kobra Jawa. Nilai LD50 bisanya sedikit lebih rendah (0,5 mg/kg IV) dibandingkan kobra Jawa, menunjukkan potensi toksisitas yang tinggi.
Kobra Sumatera juga terkenal dengan kemampuan menyemburkan bisanya hingga beberapa meter, dengan target utama mata. Kontak bisa dengan mata dapat menyebabkan iritasi atau kebutaan sementara. Ular ini umumnya diurnal (aktif siang hari) dan memangsa tikus, katak, serta mamalia kecil. Keduanya akan mengembangkan tudung dan menegakkan badan sebagai peringatan sebelum menyerang.
People Also Ask
1. Apa perbedaan utama ukuran tubuh kobra Jawa dan kobra Sumatera?
Jawaban: Kobra Jawa dapat mencapai panjang hingga 2 meter, sementara kobra Sumatera umumnya berkisar antara 0,9 hingga 1,2 meter.
2. Bagaimana perbedaan warna dan pola tubuh antara kobra Jawa dan kobra Sumatera?
Jawaban: Kobra Jawa cenderung hitam kecoklatan dengan perut putih kekuningan. Kobra Sumatera bervariasi dari hitam mengkilap hingga cokelat, tergantung lokasi.
3. Di mana saja wilayah persebaran kobra Jawa dan kobra Sumatera?
Jawaban: Kobra Jawa endemik di Jawa, Bali, Lombok, dan pulau sekitarnya. Kobra Sumatera tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Sumatera dan Kalimantan.
4. Apa saja komponen bisa utama pada kobra Jawa dan kobra Sumatera?
Jawaban: Keduanya memiliki neurotoksin, kardiotoksin, dan sitotoksin. Kobra Jawa memiliki 60% kardiotoksin, sedangkan kobra Sumatera 40%.
5. Bagaimana perilaku pertahanan diri kobra Jawa dan kobra Sumatera?
Jawaban: Keduanya adalah kobra penyembur yang mampu menyemprotkan bisa ke arah ancaman, seringkali mengincar mata, dan akan mengembangkan tudung sebagai peringatan.