Liputan6.com, Jakarta Musim hujan seringkali membawa kekhawatiran baru bagi penghuni rumah, terutama dengan meningkatnya kemungkinan kemunculan ular di area permukiman. Reptil ini mencari perlindungan dan sumber makanan, terutama saat habitat aslinya terganggu atau kelembaban meningkat. Fenomena ini menjadi lebih sering terjadi seiring dengan urbanisasi yang mengikis habitat alami mereka, mendorong ular untuk mencari tempat berlindung di lingkungan hunian.
Kehadiran ular di rumah, baik yang berbisa maupun tidak, tentu menimbulkan keresahan dan ancaman serius bagi keselamatan keluarga. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali jenis-jenis ular yang berpotensi masuk ke lingkungan hunian. Dengan memahami ciri-ciri fisik, kebiasaan, serta tingkat bahaya bisanya, kita dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat dan menjaga keamanan.
Berikut delapan jenis ular yang paling sering ditemukan di permukiman serta cara mengenalinya. Melansir dari berbagai sumber, Rabu (15/10), simak ulasan informasinya berikut ini.
1. Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix)
Ular Kobra Jawa memiliki ciri fisik yang khas, dengan kepala berbentuk oval yang sedikit lebih besar dari lehernya. Warna tubuhnya bervariasi dari coklat pudar hingga hitam mengkilap, namun yang paling sering ditemukan adalah hitam. Panjang tubuhnya dapat mencapai 2 meter, dengan rata-rata 1,4 meter, serta moncongnya tumpul dan berwarna keputihan.
Ciri paling mencolok dari ular kobra ini adalah kemampuannya mengembangkan leher hingga membentuk tudung seperti sendok saat merasa terancam. Tudung ini terkadang memiliki pola serupa huruf "V" atau "O". Ular ini juga memiliki taring kecil dengan ujung pendek, sisik supralabial 7 buah (sisik ke-3 dan ke-4 menyentuh mata), sisik tengah tubuh sekitar 19-21 buah, dan sisik ventral sebanyak 160-187 buah.
Ular Kobra Jawa adalah jenis ular terestrial yang aktif pada siang hari, sering ditemukan di persawahan, tegalan, ladang, serta permukiman warga karena kemampuan adaptasinya yang hebat. Mereka tertarik masuk rumah karena mencari mangsa seperti tikus, yang juga sering mencari perlindungan di musim hujan. Habitat utamanya berada di Pulau Jawa, sebagian besar di hutan hujan tropis, persawahan, hingga pekarangan.
Ular ini termasuk tipe yang memiliki bisa tinggi, bersifat neurotoksik yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan hemotoksik yang mampu merusak sel darah. Kobra Jawa juga mampu menyemburkan bisa sejauh 1 meter, yang jika terkena mata bisa menyebabkan kebutaan. Mangsa utamanya adalah mamalia kecil seperti tikus dan mencit, serta ular, kadal, katak, dan kodok lainnya.
2. Ular Welang (Bungarus fasciatus)
Ular Welang memiliki ukuran sedang, dengan panjang maksimal mencapai 2 meter, namun umumnya sekitar 1,5 meter atau kurang. Ciri khasnya adalah belang-belang hitam kuning yang sangat mencolok di sepanjang tubuhnya, melingkari seluruh tubuh (atas, samping, dan perut). Kepalanya lebar dan pipih, berbeda jelas dari leher, dengan sisik halus dan tubuh berbentuk segitiga.
Kepalanya dominan berwarna hitam, sementara matanya kecil dengan pupil bulat. Ular muda biasanya memiliki garis abu-abu dibandingkan kuning. Ular ini juga memiliki motif menyerupai huruf "V" pada bagian kepala, menambah keunikan penampilannya.
Ular Welang dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Mereka memiliki kemampuan untuk menyelinap melalui saluran air dan celah sempit di rumah, mencari tempat berlindung atau mangsa. Ular ini menghuni daerah berhutan, rawa-rawa, hutan bakau, sawah, dan sekitar pedesaan, menyukai daerah kering terbuka yang dekat dengan sumber air.
Ular Welang bersifat nokturnal (aktif di malam hari) dan hidup di tanah, cenderung pemalu dan tidak agresif pada siang hari. Jika terganggu, ia akan menggerakkan tubuhnya dengan menggeretak dan mencoba menyembunyikan kepalanya daripada menggigit. Setelah matahari terbenam, ular ini menjadi aktif dan mampu bergerak cepat, membuatnya lebih berbahaya di malam hari. Ular welang cenderung masuk rumah melalui saluran air, pipa, atau area lembap lainnya yang terhubung dengan lingkungan luar yang basah. Ular ini merupakan salah satu ular paling berbahaya di Indonesia karena memiliki bisa neurotoksik kuat yang menyerang sistem saraf, dengan kematian dapat terjadi dalam 5-20 jam jika tidak ditangani.
3. Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris)
Ular Hijau Ekor Merah memiliki warna kulit hijau mencolok dengan bagian ekor berwarna merah kecoklatan, yang menjadi ciri khasnya. Panjangnya sekitar 100 cm atau 1 meter, dengan kepala berbentuk segitiga yang tampak lebih besar dari leher yang mengecil. Warna mata kuning dengan pupil vertikal, serta memiliki taring yang panjang.
Pada bagian tubuh depan, terdapat belang-belang putih dan hitam yang terlihat saat ular merasa terancam. Sisi bawah tubuhnya berwarna kuning terang-pucat atau kehijauan. Ular jantan memiliki garis kuning yang lebih jelas, berbatasan dengan warna hijaunya, membedakannya dari betina.
Ular ini termasuk jenis ular berbisa dan berbahaya, biasa disebut "ula gadung luwuk" di Jawa. Mereka menyukai hutan bambu dan belukar yang dekat sungai, sering ditemukan berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon. Ular Hijau Ekor Merah aktif saat malam hari, menjalar lambat di antara ranting atau di lantai hutan, namun dapat bergerak cepat dan gesit jika terancam.
Ular ini memiliki taring besar, panjang, dan bisa dilipat di depan rahang atasnya, menjadikannya sangat berbahaya. Meskipun makanan spesifiknya tidak disebutkan, pit viper umumnya memangsa mamalia kecil, burung, dan amfibi. Keberadaannya di permukiman seringkali disebabkan oleh habitat yang berdekatan dengan area hijau.
4. Ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus)
Ular Sanca Kembang adalah salah satu jenis ular piton terbesar di dunia, dikenal dengan kulit berpola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (retikulat) tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning, dan putih. Pola ini membantu kamuflase di habitat alaminya. Kepalanya berbentuk segitiga dengan moncong tumpul, dan mata berukuran sedang dengan pupil vertikal, menandakan sifat nokturnal.
Ular ini memiliki gigi tajam yang melengkung ke belakang, berjumlah empat baris pada rahang atas serta dua di rahang bawah, yang digunakan untuk mencengkeram mangsa. Ekornya panjang dan kuat, membantu dalam memanjat pohon dan menjaga keseimbangan saat berburu.
Sanca Kembang dapat ditemukan di Indonesia, khususnya di hutan hujan. Mereka cenderung hidup di hutan-hutan tropis yang lembap dan bergantung pada ketersediaan air, sehingga sering ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam, dan rawa. Ular ini semi-akuatik dan pandai berenang.
Sebagian besar spesies sanca adalah predator penyergap, yang mana ular ini tidak bergerak dalam posisi menyamarkan diri (kamuflase) dan kemudian menyerang mangsa yang lewat secara tiba-tiba. Ular ini aktif di malam hari, namun juga aktif di siang hari meskipun tidak terlalu, lebih senang menunggu daripada aktif berburu. Ular ini tidak berbisa, melumpuhkan mangsa dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Makanan utamanya adalah mamalia, burung, dan reptil lainnya, mulai dari tikus hingga babi hutan.
5. Ular Tikus (Ptyas korros)
Ular tikus, meskipun detail spesifik mengenai ciri fisiknya tidak disebutkan secara rinci dalam informasi yang tersedia, umumnya dikenal memiliki tubuh yang ramping dan panjang. Warnanya bervariasi, seringkali cokelat, abu-abu, atau hitam, yang membantunya berkamuflase di berbagai lingkungan. Ular ini juga dikenal karena kelincahannya dalam bergerak.
Ular ini sering ditemukan di area pertanian, perkebunan, dan juga permukiman warga, terutama di tempat-tempat yang menyediakan sumber makanan melimpah. Mereka aktif mencari mangsa di siang hari dan sering bersembunyi di tumpukan kayu, semak-semak, atau celah-celah bangunan.
Ular tikus umumnya tidak berbisa atau memiliki bisa yang sangat ringan dan tidak berbahaya bagi manusia. Mereka lebih memilih untuk melarikan diri saat merasa terancam daripada menyerang. Keberadaan mereka seringkali menjadi indikator adanya populasi tikus di suatu area.
Sesuai dengan namanya, tikus adalah mangsa utama ular ini, menjadikannya predator alami yang membantu mengendalikan populasi hama. Mereka juga memangsa hewan pengerat kecil lainnya, burung, dan kadal. Kemunculan Jenis Ular yang Sering Muncul di Permukiman ini seringkali berkaitan dengan ketersediaan makanan.
6. Ular Kadut (Fowlea piscator)
Detail spesifik mengenai ciri fisik Fowlea piscator tidak dijelaskan secara rinci dalam informasi yang tersedia. Namun, ular kadut umumnya memiliki tubuh yang cukup gemuk dan sisik yang kasar, seringkali dengan pola bintik atau garis yang tidak terlalu mencolok. Ukurannya bervariasi, namun tidak sebesar ular sanca.
Ular kadut adalah jenis ular yang sangat menyukai lingkungan berair. Mereka sering ditemukan di sawah, sungai, kolam, dan rawa, menjadikannya sering menyelinap ke rumah manusia, terutama saat terjadi banjir atau genangan air yang tinggi. Kemampuan berenangnya sangat baik dan mereka dapat bertahan lama di dalam air.
Meskipun tidak memiliki bisa yang berbahaya bagi manusia, ular ini dapat menggigit jika merasa terancam atau terpojok. Gigitannya biasanya tidak menimbulkan efek serius selain luka kecil yang perlu dibersihkan. Sifatnya yang defensif membuatnya cenderung menghindar.
Sebagai ular air, makanan utama ular kadut adalah ikan dan amfibi seperti katak. Mereka adalah predator yang efektif di ekosistem perairan, membantu menjaga keseimbangan populasi hewan-hewan tersebut. Kehadiran ular ini di permukiman seringkali menunjukkan adanya sumber air terdekat.
7. Ular Cincin Emas (Boiga dendrophila)
Ular Cincin Emas memiliki tubuh dengan corak hitam mengkilat dan garis-garis kuning emas yang melintang di seluruh permukaannya, memberikan penampilan yang sangat mencolok. Kepalanya berbentuk oval dan sedikit lebih lebar dari leher, dengan mata terlihat melonjong kecil dan berwarna hitam. Bibir, bagian bawah mulut, hingga ke leher bawah berwarna kuning emas, sedangkan bagian atas kepala berwarna hitam mengilap.
Belang-belang kuning di punggungnya berupa garis kecil yang berderet, menambah keindahan coraknya. Panjang tubuhnya dapat mencapai 2,5 meter, menjadikannya salah satu ular pohon yang cukup besar. Tubuh bagian bawah (kecuali leher) berwarna hitam keabu-abuan.
Ular ini tergolong sebagai hewan arboreal atau hidup di atas pohon, cukup jarang berada di atas permukaan tanah, selain untuk makan atau menyimpan telur-telurnya. Aktif di malam hari (nokturnal) dan cenderung bersembunyi di tempat-tempat gelap dan lembap selama siang hari. Dikenal sangat agresif dan mudah menyerang jika diganggu, namun kemampuan renang dan memanjatnya cukup baik.
Habitat utamanya adalah hutan yang lembap atau hutan dekat sungai, hingga ketinggian 610 meter di atas permukaan laut (dpl), paling sering dijumpai di hutan bakau di daerah pantai atau muara sungai. Ular ini termasuk ular berbisa dengan taring belakang (rear-fanged), dengan level bisa menengah. Gigitan pada manusia umumnya tidak sampai menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat, pembengkakan, dan pendarahan pada kulit. Bagi mangsanya, bisa ini dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 2 menit. Ular perlu mengunyah untuk melepaskan racunnya. Mangsa utamanya adalah burung, tikus, tupai, kelelawar, katak, kadal, dan ular kecil.
8. Ular Picung (Rhabdophis subminiatus)
Ular Picung memiliki ciri khas warna merah pada tengkuknya yang mirip dengan warna buah picung, sehingga dinamakan "ular picung". Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah Red-necked Keelback. Ular ini memiliki badan panjang, ramping dengan kepala sedikit lebih besar dari tubuhnya, dan panjang tubuh sekitar 1,3 meter.
Kepalanya berwarna hijau atau hijau zaitun, sedangkan tubuhnya berwarna cokelat atau cokelat zaitun dengan pola seperti papan catur di punggungnya. Bagian bawah tubuhnya berwarna kuning. Saat dewasa, kepalanya bisa berwarna hijau batu, bibir kekuningan dengan coretan hitam di mata, dan punggung kecokelatan dengan bintik hitam di tepi sisik ventral.
Ular Picung dapat ditemukan di berbagai habitat, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Mereka menyukai tempat-tempat yang lembap dan dekat dengan sumber air, seperti sungai, rawa, kolam, persawahan, atau perkebunan. Ular ini aktif pada siang hari.
Ular ini cukup jinak dan lebih suka menghindar atau berpura-pura mati jika terancam. Namun, jika terpaksa, ia akan menggigit. Ular Picung termasuk ular berbisa (rear-fanged). Meskipun kecil dan cantik, ular ini sangat berbahaya karena jumlah bisa yang dihasilkan dapat berakibat fatal. Mereka memangsa kodok, ikan, dan hewan-hewan kecil lainnya, dan diketahui dapat memakan beberapa jenis kodok beracun serta memiliki kekebalan terhadap racunnya.
People Also Ask
1. Mengapa ular sering masuk ke permukiman saat musim hujan?
Jawaban: Ular sering masuk ke permukiman saat musim hujan karena mencari tempat berlindung yang aman, sumber makanan seperti tikus yang juga banyak bermunculan, atau karena habitat aslinya terganggu dan kelembaban meningkat.
2. Bagaimana cara mengenali ular Kobra Jawa?
Jawaban: Ular Kobra Jawa memiliki kepala oval, warna coklat pudar hingga hitam, panjang hingga 2 meter, dan moncong tumpul. Ciri khasnya adalah mengembangkan tudung seperti sendok saat terancam, terkadang dengan pola 'V' atau 'O'.
3. Apakah semua ular yang ditemukan di rumah adalah jenis berbisa?
Jawaban: Tidak semua ular yang ditemukan di rumah berbisa. Beberapa jenis seperti Ular Sanca Kembang, Ular Tikus, dan Ular Kadut umumnya tidak berbisa atau memiliki bisa yang sangat ringan dan tidak berbahaya bagi manusia.
4. Jenis ular apa yang memiliki bisa neurotoksik kuat?
Jawaban: Ular Kobra Jawa dan Ular Welang adalah jenis ular yang memiliki bisa neurotoksik kuat. Bisa ini dapat menyerang sistem saraf dan berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
5. Apa yang harus dilakukan jika menemukan ular di rumah?
Jawaban: Jika menemukan ular di rumah, sebaiknya jangan panik. Jaga jarak aman, identifikasi jenis ular jika memungkinkan, dan hubungi pihak berwenang seperti pemadam kebakaran atau penangkap ular profesional untuk penanganan lebih lanjut.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5454883/original/036544000_1766579692-Tanaman_Basil.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5454470/original/088238500_1766560631-2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5454813/original/059892900_1766573417-Gemini_Generated_Image_ght5myght5myght5_2.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5440748/original/014555700_1765443605-Tanaman_Kangkung.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3601860/original/065983700_1634177953-000_9PJ4CW.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5441991/original/026174300_1765523690-Bersihkan_Emas_Perhiasan_di_Rumah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3599167/original/015337300_1633960857-WhatsApp_Image_2021-10-11_at_2.37.20_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5453609/original/052113800_1766482712-Contoh_Tanaman_Aromatik_di_Dapur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5419331/original/064204700_1763689880-unnamed__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5429251/original/076315400_1764578571-Stroberi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4242441/original/050321700_1669633225-Tanaman_okra_merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5452631/original/051977500_1766412946-IMG_1533.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5452284/original/024089500_1766393811-Membersihkan_Emas_Pakai_Pasta_Gigi_4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5453363/original/096211600_1766476057-Tanaman_Paprika_Merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3988054/original/054672600_1649316223-eduardo-jaeger-K7FJOFiCmOU-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4771366/original/095377800_1710334195-Ilustrasi_cabai_rawit.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5440866/original/049258100_1765446666-kebun1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2375575/original/026127600_1538739777-20181005-Emas-Antam-6.jpg)











:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5198305/original/085155700_1745540502-non-halal__2_.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5330865/original/078886100_1756369537-WhatsApp_Image_2025-08-28_at_15.20.46_ad453f78.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4876286/original/008628000_1719462296-fotor-ai-2024062711338.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344658/original/039645300_1757490334-qq.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5332108/original/069461900_1756456597-pexels-cottonbro-4503273.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5342694/original/015573300_1757398921-cf41b2a1-e7f3-4e7f-9616-d961407df13b.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4424751/original/083762400_1683862221-worker-figures-helping-dig-coin-money-dollar-note-background.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/672525/original/bitcoint-140505-8-aji.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5165736/original/049527200_1742194452-Air_lemon.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354936/original/050360400_1758268325-canopy_carport_5a.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5028256/original/032953400_1732871460-fotor-ai-20241129161044.jpg)