7 Efek Gigitan Ular Weling yang Wajib Diwaspadai, Jangan Anggap Remeh

3 weeks ago 19

Liputan6.com, Jakarta Ular Weling (Bungarus candidus), dikenal juga sebagai Malayan krait, merupakan salah satu spesies ular berbisa tinggi yang tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bisanya mengandung neurotoksin kuat yang secara langsung menyerang sistem saraf, menjadikannya sangat berbahaya bagi manusia.

Gigitan ular weling memiliki potensi fatal yang tinggi jika tidak mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat. Tingkat kematian akibat gigitan yang tidak diobati bahkan dapat mencapai angka 60-70%, sebuah statistik yang menunjukkan betapa seriusnya ancaman dari reptil ini.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dan mewaspadai berbagai efek gigitan ular weling. Pengetahuan ini akan membantu dalam mengenali gejala awal dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. Melansir dari berbagai sumber, Senin (13/10), simak ulasan informasinya berikut ini. 

1. Kelumpuhan Otot (Paralisis Neuromuskular)

Bisa ular weling mengandung neurotoksin ampuh seperti α-Bungarotoxin dan k-Bungarotoxin yang bekerja dengan cara unik. Zat-zat ini secara spesifik mengikat reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuskular, mengganggu komunikasi vital antara sel saraf dan otot.

Akibatnya, korban akan mengalami kelumpuhan otot progresif, yang dikenal sebagai paralisis flaksid, pada otot rangka. Kelumpuhan ini seringkali dimulai dengan gejala yang ringan dan berkembang secara bertahap, kadang tanpa disertai rasa sakit yang signifikan di area gigitan pada tahap awal.

Menurut pakar UGM, Donan Satria Yudha, jika terpatuk ular ini dan venomnya masuk ke dalam tubuh maka itu merupakan hal yang sangat berbahaya, karena venom akan menyerang transmisi neuromuskular sehingga menyebabkan muscular paralysis (kelumpuhan otot), merusakkan otak dan hilangnya kesadaran. Penelitian dari Nget Hong Tan, et al. (2019) juga menegaskan bahwa efek neurotoksik envenomasi muncul sebagai paralisis flaksid pada otot rangka.

2. Gagal Napas Akibat Kelumpuhan Otot Pernapasan

Efek paling berbahaya dari kelumpuhan otot yang disebabkan oleh gigitan ular weling adalah terganggunya fungsi otot-otot pernapasan. Otot vital seperti diafragma, yang berperan besar dalam proses bernapas, akan mengalami kelumpuhan.

Kelumpuhan otot pernapasan ini secara langsung menyebabkan gagal napas, sebuah kondisi yang merupakan penyebab utama kematian pada korban gigitan ular weling. Tanpa intervensi medis berupa bantuan pernapasan, seperti ventilasi mekanis, korban dapat meninggal dunia dalam rentang waktu 12 hingga 24 jam setelah gigitan.

Racun ular weling, khususnya k-Bungarotoxin, memperparah kelumpuhan dan dapat memicu gagal napas. Studi oleh Nget Hong Tan, et al. (2019) juga menggarisbawahi bahwa efek paling signifikan dari gigitan Bungarus candidus adalah paralisis neuromuskular progresif yang berujung pada gagal napas.

3. Gejala Neurologis Lainnya

Selain kelumpuhan otot umum, neurotoksin ular weling juga dapat memengaruhi saraf kranial, memicu serangkaian gejala neurologis spesifik. Gejala-gejala ini memberikan indikasi kuat adanya kerusakan pada sistem saraf pusat dan perifer.

Beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi ptosis, yaitu kondisi kelopak mata terkulai yang menyebabkan pandangan terganggu. Ada pula oftalmoplegia, kelumpuhan otot mata yang mengakibatkan gangguan serius pada penglihatan dan koordinasi mata.

Korban juga bisa mengalami disartria, kesulitan berbicara yang membuat ucapan menjadi tidak jelas, serta disfagia, kesulitan menelan yang berisiko menyebabkan aspirasi. Gejala-gejala ini umumnya mulai terlihat dalam waktu 2 hingga 6 jam setelah gigitan, seperti yang dijelaskan dalam penelitian S. Laothong dan S. Sitprija (2025).

4. Mual, Muntah, Sakit Kepala, dan Pusing

Korban gigitan ular weling tidak hanya mengalami efek neurotoksik yang parah, tetapi juga dapat menunjukkan gejala sistemik non-spesifik. Gejala-gejala ini seringkali muncul sebagai respons tubuh terhadap masuknya racun.

Beberapa keluhan umum yang dilaporkan termasuk mual dan muntah, yang bisa sangat mengganggu. Selain itu, sakit kepala dan pusing juga sering dialami, menambah ketidaknyamanan pada kondisi korban.

Gejala-gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, dan pusing ini dapat muncul secara bersamaan dengan efek neurotoksik yang lebih parah, atau bahkan mendahuluinya. Gejala-gejala ini merupakan bagian dari respons tubuh setelah gigitan ular weling.

5. Sakit Perut dan Diare

Gangguan pada sistem pencernaan juga merupakan salah satu efek yang patut diwaspadai setelah gigitan ular weling. Korban dapat mengeluhkan nyeri perut yang bervariasi intensitasnya.

Nyeri perut ini bisa bersifat sedang hingga parah, dan terkadang terlokalisasi di area epigastrium atau bahkan menyebar ke seluruh bagian perut. Bersamaan dengan itu, diare juga merupakan gejala umum yang sering dilaporkan.

Gejala gastrointestinal ini, seperti sakit perut dan diare, dapat memperburuk kondisi korban dan menambah ketidaknyamanan yang dirasakan. UCSD Division of Medical Toxicology menyebutkan bahwa nyeri perut dan diare adalah bagian dari manifestasi klinis gigitan ular weling.

6. Kejang dan Hilangnya Kesadaran

Dalam kasus gigitan ular weling yang parah, ketika sistem saraf sangat terpengaruh oleh neurotoksin, kondisi korban dapat memburuk secara drastis. Kerusakan neurologis yang signifikan dapat memicu reaksi tubuh yang ekstrem.

Korban berpotensi mengalami kejang, yang merupakan tanda aktivitas listrik otak yang tidak normal. Kejang ini menunjukkan bahwa saraf telah berhenti berfungsi sebagaimana mestinya.

Selain kejang, hilangnya kesadaran juga merupakan indikator kerusakan neurologis yang serius. Kondisi ini memerlukan intervensi medis darurat segera untuk mencoba memulihkan fungsi saraf dan mencegah komplikasi lebih lanjut yang mengancam jiwa.

7. Efek Kardiovaskular dan Ketidakseimbangan Elektrolit

Meskipun efek utama gigitan ular weling adalah neurotoksisitas, racunnya juga dapat memengaruhi sistem kardiovaskular. Gangguan ini bisa sangat berbahaya dan memerlukan pemantauan ketat.

Beberapa gangguan kardiovaskular yang dilaporkan termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), detak jantung cepat (takikardia), dan dalam kasus ekstrem, syok. Kondisi ini dapat memperburuk keadaan umum korban dan mengancam fungsi organ vital.

Selain itu, ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalemia (kadar kalium rendah) dan hiponatremia (kadar natrium rendah) juga telah didokumentasikan pada pasien yang tergigit ular weling, seperti yang diungkapkan dalam penelitian P. Chotima, et al. (2018) dan Nget Hong Tan, et al. (2019). Pemantauan tanda-tanda vital dan kadar elektrolit secara cermat sangat krusial dalam penanganan kasus ini.

People Also Ask

1. Apa bahaya utama gigitan ular weling?

Jawaban: Bahaya utamanya adalah neurotoksin yang menyebabkan kelumpuhan otot, termasuk otot pernapasan, berujung pada gagal napas.

2. Apa saja gejala neurologis lain yang mungkin timbul akibat gigitan ular weling?

Jawaban: Gejala neurologis lain meliputi kelopak mata terkulai (ptosis), kelumpuhan otot mata (oftalmoplegia), kesulitan berbicara (disartria), dan kesulitan menelan (disfagia).

3. Berapa lama waktu kritis setelah gigitan ular weling?

Jawaban: Gagal napas dapat terjadi dalam 12-24 jam, sementara gejala neurologis bisa muncul dalam 2-6 jam setelah gigitan.

4. Apakah gigitan ular weling selalu terasa sakit?

Jawaban: Tidak selalu, kelumpuhan otot progresif seringkali terjadi tanpa rasa sakit signifikan di area gigitan pada awalnya.

5. Apa yang harus dilakukan jika digigit ular weling?

Jawaban: Segera cari pertolongan medis darurat karena gigitan ular weling berpotensi fatal dan memerlukan penanganan cepat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |