10 Tanda-tanda Ular Berbisa dan Tidak Berbisa saat Menyelinap ke Lingkungan

12 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran ular di lingkungan sekitar, baik di pekarangan rumah maupun area publik, seringkali menimbulkan kekhawatiran. Kemampuan untuk membedakan antara ular berbisa dan tidak berbisa sangat krusial untuk menjaga keselamatan diri dan orang-orang di sekitar.

Identifikasi yang tepat dapat membantu Anda mengambil tindakan yang sesuai, apakah itu menjauh dengan hati-hati atau mencari bantuan profesional. Mengingat sebagian besar ular akan menghindar jika tidak merasa terancam, pengetahuan ini menjadi benteng pertama dalam menghadapi potensi bahaya.

Ketahui tanda-tanda umum yang dapat membantu Anda membedakan ular berbisa dan tidak berbisa saat mereka menyelinap ke lingkungan. Lantas apa saja tanda-tanda ular berbisa dan tidak berbisa saat menyelinap ke lingkungan? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (17/9), simak ulasan informasinya berikut ini. 

1. Bentuk Kepala

Banyak ular berbisa, khususnya dari famili Viperidae seperti ular tanah atau viper, dikenal memiliki kepala berbentuk segitiga yang lebar dan terpisah jelas dari lehernya. Bentuk kepala khas ini disebabkan oleh keberadaan kelenjar bisa yang besar di bagian belakang rahang atas mereka.

Namun, bentuk kepala segitiga tidak selalu menjadi indikator mutlak. Beberapa ular berbisa, seperti kobra dan ular karang dari famili Elapidae, justru memiliki kepala yang cenderung bulat atau oval.

Lebih lanjut, beberapa ular tidak berbisa juga memiliki kemampuan untuk memipihkan kepala mereka hingga terlihat berbentuk segitiga. Ini merupakan mekanisme pertahanan diri yang dikenal sebagai mimikri, meniru ular berbisa untuk menakut-nakuti predator.

Sebaliknya, ular tidak berbisa umumnya memiliki kepala yang lebih ramping dan menyatu dengan lehernya, tidak ada pemisahan yang jelas antara kepala dan leher.

2. Bentuk Pupil Mata

Sebagian besar ular berbisa, terutama yang aktif di malam hari atau nokturnal, memiliki pupil mata berbentuk elips atau celah vertikal, mirip dengan mata kucing. Pupil elips ini sangat membantu mereka dalam mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata, sehingga efektif untuk penglihatan dalam kondisi cahaya redup.

Di sisi lain, mayoritas ular tidak berbisa memiliki pupil mata berbentuk bulat. Hal ini seringkali menjadi salah satu ciri pembeda yang paling mudah diamati dari jarak aman. Meskipun demikian, terdapat pengecualian penting yang perlu diingat. Ular karang, misalnya, adalah ular berbisa namun memiliki pupil bulat.

Beberapa ular berbisa lainnya juga memiliki pupil bulat, sehingga ciri ini tidak dapat dijadikan satu-satunya patokan mutlak untuk identifikasi.

3. Keberadaan Taring

Semua ular berbisa dilengkapi dengan taring khusus yang berfungsi vital untuk menyuntikkan bisa ke mangsa atau predator. Taring ini bisa berukuran panjang dan berlubang, seperti yang ditemukan pada famili Viperidae, atau lebih pendek dan terletak di bagian depan rahang atas, seperti pada famili Elapidae.

Berbeda dengan ular berbisa, ular tidak berbisa tidak memiliki taring semacam ini. Mereka hanya memiliki deretan gigi kecil yang seragam, yang digunakan untuk mencengkeram mangsa, bukan menyuntikkan racun.

Penting untuk diingat bahwa mengidentifikasi taring secara langsung sangat berbahaya dan tidak disarankan bagi orang awam karena memerlukan pemeriksaan dari jarak dekat. Keselamatan adalah prioritas utama.

Bekas gigitan dapat menjadi petunjuk: gigitan ular berbisa biasanya meninggalkan satu atau dua titik tusukan yang jelas dari taringnya, sementara gigitan ular tidak berbisa meninggalkan bekas berbentuk U atau tapal kuda dengan banyak titik kecil.

4. Lubang Pendeteksi Panas (Pit)

Ular berbisa dari subfamili Crotalinae, yang dikenal sebagai pit viper, memiliki fitur unik berupa lubang pendeteksi panas atau loreal pits. Lubang ini terletak strategis di antara mata dan lubang hidung mereka, berfungsi sebagai sensor termal.

Organ ini sangat sensitif terhadap radiasi inframerah, memungkinkan ular untuk 'melihat' panas tubuh mangsa berdarah panas bahkan dalam kegelapan total. Kemampuan ini memberikan keuntungan besar dalam berburu di malam hari.

Fitur loreal pits ini tidak ditemukan pada ular berbisa dari famili Elapidae, seperti kobra atau ular karang, maupun pada semua jenis ular tidak berbisa. Oleh karena itu, kehadiran lubang pendeteksi panas ini merupakan indikator kuat bahwa ular tersebut adalah pit viper dan berbisa.

5. Pola Warna dan Corak

Beberapa ular berbisa menampilkan warna dan corak yang mencolok atau cerah sebagai mekanisme peringatan, yang dikenal sebagai aposematisme. Contoh paling terkenal adalah ular karang dengan kombinasi warna merah, kuning, dan hitam yang khas.

Namun, pola warna saja bukanlah penentu mutlak. Banyak ular tidak berbisa juga meniru pola warna ini, sebuah fenomena yang disebut mimikri Batesian, untuk menakut-nakuti predator. Ular raja (king snake) adalah contoh yang meniru pola warna ular karang.

Selain itu, tidak semua ular berbisa memiliki warna cerah. Banyak di antaranya memiliki warna yang kusam atau menyatu dengan lingkungan (kriptik) untuk berkamuflase, sehingga sulit terlihat oleh mangsa maupun predator.

Oleh karena itu, identifikasi hanya berdasarkan pola warna bisa menyesatkan dan harus selalu dikombinasikan dengan ciri-ciri lainnya.

6. Bentuk Ekor

Bentuk ekor dapat menjadi salah satu petunjuk dalam mengidentifikasi jenis ular. Ular berbisa tertentu, seperti ular laut, memiliki ekor yang pipih dan menyerupai dayung, yang merupakan adaptasi sempurna untuk berenang di air.

Ciri khas lain ditemukan pada ular derik (rattlesnake) yang memiliki derik di ujung ekornya. Derik ini menghasilkan suara peringatan yang khas saat ular merasa terancam, berfungsi sebagai sinyal bahaya.

Untuk ular darat, beberapa sumber menyebutkan bahwa ular berbisa cenderung memiliki ekor yang lebih meruncing atau ramping di bagian ujungnya. Sementara itu, ular tidak berbisa seringkali memiliki ekor yang lebih tumpul atau membulat.

Namun, perlu diingat bahwa ini bukan aturan yang selalu berlaku dan bisa bervariasi antar spesies. Pengamatan bentuk ekor harus disertai dengan identifikasi ciri-ciri lainnya.

7. Perilaku

Perilaku ular dapat memberikan petunjuk penting. Ular berbisa cenderung lebih tenang dan tidak agresif kecuali jika mereka merasa terancam. Ketika merasa terancam, mereka akan menunjukkan perilaku defensif yang jelas, seperti mendesis keras, menggulung tubuh, atau bahkan menyerang.

Ular kobra, misalnya, dikenal akan mengangkat kepala dan mengembangkan tudungnya sebagai tanda peringatan sebelum menyerang. Perilaku ini adalah upaya untuk mengintimidasi ancaman dan menghindari konfrontasi langsung.

Sebaliknya, ular tidak berbisa seringkali akan mencoba melarikan diri dengan cepat saat didekati atau diganggu. Mereka cenderung menghindari interaksi dan mencari tempat persembunyian.

Namun, perlu dicatat bahwa beberapa ular tidak berbisa juga bisa menjadi agresif atau meniru perilaku ular berbisa saat terpojok atau merasa sangat terancam, sehingga observasi perilaku saja tidak selalu cukup.

8. Pola Sisik Subkaudal (Bawah Ekor)

Pola sisik di bagian bawah ekor, yang dikenal sebagai sisik subkaudal, merupakan salah satu ciri fisik yang dapat membedakan ular berbisa dan tidak berbisa. Pada banyak ular berbisa, sisik-sisik di bagian ini cenderung tidak terbagi, membentuk satu baris tunggal sepanjang sebagian besar panjang ekor.

Sebaliknya, pada sebagian besar ular tidak berbisa, sisik subkaudal biasanya terbagi menjadi dua baris. Pola ini dapat diamati jika ular berada dalam posisi yang memungkinkan.

Namun, pemeriksaan ciri ini sangat berisiko dan tidak disarankan bagi orang awam. Untuk mengamati sisik subkaudal, seseorang harus memegang atau membalik ular, tindakan yang sangat berbahaya jika ternyata ular tersebut berbisa.

Oleh karena itu, meskipun ini adalah ciri yang valid secara ilmiah, penggunaannya dalam situasi praktis oleh non-profesional sangat tidak dianjurkan demi keselamatan.

9. Kekekaran Tubuh

Kekekaran tubuh juga bisa menjadi indikator, meskipun tidak mutlak. Beberapa ular berbisa, terutama pit viper, cenderung memiliki tubuh yang lebih kekar dan gemuk dibandingkan dengan ular tidak berbisa yang seringkali lebih ramping.

Kekekaran tubuh ini seringkali berkaitan dengan kemampuan mereka untuk menelan mangsa yang lebih besar dan juga untuk menyimpan kelenjar bisa yang lebih besar. Ini memberikan mereka keuntungan dalam berburu dan pertahanan.

Namun, ciri ini bukanlah aturan yang kaku dan memiliki banyak pengecualian. Ada ular berbisa yang memiliki tubuh ramping, dan sebaliknya, ada ular tidak berbisa yang memiliki tubuh kekar.

Oleh karena itu, kekekaran tubuh harus digunakan bersama dengan tanda-tanda lain untuk identifikasi yang lebih akurat, bukan sebagai satu-satunya penentu.

10. Suara Khusus

Beberapa ular berbisa menghasilkan suara peringatan yang khas dan mudah dikenali. Contoh paling jelas adalah ular derik yang memiliki derik di ujung ekornya, menghasilkan suara gemerincing yang unik saat merasa terancam.

Selain derik, banyak ular berbisa juga mendesis dengan keras sebagai peringatan sebelum mereka menyerang. Desisan ini bertujuan untuk mengintimidasi dan memberitahu potensi ancaman untuk menjauh.

Meskipun beberapa ular tidak berbisa juga dapat mendesis atau menggetarkan ekornya pada dedaunan kering untuk meniru suara derik, keberadaan derik yang sebenarnya adalah indikator kuat ular berbisa. Mengenali suara-suara ini dari jarak aman dapat memberikan waktu berharga untuk menjauh dan menghindari kontak langsung dengan ular.

People Also Ask

1. Bentuk kepala seperti apa yang umumnya dimiliki ular berbisa?

Jawaban: Banyak ular berbisa, terutama dari famili Viperidae, memiliki kepala berbentuk segitiga yang lebar dan terpisah jelas dari lehernya karena keberadaan kelenjar bisa. Namun, beberapa ular berbisa lain seperti kobra memiliki kepala bulat atau oval, dan ular tidak berbisa bisa meniru bentuk kepala segitiga.

2. Bagaimana perbedaan pupil mata ular berbisa dan tidak berbisa?

Jawaban: Sebagian besar ular berbisa, terutama yang nokturnal, memiliki pupil mata berbentuk elips atau celah vertikal. Sementara itu, sebagian besar ular tidak berbisa memiliki pupil mata berbentuk bulat. Namun, ada pengecualian seperti ular karang yang berbisa tetapi memiliki pupil bulat.

3. Apakah semua ular berbisa memiliki taring?

Jawaban: Ya, semua ular berbisa memiliki taring khusus yang berfungsi untuk menyuntikkan bisa. Taring ini bisa panjang dan berlubang (Viperidae) atau lebih pendek di bagian depan rahang atas (Elapidae). Ular tidak berbisa hanya memiliki deretan gigi kecil tanpa taring.

4. Apa itu lubang pendeteksi panas pada ular?

Jawaban: Lubang pendeteksi panas (loreal pits) adalah organ sensorik yang dimiliki ular berbisa dari subfamili Crotalinae (pit viper). Terletak di antara mata dan lubang hidung, organ ini sangat sensitif terhadap radiasi inframerah, memungkinkan ular 'melihat' panas tubuh mangsa dalam kegelapan. Fitur ini tidak ada pada ular Elapidae atau ular tidak berbisa.

5. Mengapa pola warna tidak selalu menjadi penentu ular berbisa?

Jawaban: Beberapa ular berbisa memiliki warna mencolok sebagai peringatan (aposematisme), namun banyak ular tidak berbisa juga meniru pola warna ini (mimikri Batesian) untuk menakut-nakuti predator. Selain itu, beberapa ular berbisa justru memiliki warna kusam untuk berkamuflase, sehingga pola warna saja tidak cukup untuk identifikasi mutlak.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |