Stablecoin Meningkat Pesat, Bank Sentral Eropa Ingatkan Ini

3 days ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Eropa atau the European Central Bank (ECB) memperingatkan ekspansi stablecoin yang pesat menimbulkan risiko stabilitas keuangan yang baru. Hal ini terutama karena keterkaitan dengan pasar global semakin mendalam. Namun, jangkauan stablecoin di kawasan euro masih terbatas.

Mengutip Yahoo Finance, ditulis Selasa (25/11/2025), temuan ini berasal dari laporan ECB berjudul “Stablecoins on the rise: still small in the euro area, but spillover risks loom yang disusun oleh Senne Aerts, Claudia Lambert dan Elisa Reinhold. Laporan ini mengkaji kerentanan struktural, kasus penggunaan dan risiko lintas batas yang terkait dengan percepatan ekosistem stablecoin.

Pasar Stablecoin

Menurut para penulis, kapitalisasi pasar gabungan semua stablecoin telah melonjak melampaui USD 280 miliar atau Rp 4.663 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.656). Kapitalisasi pasar ini mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dan mencakup sekitar sekitar 8% dari total pasar aset kripto.

Dua stablecoin berdenominasi dolar AS mendominasi secara luar biasa. Tether (USDT) mencapai USD 184 miliar atau Rp 3.064 triliun dan USDC mencapai USD 75 miliar atau Rp 1.249 triliun.

Sebaliknya, stablecoin berdenominasi euro tetap tidak signifikan, hanya 395 juta euro atau Rp 7,58 triliun (asumsi euro terhadap rupiah di kisaran 19.207), menunjukkan ketidakseimbangan mata uang yang ekstrem di pasar. ECB mengaitkan lonjakan permintaan ini sebagian dengan kejelasan regulasi global, termasuk implementasi terbaru Peraturan Pasar Aset Kripto (MiCA) dan Undang-Undang GENIUS oleh Uni Eropa.

Risiko Stablecoin

Laporan ECB menekankan pasar stablecoin saat ini sebagian besar didorong oleh aktivitas perdagangan, alih-alih pembayaran di dunia nyata. Sekitar 80% aktivitas perdagangan di bursa kripto terpusat melibatkan stablecoin, menunjukkan perannya sebagai aset penyelesaian inti dalam keuangan kripto.

Meskipun stablecoin sering disebut sebagai alat pembayaran lintas batas atau penyimpan nilai di negara-negara dengan inflasi tinggi, ECB mencatat bukti terbatas tentang penggunaan konsumen yang luas. Hanya 0,5% volume stablecoin yang tampaknya merupakan transaksi ritel organik, menunjukkan adopsi di dunia nyata masih minim.

Para penulis memperingatkan stablecoin menghadapi kerentanan struktural yang besar, dengan peristiwa pelepasan nilai tukar (de-pegging) dan penarikan dana secara besar-besaran (redemption run) yang menimbulkan ancaman paling langsung.

Kapitalisasi Pasar Stablecoin

Hal ini karena stablecoin terkemuka didukung oleh cadangan aset keuangan tradisional yang besar, terutama surat utang pemerintah AS, pertumbuhannya telah menghubungkan mereka secara langsung dengan pasar keuangan global.

Baik USDT maupun USDC kini berada di antara pemegang obligasi pemerintah AS terbesar, dengan portofolio cadangan yang skalanya sebanding dengan 20 reksa dana pasar uang teratas dunia. Peningkatan mendadak dapat memicu penjualan besar-besaran obligasi pemerintah AS, yang berpotensi mengganggu fungsi pasar pendanaan terpenting di dunia.

Laporan tersebut mencatat jika pasokan stablecoin terus tumbuh dengan laju saat ini, kapitalisasi pasar dapat mendekati USD 2 triliun atau Rp 3.330 triliun pada 2028, yang memperkuat risiko terutama mengingat konsentrasi yang ekstrem, dengan hanya dua penerbit yang mengendalikan sekitar 90% pasokan.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |