Prediksi Harga Bitcoin dari Bernstein, Berpotensi Sentuh Rp 2,5 Miliar?

3 weeks ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin (BTC) kembali ke level USD 90.000 atau Rp 1,5 miliar (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.689,81) dalam beberapa minggu terakhir. Lalu bagaimana prediksi harga kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ke depan?

Mengutip Yahoo Finance, harga bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 89.837, naik 0,4% selama 24 jam terakhir pada 8 Desember 2025.  Harga bitcoin jauh di bawah titik tertinggi sepanjang masa di atas USD 126.000 atau Rp 2,1 miliar yang dicapai pada awal Oktober 2025.

Sejak 10 Oktober, bitcoin telah diperdagangkan antara USD 82.000 dan USD 90.000 mencerminkan koreksi yang signifikan dari puncaknya. Seiring analis dan pelaku pasar memperdebatkan apakah siklus empat tahun bitcoin sedang berlangsung atau tidak, analis Bernstein telah menetapkan beberapa target harga baru untuk kripto.

Siklus Empat Tahun Bitcoin

Siklus empat tahun bitcoin berasal dari peristiwa halving ter-program yang terjadi kira-kira setiap empat tahun dan memotong setengah dari hasil yang diperoleh penambang. Pengurangan pasokan ini secara historis mendorong fase-fase pasar akumulasi, reli dan koreksi.

Halving sebelumnya pada 2012, 2016, dan 2020 mendahului bull run besar yang diikuti oleh bear market yang berkepanjangan. Namun, para analis berbeda pendapat mengenai apakah pola ini akan bertahan seiring Bitcoin semakin matang.

Chairperson Bitmine, Tom Lee, dalam penampilannya baru-baru ini di Binance Blockchain Week, menjelaskan siklus Bitcoin akan terputus dalam beberapa minggu mendatang.

"Saya pikir dalam 8 minggu ke depan kita akan memutus siklus Bitcoin 4 tahun. Kali ini bukan siklus 4 tahun, “ ujar dia seperti dikutip dari Yahoo Finance.

Dengan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 9-10 Desember, para pedagang mengamati apakah penurunan suku bunga yang diantisipasi dapat memengaruhi lintasan BTC dalam jangka pendek.

Prediksi Bernstein

Dalam sebuah catatan riset baru, Bernstein mengatakan pelemahan pasar baru-baru ini tidak mengganggu permintaan institusional. Ini menunjukkan siklus harga Bitcoin mungkin berkembang melampaui ritme empat tahun tradisional.

"Mengingat koreksi pasar baru-baru ini, kami yakin siklus Bitcoin telah mematahkan pola empat tahun dan kini berada dalam siklus bullish yang memanjang, dengan pembelian institusional yang lebih lekat mengimbangi aksi jual panik ritel," tulis Bernstein.

Perusahaan tersebut menambahkan meskipun Bitcoin terkoreksi 30%, arus keluar ETF hanya mencapai kurang dari 5%, menunjukkan keyakinan investor yang kuat.

Bernstein menaikkan target harga Bitcoin 2026 menjadi USD 150.000 atau Rp 2,5 miliar dan memperkirakan siklus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2027 di sekitar USD 200.000 atau Rp 3,3 miliar. Proyeksi jangka panjangnya untuk 2033 adalah sekitar USD 1 juta  atau Rp 16,6 miliar per BTC.

Perusahaan tersebut sebelumnya memperkirakan Bitcoin akan mencapai USD 150.000 pada 2025.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

CEO BlackRock Larry Fink Sebut SWF Meningkatkan Kepemilikan Bitcoin

Sebelumnya, CEO BlackRock Larry Fink mengatakan, dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund (SWF) meningkatkan kepemilikan bitcoin saat koreksi harga kripto. Dana kekayaan negara memanfaatkan koreksi harga bitcoin di USD 120.000, USD 100.000 dan di bawah USD 90.000.

Demikian disampaikan CEO BlackRock, Larry Fink di New York Times DealBook Summit, dikutip dari crypto-economy.com, ditulis Minggu (7/12/2025).

Fink mengklarifikasi pembelian bitcoin itu bukan transaksi jangka pendek. Pembelian tersebut merupakan posisi jangka panjang dengan investasi multi-tahun.

Abu Dhabi, Luksemburg, dan Bhutan Memimpin Adopsi

Data konkret menunjukkan aktivitas dari Abu Dhabi’s Funs. The Abu Dhabi Investment Council melipatgandakan kepemilikannya atas iShares Bitcoin Trust milik BlackRock pada kuartal ketiga 2025. Posisinya mencapai hampir 8 juta saham senilai USD 518 juta atau Rp 8,62 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.648).

Dana investasi lainnya, Mubadala Investment Company, memegang 8,7 juta lembar saham senilai USD 567 juta pada akhir September. Jika digabungkan, kedua dana ini mengendalikan lebih dari USD 1,1 miliar dalam instrumen investasi ini.

Secara terpisah, Intergenerational Sovereign Wealth Fund Luksemburg melakukan alokasi langsung ke Bitcoin pada Oktober 2024. Dana ini merupakan dana sovereign fund di zona euro pertama yang melakukannya. Dana tersebut mengalokasikan 1% dari portofolionya, sekitar USD 9 juta ke dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin. Sovereign wealth fund ini memilih jalur tersebut untuk mengurangi risiko penyimpanan.

Strategi Bhutan

Bhutan menjalankan strategi yang berbeda. Sovereign fund, Druk Holding&Investments, menambang bitcoin menggunakan 100% tenaga air. Negara ini mulai menambang pada 2019 dan sekarang menghasilkan antara 55 dan 75 bitcoin setiap minggu. Saat ini, Bhutan menyimpan lebih dari 13.000 bitcoin, nilai yang kira-kira setara 30% dari produk domestik bruto (PDB).

Di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Fink memberikan perkiraan. Jika sovereign fund mengalokasikan antara 2%-5% dari portofolionya untuk bitcoin. Harganyab isa mencapai USD 500.000-USD 700.000. Mengingat total aset dana ini, alokasi dalam kisaran itu akan menghasilkan permintaan baru sebesar USD 260 miliar-USD 650 miliar untuk aset tersebut.

Konfirmasi Fink mengenai akumulasi sistematis oleh sovereign funds menunjukkan pergeseran persepsi institusional terhadap bitcoin (BTC). Partisipasi investor jangka panjang ini memperkuat perannya sebagai komponen dalam alokasi aset global.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |