Akankah Bitcoin Terperosok hingga USD 75.000? Simak Prediksi Masa Depan BTC

Liputan6.com, Jakarta - Harga aset kripto Bitcoin (Bitcoin) berada di level USD 85.135 per koin atau setara Rp 1,41 miliar (asumsi kurs Rp 16.671 per dolar AS). Pada tanggal 21 November, harga Bitcoin sempat menyentuh batas USD 80.000 di bursa derivatif Hyperliquid, sebelum akhirnya stabil di atas USD 80.000-an.

Pergerakan ini memicu gelombang likuidasi besar di pasar kripto. 

Analis kripto, Stacy Muur mengumpulkan prediksi dari lima pengamat aset digital pada tanggal 21 November, yang memproyeksikan sejumlah target paling bawah untuk Bitcoin.

dikutip dari coinmarketcap, Minggu (23/11/2025), proyeksi harga Bitcoin berkisar diantara USD 75.000 hingga USD 94.500, dengan metode dan kerangka waktu berbeda untuk menentukan level support harga.

Chris Burniske

Chris Burniske dari Placeholder VC mengidentifikasi harga USD 75.000 ke bawah sebagai level re-entry, bukan sebagai titik bottom yang pasti.

Pada 17 Oktober, Burniske mengungkapkan bahwa ia mengambil keuntungan setelah penurunan tajam pada bulan Oktober. Ia mencatat adanya “keretakan” pada grafik bulanan Bitcoin dan Ethereum.

Burniske menyatakan bahwa ia akan memantau Bitcoin pada harga USD 100.000, tetapi hanya akan mempertimbangkan untuk membeli kembali ketika harga Bitcoin turun ke USD 75.000 atau lebih rendah, sebagai bagian dari strategi pengurangan risiko bertahap.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

CEO BitMEX Arthur Hayes, memproyeksikan target harga jangka pendek di kisaran USD 80.000 hingga USD 85.000, dengan proyeksi lebih tinggi antara USD 200.000 hingga USD 250.000 pada akhir tahun.

Dalam esainya yang dipublikasikan pada 17 November berjudul “Snow Forecast,” Hayes menyebut bahwa penurunan Bitcoin dari sekitar USD 125.000 ke level USD 90.000, sementara indeks ekuitas AS tetap stabil, menunjukkan adanya potensi kejadian kredit. 

Menurut prediksi Hayes, Bitcoin bisa jatuh ke kisaran USD 80.000 hingga USD 85.000 selama periode “lembut”, sebelum kebijakan Federal Reserve atau Departemen Keuangan AS bisa mendorong harga kembali ke USD 200.000 hingga USD 250.000.

Ban Mu Xia, seorang analis asal China, memproyeksikan bahwa Bitcoin akan jatuh ke USD 94.500 terlebih dahulu, sebelum mencapai bottom di kisaran USD 84.000.

Ia memandang ini sebagai ‘penyesuaian sisi yang kompleks’, di mana Bitcoin pertama-tama turun ke kisaran USD 94.500, kemudian mengalami osilasi yang bisa membawa harga kembali di atas USD 116.000 sebelum membentuk bottom terakhir di kisaran USD 84.000, dengan potensi penurunan 6-8% pada level ekstrem.

Analis dari JPMorgan, yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou, lebih fokus pada risiko penjualan paksa yang terkait dengan kemungkinan penghapusan MicroStrategy dari indeks saham utama, daripada memberikan prediksi harga Bitcoin secara spesifik.

JPMorgan memperkirakan sekitar USD 2,8 miliar aliran pasif berisiko untuk menjual saham MicroStrategy jika MSCI menghapus perusahaan tersebut dari indeks saham utama. Bahkan, USD 8,8 miliar bisa berisiko jika penyedia indeks lain mengikuti langkah serupa. 

Rentang harga USD 75.000 hingga USD 80.000 menjadi zona support yang umum dalam analisis teknikal yang ditemukan.

James Butterfill dari CoinShares lebih fokus pada data aliran pasar dan perilaku siklus daripada memberikan prediksi spesifik tentang bottom harga Bitcoin. Dalam laporan Bloomberg, Butterfill menyebutkan bahwa pasar kripto mengalami “penjualan besar-besaran oleh whale yang mengikuti siklus empat tahun”.

Butterfill juga mencatat bahwa data dari CoinShares menunjukkan pemegang besar telah menjual lebih dari USD 20 miliar dalam aset kripto sejak September lalu. Meskipun begitu, CoinShares tidak secara mendalam mendukung teori siklus empat tahun tersebut.