Seluk Beluk Ular Cabai Besar, Si Penghuni Hutan yang Cantik tapi Berbahaya

1 month ago 22

Liputan6.com, Jakarta Ular Cabai Besar, atau secara ilmiah dikenal sebagai Calliophis bivirgata, adalah salah satu reptil paling menarik sekaligus mematikan yang mendiami hutan-hutan tropis Asia Tenggara. Dikenal dengan corak warna yang mencolok, terutama kepala dan ekornya yang merah menyala, ular ini seringkali memukau siapa pun yang melihatnya. Namun, di balik keindahannya tersimpan bisa yang sangat kuat dan unik, berbeda dari kebanyakan ular berbisa lainnya.

Spesies ini merupakan anggota famili Elapidae, yang juga mencakup kobra dan krait. Keberadaannya tersebar luas di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ular Cabai Besar memiliki karakteristik fisik dan perilaku yang khas, membuatnya menjadi subjek penelitian yang menarik bagi herpetolog dan menjadi perhatian bagi masyarakat yang tinggal di dekat habitatnya.

Memahami seluk beluk Ular Cabai Besar menjadi krusial, tidak hanya untuk tujuan konservasi tetapi juga untuk keselamatan manusia. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai identitas, ciri-ciri fisik, habitat alami, tingkat bahaya bisanya, hingga tips praktis untuk mencegah dan mengusir ular ini dari area pemukiman. Melansir dari berbagai sumber, Senin (28/7), simak ulasan informasinya berikut ini. 

Apa Itu Ular Cabai Besar?

Ular Cabai Besar, dengan nama ilmiah Calliophis bivirgata, adalah spesies ular berbisa yang termasuk dalam famili Elapidae. Ular ini endemik di wilayah Asia Tenggara, menjadikannya bagian penting dari keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. Selain nama lokalnya, ular ini juga dikenal secara internasional dengan sebutan Blue Coral Snake atau Blue Malayan Coral Snake dalam bahasa Inggris.

Penamaan "Cabai Besar" pada ular ini kemungkinan besar terinspirasi dari warna merah cerah yang menghiasi kepala, ekor, dan bagian perutnya. Warna-warna mencolok ini tidak hanya berfungsi sebagai daya tarik visual, tetapi juga sebagai mekanisme peringatan bagi predator maupun mangsa. Keunikan penampilan ini menjadikan Ular Cabai Besar mudah dikenali di antara spesies ular lainnya.

Sebagai anggota Elapidae, Ular Cabai Besar memiliki taring depan yang tetap dan mampu menyuntikkan bisa secara efektif. Meskipun demikian, sifat pemalu dan kecenderungannya untuk menghindar dari manusia membuatnya jarang terlibat dalam insiden gigitan, kecuali jika merasa terancam atau terpojok.

Ciri-ciri Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar memiliki penampilan yang sangat khas dan mudah dikenali, membuatnya menonjol di antara reptil lain di habitatnya. Secara ukuran, ular dewasa spesies ini dapat mencapai panjang hingga 1,8 meter, dengan karakteristik tubuh yang relatif ramping. Ukuran ini menempatkannya dalam kategori ular berukuran sedang, namun tetap terlihat anggun dengan proporsi tubuhnya.

Salah satu ciri paling mencolok adalah skema warnanya yang kontras. Kepala, ekor, dan bagian perut Ular Cabai Besar didominasi oleh warna merah atau jingga cerah yang sangat menarik perhatian. Sementara itu, sebagian besar punggungnya berwarna biru gelap hingga hitam, seringkali dihiasi dengan garis biru atau putih besar yang membentang di setiap sisi tubuhnya. Kombinasi warna ini menciptakan tampilan yang unik dan membedakannya dari spesies lain.

Secara internal, Ular Cabai Besar memiliki kelenjar bisa yang luar biasa panjang, bahkan bisa mencapai seperempat dari total panjang tubuhnya. Kepalanya relatif kecil dan tidak memiliki transisi yang jelas dengan leher, memberikan kesan tubuh yang menyatu. Meskipun penampilannya unik, ular ini seringkali disalahartikan dengan spesies lain seperti ular reed berkepala merah (Calamaria schlegeli) atau ular krait berkepala merah (Bungarus flaviceps) karena kemiripan habitat dan corak warna tertentu. Namun, perlu dicatat bahwa Calamaria schlegeli jauh lebih kecil, hanya mencapai panjang maksimal 50 cm.

Habitat Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar adalah reptil terestrial yang secara alami mendiami ekosistem hutan hujan tropis. Mereka dapat ditemukan di berbagai jenis hutan, mulai dari hutan primer yang masih asli hingga hutan sekunder yang telah mengalami regenerasi. Preferensi habitatnya meliputi dataran rendah dan area pegunungan rendah, dengan ketinggian jelajah antara 100 hingga 1100 meter di atas permukaan laut.

Ular ini memiliki perilaku semi-fossorial, yang berarti mereka menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bersembunyi di dalam serasah daun atau celah-celah di lantai hutan. Perilaku ini membantu mereka dalam berburu mangsa serta melindungi diri dari predator. Selain itu, Ular Cabai Besar juga merupakan hewan nokturnal, yang berarti aktivitas puncaknya terjadi setelah matahari terbenam, saat mereka keluar untuk mencari makan.

Secara geografis, Ular Cabai Besar merupakan spesies endemik di Asia Tenggara. Persebarannya meliputi negara-negara seperti Brunei, Indonesia. Termasuk di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, serta pulau-pulau kecil seperti Nias, Mentawai, Riau, dan Bangka-Belitung. Kemudian di Malaysia seperti Semenanjung Melayu, Sarawak, Sabah, Singapura, Thailand, dan Myanmar. Keberadaan mereka di berbagai wilayah ini menunjukkan adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan hutan tropis yang bervariasi.

Tingkat Bahaya Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar dikenal sebagai ular yang sangat berbisa dan berpotensi berbahaya. Berbeda dengan kebanyakan anggota famili Elapidae lainnya yang umumnya memiliki neurotoksin, bisa Ular Cabai Besar mengandung sitotoksin unik yang disebut calliotoxin. Racun ini bekerja dengan cara yang sangat spesifik dan merusak, menargetkan saluran natrium pada mangsa.

Efek dari calliotoxin sangat dramatis, bisa ini dapat memicu semua saraf korban untuk aktif secara bersamaan, menyebabkan kejang otot parah, kelumpuhan seketika, hipotensi, serta peradangan. Mekanisme ini secara efektif "menggoreng" sistem saraf, menyebabkan mangsa mengalami paralisis total. Karena diet utamanya adalah ular lain, termasuk ular berbisa seperti kobra muda, Ular Cabai Besar sering dijuluki sebagai "pembunuh para pembunuh." Mereka juga memangsa kadal dan katak.

Meskipun bisanya sangat kuat dan berpotensi mematikan, kasus kematian pada manusia akibat gigitan Ular Cabai Besar terbilang langka. Hal ini disebabkan oleh sifat alami ular ini yang pemalu dan cenderung menghindar dari kontak dengan manusia. Ketika merasa terancam atau terpojok, Ular Cabai Besar memiliki mekanisme pertahanan diri yang unik: mereka akan mengangkat ekor merahnya tinggi-tinggi sebagai tanda peringatan. Jika peringatan ini diabaikan dan ancaman terus berlanjut, barulah mereka akan menggigit sebagai upaya terakhir.

Dalam konteks konservasi, Ular Cabai Besar saat ini terdaftar dalam kategori "Risiko Rendah" (Least Concern) oleh IUCN Red List. Namun, tren populasinya belum diketahui secara pasti, dan ancaman utama bagi kelangsungan hidup spesies ini adalah hilangnya habitat akibat deforestasi yang terus berlanjut di wilayah Asia Tenggara.

Cara Mengusir Ular Cabai Besar

Meskipun Ular Cabai Besar memiliki sifat pemalu dan jarang menyerang, penting bagi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar ular ini tidak masuk ke area pemukiman. Tidak ada metode pengusiran spesifik yang hanya berlaku untuk Ular Cabai Besar, namun cara-cara umum yang efektif untuk mengusir ular dapat diterapkan untuk spesies ini.

Salah satu langkah terpenting adalah menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah. Singkirkan tumpukan daun, kayu, batu, atau puing-puing yang dapat menjadi tempat persembunyian ideal bagi ular, karena mereka menyukai area yang lembap, dingin, dan gelap. Rutin memangkas rumput dan membersihkan semak-semak di pekarangan juga sangat membantu. Selain itu, buang genangan air yang dapat menarik mangsa ular seperti katak, sehingga mengurangi daya tarik area tersebut bagi ular.

Penggunaan bahan-bahan dengan aroma kuat juga dapat menjadi cara efektif untuk mengusir Ular Cabai Besar. Anda bisa menaburkan cabai di sekitar rumah, karena ular tidak menyukai baunya. Bawang merah dan bawang putih juga ampuh karena ular tidak tahan dengan asam sulfonat yang dikandungnya. Minyak peppermint dan serai memiliki senyawa iritatif bagi ular, sementara bubuk belerang dapat diletakkan di sudut-sudut rumah karena bau menyengatnya. Cuka putih juga bisa dituang di area yang sering dilalui ular untuk mengusir mereka.

Terakhir, pastikan untuk menutup retakan atau celah di dinding, pondasi, atau pintu yang bisa menjadi jalan masuk ular ke dalam rumah. Penting untuk diingat bahwa garam tidak efektif untuk mengusir ular, karena ular tidak memiliki lendir seperti hewan lain yang terpengaruh oleh garam. Jika Anda menemukan Ular Cabai Besar, jangan pernah mencoba mendekat atau menanganinya sendiri. Segera hubungi ahli penanganan hewan atau petugas pemadam kebakaran setempat untuk penanganan yang aman dan tepat.

People Also Ask

1. Apa itu ular cabai besar?

Jawaban: Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgata) adalah spesies ular berbisa dari famili Elapidae yang endemik di Asia Tenggara, dikenal dengan warna tubuhnya yang mencolok.

2. Apa ciri khas bisa Ular Cabai Besar?

Jawaban: Bisanya mengandung calliotoxin, sitotoksin unik yang menyerang saluran natrium, menyebabkan kejang otot parah dan kelumpuhan.

3. Apakah Ular Cabai Besar berbahaya bagi manusia?

Jawaban: Meskipun bisanya kuat, kasus kematian pada manusia jarang karena ular ini pemalu dan cenderung menghindar, menggigit hanya jika terpojok.

4. Bagaimana cara mencegah Ular Cabai Besar masuk ke rumah?

Jawaban: Jaga kebersihan lingkungan, singkirkan tempat persembunyian, pangkas rumput, buang genangan air, dan gunakan bahan beraroma kuat seperti cabai atau bawang.

5. Apa yang harus dilakukan jika bertemu Ular Cabai Besar?

Jawaban: Jangan mendekat atau mencoba menanganinya sendiri; segera hubungi ahli penanganan hewan atau petugas pemadam kebakaran setempat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |