Kenali Ciri-Ciri Performative Male, Ketika Citra Lebih Penting dari Komitmen

2 months ago 43

Ciri-ciri "performative male" seringkali berkaitan dengan penampilan luar dan preferensi yang diadopsi untuk menampilkan citra tertentu, daripada menunjukkan komitmen yang mendalam. Pengamatan terhadap preferensi gaya hidup dan konsumsi dapat memberikan indikasi awal.

1. Gaya Berpakaian yang Estetik

Pria performatif cenderung mengadopsi gaya berpakaian yang sangat diperhatikan, seringkali mengikuti tren "estetik" tertentu yang populer di media sosial. Pakaian mereka mungkin terlihat "artsy", "vintage", atau "minimalis", yang dirancang untuk menarik perhatian dan menyampaikan kesan sebagai orang yang berbudaya atau sensitif.

Pemilihan gaya ini bukan sekadar ekspresi diri, melainkan bagian dari strategi untuk membangun citra. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu untuk memastikan penampilan mereka sesuai dengan narasi yang ingin mereka sampaikan. Hal ini seringkali didorong oleh keinginan untuk mendapatkan validasi sosial dan pujian dari lingkungan tertentu.

2. Memilih Totebag daripada Backpack

Pemilihan tas juga bisa menjadi indikator. Totebag, yang sering diasosiasikan dengan gaya hidup yang lebih santai, ramah lingkungan, atau "hipster", mungkin dipilih daripada ransel tradisional.

Pilihan ini bisa menjadi bagian dari upaya untuk menampilkan citra yang lebih "sadar sosial" atau "tidak konvensional". Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda dari mayoritas, bahkan dalam hal pilihan aksesori sehari-hari. 

3. Minuman Berbeda dari Orang Lain

Preferensi minuman juga dapat menjadi bagian dari performa. Memilih matcha daripada kopi, terutama di tempat-tempat yang trendi, bisa menjadi cara untuk menunjukkan selera yang lebih "unik", "sehat", atau "berkelas", yang membedakan diri dari mayoritas.

Pilihan minuman ini seringkali bukan hanya soal rasa, melainkan juga simbol status atau afiliasi dengan kelompok tertentu. Dengan memilih matcha, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari tren gaya hidup tertentu yang dianggap lebih modern atau berwawasan.

4. Pamer Buku tentang Feminisme

Salah satu ciri yang paling sering disorot adalah kecenderungan untuk secara terbuka menampilkan atau membicarakan buku-buku bertema feminisme atau kesetaraan gender. Ini bisa berupa memposting foto buku di media sosial, membawanya ke tempat umum, atau menyebutkannya dalam percakapan. Performative allyship seringkali melibatkan tampilan publik dari dukungan, seperti memposting tentang isu-isu sosial atau membaca buku-buku tertentu, tanpa tindakan nyata di baliknya.

Tindakan ini seringkali dilakukan tanpa menunjukkan pemahaman mendalam atau penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam tindakan nyata. Mereka mungkin hanya membaca ringkasan atau kutipan untuk bisa berpartisipasi dalam diskusi, tanpa benar-benar menginternalisasi pesan-pesan penting dari buku tersebut.

5. Selera Musik yang Berbeda

Pria performatif mungkin secara eksplisit menyatakan preferensi musik yang "anti-mainstream", "indie", atau "underground". Ini adalah upaya untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki selera yang lebih canggih, orisinal, atau tidak terpengaruh oleh budaya populer. Mendengarkan musik 'anti-mainstream' dapat menjadi bagian dari identitas sosial, menunjukkan bahwa seseorang memiliki selera yang lebih 'autentik' atau 'berbeda'.

Dengan mengklaim selera musik yang tidak biasa, mereka berusaha meningkatkan citra mereka sebagai individu yang unik dan berwawasan. Mereka ingin menonjol dari keramaian dan menunjukkan bahwa mereka memiliki kedalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ini adalah bentuk lain dari pencitraan diri melalui preferensi budaya.

6. Pakai Gantungan Lucu di Tas atau Saku

Menambahkan gantungan kunci atau aksesori "lucu" atau "quirky" pada tas atau saku adalah cara lain untuk menampilkan kepribadian yang "sensitif", "kreatif", atau "tidak takut untuk menunjukkan sisi lembut". Aksesori pribadi dapat digunakan untuk mengekspresikan identitas dan kepribadian, termasuk menantang norma gender.

Ini bisa menjadi bagian dari upaya untuk menentang stereotip maskulinitas tradisional. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tidak terikat oleh norma-norma maskulinitas yang kaku dan berani mengekspresikan sisi yang lebih lembut atau artistik. Aksesori ini berfungsi sebagai pernyataan visual dari identitas yang ingin mereka proyeksikan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |