Liputan6.com, Jakarta Membangun rumah bambu kini menjadi pilihan menarik, terutama bagi mereka yang mencari hunian ramah lingkungan, ekonomis, dan kokoh. Bambu, dengan segala keunggulannya, menawarkan solusi inovatif untuk tantangan konstruksi modern. Khususnya di wilayah yang rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi. Material alami ini tidak hanya ringan dan mudah didapatkan, tetapi juga memiliki kekuatan tarik yang mengesankan, bahkan melebihi beton dalam beberapa aspek struktural.
Namun, potensi bambu sebagai bahan bangunan yang ideal tidak datang tanpa syarat. Agar rumah bambu benar-benar tahan lama dan aman, diperlukan perlakuan khusus untuk melindunginya dari pelapukan, serangan hama, dan memastikan stabilitasnya saat terjadi guncangan gempa. Proses pengawetan dan teknik konstruksi yang tepat menjadi kunci utama dalam mewujudkan hunian bambu yang awet dan aman.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai metode pengawetan bambu, teknik pembangunan rumah bambu yang tahan gempa, material yang dibutuhkan, serta estimasi biaya yang diperlukan. Melansir dari berbagai sumber, Jumat (15/8), simak ulasan informasinya berikut ini.
Keunggulan Bambu sebagai Bahan Bangunan
Bambu telah lama diakui sebagai material konstruksi serbaguna, digunakan secara luas untuk berbagai elemen bangunan mulai dari atap, dinding, hingga furnitur. Di Indonesia sendiri, kekayaan jenis bambu sangat melimpah, dengan sekitar 140 jenis asli dari total 1.250 jenis di dunia, dan 65 di antaranya memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam industri konstruksi.
Keunggulan bambu tidak hanya terletak pada ketersediaannya, tetapi juga pada sifat-sifat fisiknya yang luar biasa. Bambu memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan sifat elastis yang memungkinkannya melengkung tanpa patah, menjadikannya sangat tahan terhadap guncangan gempa.Selain itu, bobot bambu yang ringan secara signifikan mengurangi beban struktur bangunan, meminimalkan potensi kerusakan saat gempa, serta memudahkan proses pengangkutan dan pemasangan.
Bambu juga merupakan sumber daya alam yang sangat ramah lingkungan, dapat diperbaharui dengan cepat dalam waktu 3-5 tahun, mudah didaur ulang, dan menawarkan efisiensi biaya yang tinggi dibandingkan material konvensional seperti beton dan baja. Keindahan alaminya pun memberikan nuansa hangat dan artistik pada setiap hunian.
Cara Membuat Rumah Bambu Tahan Lapuk (Pengawetan Bambu)
Untuk mengatasi kerentanan bambu terhadap pelapukan dan serangan hama seperti jamur, lumut, rayap, dan bubuk, proses pengawetan menjadi sangat penting. Bambu yang akan digunakan untuk konstruksi harus berusia tua, dalam kondisi kering, dan telah melalui proses pengawetan yang memadai. Beberapa metode pengawetan tradisional telah diterapkan selama berabad-abad, seperti:
- Pengendalian waktu tebang pada bulan tertentu atau saat bulan purnama yang dipercaya dapat meningkatkan daya tahan bambu.
- Perendaman bambu dalam air, lumpur, atau bahkan minyak tanah/oli bekas selama berbulan-bulan juga menjadi praktik umum untuk menghilangkan zat gula yang disukai hama. Meskipun efektif, metode ini seringkali memakan waktu lama dan dapat menyebabkan bau tidak sedap pada bambu.
Selain metode pengawetan tradisional, metode pengawetan kimiawi modern menawarkan solusi yang lebih efisien
- Salah satu yang paling banyak dikembangkan adalah penggunaan larutan borax-boric acid. Baik melalui metode kolam perendaman, vertical soak diffusion (VSD), maupun injeksi langsung ke batang bambu.
- Bahan pengawet berbasis air juga populer karena diserap bambu saat basah, meninggalkan zat pengawet setelah air menguap.
Setelah diawetkan, bambu harus dikeringkan secara vertikal di tempat terlindung dari sinar matahari langsung untuk memanfaatkan aliran udara alami, proses ini bisa memakan waktu sekitar dua minggu. Perawatan berkala seperti pelapisan anti-rayap dan anti-air juga diperlukan, serta penting untuk memastikan material bambu tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Cara Membuat Rumah Bambu Tahan Gempa
1. Gunakan Bambu Berkualitas: Pilih bambu yang tua (3–5 tahun), sudah kering, dan diawetkan untuk mencegah kerusakan akibat rayap atau pelapukan.
2. Pondasi yang Kuat dan Stabil: Dirikan rumah di tanah yang rata. Pasang pondasi dengan sloof beton dan angkur untuk mengikat struktur bambu agar kokoh.
3. Satukan Komponen Rumah: Pastikan semua elemen, dinding, lantai, dan atap terhubung menjadi satu sistem yang saling menguatkan saat terjadi guncangan.
4. Gunakan Sambungan Lentur: Pakai ikatan tali ijuk atau rotan agar struktur fleksibel mengikuti gerakan gempa. Gunakan pasak kayu untuk memperkuat tanpa mengurangi kelenturan.
5. Hindari Penggunaan Paku: Paku dapat menyebabkan bambu pecah dan melemahkan sambungan, sehingga lebih baik menggunakan ikatan atau pasak.
6. Manfaatkan Bobot Ringan Bambu: Bambu yang ringan mengurangi beban struktur, sehingga lebih aman saat gempa.
7. Terapkan Desain Modular atau Knock-Down: Gunakan konsep seperti teknologi RISHA agar rumah mudah dibangun, dibongkar, dan tetap tahan gempa.
Material yang Dibutuhkan untuk Rumah Bambu
Membangun rumah bambu yang tahan lapuk dan gempa memerlukan pemilihan material yang tepat selain bambu itu sendiri. Bambu yang digunakan haruslah jenis yang kuat dan cocok untuk struktur bangunan, seperti Bambu Ampel, Bambu Petung, Bambu Legi, atau Bambu Wulung. Pastikan bambu yang dipilih sudah matang, berusia 4-5 tahun, dengan ciri fisik daun dan kelopak kering, serta menghasilkan bunyi nyaring saat dipukul.
1. Bahan Pengawetan Bambu
Untuk pengawetan, bahan pengawet bambu seperti larutan borax-boric acid atau bahan kimia lainnya seperti CCA (Copper-Chrome-Arsenic) sangat penting. Sambungan antar bambu yang kuat dan fleksibel dapat dicapai dengan menggunakan tali ijuk atau bahan pengikat lentur lainnya. Material pondasi seperti batu kali atau beton diperlukan untuk menopang struktur.
2. Bahan Dinding pada Rumah Bambu
Untuk dinding, anyaman bambu (gedek) atau kombinasi dengan batako dapat menjadi pilihan. Material atap dapat disesuaikan dengan desain dan iklim setempat, seperti ijuk atau genteng ringan. Lantai bisa menggunakan bambu, kayu, atau material lain yang sesuai.
3. Bahan Finishing pada Rumah Bambu
Terakhir, bahan finishing seperti pelapis anti-air dan anti-rayap sangat penting untuk perawatan permukaan bambu secara berkala. Semua material ini, ditambah peralatan konstruksi sederhana, akan membentuk rumah bambu yang kokoh dan tahan lama.
Estimasi Biaya Pembangunan Rumah Bambu
Salah satu daya tarik utama membangun rumah bambu adalah biayanya yang cenderung lebih terjangkau dibandingkan dengan material konvensional seperti beton dan baja. Estimasi biaya pembangunan rumah bambu dapat bervariasi tergantung pada lokasi, desain, dan kualitas material yang dipilih.
Secara umum, biaya pembangunan rumah dari bambu dan batako dapat berkisar antara Rp3,5 juta hingga Rp5 juta per meter persegi.
1. Rumah Tipe 36 m²
Untuk rumah tipe kecil sekitar 36 m², estimasi biaya bisa mencapai Rp50 juta hingga Rp80 juta.
2. Rumah dengan Luas 50-70 m²
Sementara itu, rumah tipe sedang dengan luas 50–70 m² mungkin memerlukan anggaran sekitar Rp90 juta hingga Rp140 juta. Angka-angka ini mencakup material, tenaga kerja, dan finishing sederhana.
Bahkan, ada simulasi anggaran minimalis untuk rumah bambu tipe 36 (6m x 6m) yang menunjukkan biaya bisa di bawah Rp10 juta, meskipun ini belum termasuk atap, lantai, pintu, jendela, instalasi listrik, dan finishing lainnya. Teknologi seperti RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) juga menawarkan solusi rumah tahan gempa dengan biaya sekitar Rp50 juta untuk tipe 33. Untuk menghemat biaya, perencanaan anggaran yang detail, desain sederhana, pemanfaatan material lokal, dan pertimbangan jasa tukang borongan atau pekerjaan DIY (Do It Yourself) sangat disarankan.
People Also Ask
1. Mengapa bambu cocok untuk rumah tahan gempa?
Jawaban: Bambu memiliki kekuatan tarik tinggi dan fleksibilitas yang memungkinkannya melengkung tanpa patah, serta mampu menyerap energi gempa, menjadikannya material ideal untuk konstruksi tahan gempa.
2. Bagaimana cara mengawetkan bambu agar tidak lapuk?
Jawaban: Pengawetan bambu dapat dilakukan secara tradisional (perendaman air/lumpur, pengasapan) atau kimiawi (metode Boucherie, larutan borax-boric acid), diikuti pengeringan dan perawatan berkala.
3. Berapa estimasi biaya membangun rumah bambu?
Jawaban: Biaya pembangunan rumah bambu cenderung lebih murah, berkisar Rp3,5 juta hingga Rp5 juta per meter persegi, atau sekitar Rp50 juta hingga Rp80 juta untuk tipe kecil (36 m²).
4. Jenis bambu apa yang cocok untuk konstruksi rumah?
Jawaban: Jenis bambu yang sering dimanfaatkan untuk struktur bangunan antara lain Bambu Ampel, Bambu Petung, Bambu Legi, dan Bambu Wulung, yang harus berusia tua dan kering.
5. Apa kelemahan utama bambu sebagai material bangunan?
Jawaban: Kelemahan utama bambu adalah rentan lapuk, tidak tahan air hujan dan api, serta rawan serangan hama seperti jamur, lumut, rayap, dan bubuk jika tidak diawetkan.

2 months ago
37
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3447964/original/044808700_1620136334-_2__wortel_650x336.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3289369/original/084703600_1604661658-Motor_overheat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402514/original/073471000_1762249233-Ular_Kepala_Dua.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5093466/original/076562200_1736832130-1736829269742_cara-mengusir-laron.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5312831/original/019228100_1754975732-pexels-zero-promosi-3567653-12738019.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5175850/original/025923800_1743052807-Depositphotos_563266206_S.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5332032/original/080788000_1756454870-rama-murtyza-erionadar-gFV8ME9SUSs-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5180600/original/078352100_1743813847-Tomat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400572/original/052631100_1762140024-Lycodon_capucinus.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396841/original/091910700_1761793916-Gemini_Generated_Image_kswmhlkswmhlkswm.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401587/original/009316200_1762217918-Dosen_IMDE.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2742451/original/087257400_1551683551-HL_3__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4042754/original/094706200_1654358757-Screenshot_1983.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4251141/original/014812300_1670308174-4_englshfluw.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381781/original/086724600_1760517279-crop-hand-picking-rice-from-steamer.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395670/original/087777900_1761713952-teras_resort_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400672/original/014332900_1762144721-Buah_Potong.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3275927/original/052757500_1603431735-garlic-545223_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282085/original/078509300_1752462233-Lycodon_capucinus.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5343606/original/019390500_1757460767-Gemini_Generated_Image_3m58s43m58s43m58.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2352163/original/056517200_1536200248-20180905-Penumpang-Emirates-Sakit-Misterius-Saat-Mendarat-di-NY-AP-2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4350265/original/051288500_1678243458-Crypto_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5214855/original/012540300_1746781955-memesan_tiket_lebih_awal.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5225151/original/016608900_1747653520-0E6A3318-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4096950/original/092230800_1658456125-jingyi-lyu-PRxxSiCphj0-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4732115/original/070853200_1706779283-fotor-ai-20240201161614.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5231035/original/033368700_1748061699-Kopi_hitam.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4816486/original/000456500_1714383664-fotor-ai-20240429133814.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4185982/original/092392900_1665357835-kelly-sikkema-LzC5WBafIBk-unsplash_1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4816480/original/079795300_1714383491-fotor-ai-2024042913369.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3541994/original/000639400_1629114112-pexels-ivan-samkov-4458554.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5082637/original/085587200_1736235026-1736231871543_7-love-language-apa-saja.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3972150/original/067389600_1648010111-pexels-andrea-piacquadio-3783808__1_.jpg)