CEO Coinbase Umumkan Penangkapan Oknum di India Terkait Pelanggaran Data Internal

1 day ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Penegak hukum India telah menangkap mantan agen Coinbase di Hyderabad. Penangkapan ini terkait pelanggaran data bursa yang terungkap pada Mei 2025.

Hal itu disampaikan CEO Coinbase Brian Armstrong pada Kamis, 25 Desember 2025 dikutip dari the block, Minggu (28/12/2025).

"Kami tidak mentolerir perilaku buruk dan akan terus bekerja sama dengan penegak hukum untuk membawa pelaku kejahatan ke pengadilan,” tulis Armstrong di platform X.

“Satu lagi telah ditangkap dan masih banyak lagi yang akan menyusul,” ia menambahkan.

Pelanggaran data, yang dimulai pada Desember 2024, melibatkan penjahat siber yang menyuap perwakilan layanan pelanggan di luar negeri untuk mendapatkan data pengguna termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan identitas pemerintah.

Coinbase mengungkapkan dalam pengajuan ke Kantor Kejaksaan Agung Maine 69.461 pengguna terpengaruh. Para penyerang menuntut tebusan sebesar USD 20 juta, yang ditolak Coinbase, dan sebagai gantinya meluncurkan hadiah yang sama untuk informasi yang mengarah pada penangkapan.

Investigasi Fortune melacak pelanggaran tersebut ke agen di TaskUs, sebuah perusahaan alih daya proses bisnis yang berbasis di Texas dengan operasi di India. TaskUs mengatakan kepada Fortune mereka telah mengidentifikasi dua karyawan yang diduga "direkrut oleh kampanye kriminal yang jauh lebih luas dan terkoordinasi terhadap [Coinbase] yang juga berdampak pada sejumlah penyedia lain yang melayani klien ini."

Pelanggaran Data

Coinbase mengkonfirmasi pengeluaran terkait pelanggaran data sebesar USD 307 juta atau Rp 5,15 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.784) dalam laporan pendapatan kuartal kedua, yang mencakup perbaikan dan penggantian biaya kepada pelanggan. Perusahaan menghadapi gugatan class action dari pemegang saham atas dugaan keterlambatan pengungkapan informasi.

Penangkapan ini terjadi satu minggu setelah Kantor Kejaksaan Distrik Brooklyn mendakwa Ronald Spektor, 23 tahun, dengan 31 dakwaan karena diduga mencuri USD 16 juta atau Rp 268,55 miliar dari sekitar 100 pengguna Coinbase melalui skema phishing terpisah. Investigator blockchain ZachXBT turut membantu mengidentifikasi tersangka.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Coinbase Mulai Menerima Lagi Pengguna Kripto di India

Sebelumnya, bursa kripto Coinbase telah membuka pendaftaran aplikasi di India setelah jeda lebih dari dua tahun. Saat ini, pengguna dapat melakukan perdagangan kripto-ke-kripto. Namun,  saat berbicara di India Blockchain Week (IBW), Direktur APAC Coinbase, John O’Loghlen menuturkan, perusahaan membuka akses fiat pada 2026 yang memungkinkan pengguna di India untuk mengisi uang dan membeli kripto.

Mengutip Yahoo Finance, Senin (8/12/2025), Coinbase membuka layanannya di India pada 2022, dan dalam beberapa hari terpaksa menghentikan dukungan untuk jaringan pembayaran Unified Payments Interface (UPI).

Langkah ini diambil setelah operator UPI, National Payments Corporation (NPCI), menolak mengakui keberadaan Coinbase di negara tersebut. Kemudian pada 2023, Coinbase menghentikan semua operasinya untuk pengguna di India dan meminta mereka untuk melepas akun mereka.

"Secara historis, kami memiliki jutaan pelanggan di India, dan kami mengambil sikap yang sangat tegas untuk menarik pelanggan tersebut sepenuhnya dari entitas luar negeri, tempat mereka berdomisili dan teregulasi. Karena kami ingin memulai dari nol, memiliki catatan bersih di sini. Sebagai pebisnis komersial yang ingin menghasilkan uang dan memiliki pengguna aktif, itu seperti hal terburuk yang dapat Anda lakukan, jadi Anda tahu itu bukan tanpa keraguan," ujar O'Loghlen.

Perusahaan tersebut mulai bekerja sama dengan Unit Intelijen Keuangan (FIU), sebuah badan pemerintah yang mengawasi transaksi dan penipuan, dan akhirnya mendaftar pada mereka tahun ini. Pada Oktober, mereka mulai menerima pengguna melalui akses awal, dan sekarang aplikasinya terbuka untuk semua pengguna.

Melirik Pasar India

Banyak perusahaan internet telah mendirikan basis mereka di India dengan harapan dapat memanfaatkan basis pengguna daring terbesar kedua di dunia.

Meskipun platform sosial dan perusahaan AI seperti OpenAI telah menemukan pertumbuhan pesat di pasar, sulit bagi perusahaan kripto untuk mengikuti jalur yang sama karena peraturan dan perpajakan yang ketat seputar mata uang kripto.

India mengenakan pajak 30% atas pendapatan kripto tanpa kompensasi kerugian dan juga mengenakan potongan 1% untuk setiap transaksi, yang dapat mencegah pengguna untuk sering berdagang. O’Loghlen mengatakan, perusahaan berharap pemerintah akan melonggarkan pajak agar masyarakat tidak terlalu terbebani untuk memiliki aset digital.

Coinbase Optimistis dengan India

Terlepas dari tantangan ini, Coinbase tampaknya optimistis dengan India. Unit ventura perusahaan tersebut telah menyuntikkan lebih banyak dana ke bursa lokal CoinDCX dengan valuasi pasca-penukaran sebesar USD 2,45 miliar atau Rp 40,89 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.692).

Perusahaan juga berencana untuk memperkuat lebih dari 500 timnya di negara tersebut dengan merekrut berbagai posisi yang berfokus pada pasar lokal dan global.

"Saya pikir kami ingin dikenal sebagai bursa tepercaya, memastikan dana Anda aman bersama kami,” kata O’Loghlen.

"Kami tidak akan menjangkau masyarakat luas jika Anda tidak memiliki UI yang sangat bagus, pengalaman tepercaya yang memungkinkan Anda bergabung dalam hitungan menit, sama seperti yang Anda lakukan dengan Zepto atau Flipkart atau aplikasi super lainnya di India,” ia menambahkan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |