Analis Ingatkan Guncangan di Pasar Kripto Belum Selesai

12 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto terus mengalami aksi jual pada Jumat, 21 November 2025 setelah posisi leverage lebih dari USD 2 miliar atau Rp 33,41 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.706) terjual habis dalam 24 jam. Aksi jual tersebut didorong kekhawatiran dalam jangka pendek, tetapi posisi bitcoin (BTC) rendah dapat jadi peluang masuk.

Mengutip the block, ditulis Minggu, (23/11/2025), kepada CNBC, CIO Bitwise Matt Hougan menuturkan, aksi jual ini didorong ketakutan jangka pendek dan keyakinan jangka panjang.

“Ini kisah dua pasar. Investor jangka pendek melihat sentimen risk-off global, melemahnya perdagangan DAT dan dampak dari peristiwa volatilitas 10 Oktober. Namun, investor jangka panjang mulai mempertimbangkan harga ini,” kata dia.

Hougan mengatakan beberapa investor terbesar di dunia, termasuk dana abadi Harvard dan dana kekayaan negara Abu Dhabi, mengamati posisi bitcoin sebagai titik masuk potensial. Meskipun ia mengakui pergerakan ke "pertengahan atau bawah 70-an" masih mungkin terjadi. Ia berpendapat pasar "lebih dekat ke titik terendah daripada awal pullback."

Hougan mencatat, beberapa investor berfokus pada area USD 84.000 atau Rp 1,4 miliar, sebagai level terendah pullback pada Maret dan level yang masih dipandang banyak pedagang sebagai basis potensial.

Investor lain percaya harga dapat kembali ke kisaran pra-pemilihan Trump di dekat USD 70.000 atau Rp 1,16 miliar setelah Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Oktober, di atas USD 126.000 atau Rp 2,1 miliar, menarik pembeli baru yang kurang yakin dan kini mulai terguncang.

Likuiditas Global

Hougan menambahkan, menunjuk pada satu faktor saja sama saja dengan mengabaikan peluang, tetapi menekankan likuiditas global sebagai pendorong utama.

"Mata uang kripto turun karena likuiditas global turun. Perdagangan DAT sedang melemah. Sentimen penghindaran risiko mulai muncul,” kata dia.

Sementara itu, Cantor Fitzgerald's chief equity and macro strategist, Eric Johnston, mengatakan aksi jual lintas aset yang dahsyat mencerminkan siklus de-risking yang lebih luas yang melanda perdagangan Bitcoin dan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang ramai.

"Kami memasuki situasi ini dengan leverage dalam sistem," katanya.

"Ada dampak yang signifikan, pengurangan risiko yang signifikan, dan sekarang semuanya menjadi lebih bersih,” ia menambahkan.

Struktur Kepemilikan Aset

Khususnya mengenai bitcoin, Johnston berpendapat struktur kepemilikan aset telah bergeser secara signifikan sejak penurunan sebelumnya sebesar 55% hingga 80% pada siklus sebelumnya.

"Kepemilikan institusional jauh lebih banyak. Stablecoin telah muncul. Ada undang-undang," kata dia.

"Hal itu telah mengurangi  meskipun tidak hari ini, volatilitas secara keseluruhan."

Kedua analis sepakat prospek jangka panjang sangat bergantung pada kondisi makro. Johnston mengatakan prospek penurunan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) dan bahkan pelonggaran kuantitatif pada 2026 "sangat menguntungkan bagi bitcoin,".

Sementara Hougan menekankan "perdagangan penurunan nilai" tetap berlaku meskipun ada tekanan likuidasi jangka pendek.

Keduanya tidak menampik risiko penurunan lebih lanjut sebelum batas bawah yang tahan lama terbentuk. Hougan menyarankan variabel terpenting hanyalah jangka waktu.

"Mungkinkah turun sedikit? Tentu saja," katanya.

"Tetapi bagi investor jangka panjang yang melihat ke tahun 2026 dan seterusnya, ini adalah titik masuk yang menarik."

Indeks GMCI 30, yang mewakili 30 mata uang kripto teratas, diperdagangkan sekitar 149,50 pada saat publikasi. Indeks ini turun sekitar 12% selama seminggu terakhir dan hampir 30% selama sebulan terakhir.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |