Standard Chartered Luncurkan Perdagangan Spot Bitcoin dan Ether untuk Klien Institusi

3 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered akan mengizinkan klien institusional untuk transaksi bitcoin dan ether melalui cabangnya di Inggris. Dengan demikian, bank tersebut menjadi bank global pertama yang menawarkan kripto.

Mengutip Channel News Asia, ditulis Rabu (16/7/2025), beberapa lembaga keuangan melihat peningkatan permintaan klien untuk produk kripto. Hal ini seiring harga bitcoin mencapai rekor tertinggi, didorong oleh sikap pro-kripto Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Klien institusional di seluruh dunia, termasuk perusahaan, investor dan manajer aset akan dapat melakukan perdagangan kripto spot melalui platform Standard Chartered yang ada, dan akan segera ditawarkan perdagangan forward non-deliverable. Demikian disampaikan Standard Chartered pada Selasa pekan ini.

Standard Chartered telah menawarkan produk kripto, termasuk perdagangan melalui dua anak perusahaan independent yakni Zodia Markets dan Zodia Custody. Juru Bicara Standard Chartered menyatakan, Zodia Markets memungkinkan klien untuk berdagang lebih dari 70 kripto.

“Seiring meningkatnya permintaan klien, kami ingin menawarkan klien cara untuk bertransaksi, berdagang dan mengelola risiko aset digital dengan aman dan efisien sesuai dengan persyaratan regulasi,” kata CEO Standard Chartered Bill Winters dalam pernyataannya.

Pasar kripto telah pulih secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi setelah serangkaian kebangkrutan perusahaan kripto pada 2022 mengungkap praktik buruh yang meluas di industri yang masih baru dan menyebabkan jutaan investor kehilangan uang.

Dewan Perwakilan Rakyat AS akan mengesahkan serangkaian RUU terkait kripto pekan ini yang oleh mayoritas anggota Partai Republik dijuluki “crypto week”.

Beberapa bank AS sedang mengadakan diskusi internal tentang ekspansi ke kripto yang sebelumnya dihindari banyak orang, dan Societe Generale Prancis bulan lalu menjadi bank besar pertama di dunia yang meluncurkan stablecoin yang dipatok dolar AS.

Standard Chartered Prediksi Harga Bitcoin Tembus USD 200.000 Akhir Tahun Ini

Sebelumnya, permintaan institusional yang terus meningkat dan arah kebijakan baru di Amerika Serikat (AS) menjadi dua pendorong utama optimisme pasar kripto pada paruh kedua 2025.

Dalam laporan riset yang dirilis pada 2 Juli, Kepala Riset Aset Digital Global di Standard Chartered Bank Geoff Kendrick, menyatakan bahwa Bitcoin (BTC) berpotensi menembus level tertinggi sepanjang masa.

"Kami terus melihat BTC naik menjadi sekitar USD 135.000 pada akhir kuartal III dan menjadi USD 200.000 pada akhir kuartal IV," ujar Kendrick dalam laporan tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (8/7/2025).

Prediksi tersebut menegaskan kembali proyeksi bullish yang sebelumnya dirilis oleh bank ini, dan kini diperkuat oleh data terbaru terkait arus dana institusional ke produk Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin serta peningkatan alokasi BTC dalam neraca perusahaan.

Sepanjang kuartal kedua 2025 saja, pembelian institusional telah melampaui 245.000 BTC.

Dukungan dari Arah Kebijakan dan Regulasi

Standard Chartered menilai dua faktor makroekonomi dan regulasi berpotensi mempercepat adopsi aset digital secara signifikan:

1.Kemungkinan pengunduran dini Ketua Federal Reserve Jerome Powell, dan

2.Pengesahan undang-undang stablecoin di AS.

Dinamika Pasar Berubah

Kedua perkembangan tersebut diperkirakan akan menciptakan iklim yang lebih mendukung pertumbuhan ekosistem kripto, termasuk Bitcoin.

Kendrick menjelaskan bahwa kombinasi antara arus dana ETF, adopsi perusahaan, dan kepastian kebijakan telah mengubah dinamika pasar secara mendasar:

“Kami memperkirakan bitcoin (BTC) akan mencetak rekor tertinggi baru di H2, didukung oleh meningkatnya arus ETF dan perbendaharaan perusahaan, serta perkembangan kebijakan dan peraturan AS.”

Analisis Standard Chartered juga menyoroti perubahan pola siklus harga Bitcoin pasca-halving. Secara historis, harga BTC cenderung melemah sekitar 18 bulan setelah halving. Namun, tahun ini, tren tersebut tampak mulai bergeser. Lonjakan minat institusional dan panduan regulasi yang semakin jelas diyakini menjadi alasan utama perubahan tersebut.

Meski sebagian analis memperingatkan potensi overheating setelah performa kuat Bitcoin di awal tahun, banyak pelaku pasar menilai lonjakan saat ini lebih sehat.

Tidak seperti lonjakan sebelumnya yang didorong oleh spekulasi investor ritel, kali ini dukungan datang dari institusi besar dan kebijakan yang pro-terhadap aset digital.

Pada Mei lalu, Kendrick bahkan sempat menyampaikan penyesalan atas prediksi lamanya yang menyebut BTC hanya akan mencapai USD 120.000. Ia mengakui bahwa estimasi itu kemungkinan "terlalu rendah" dibandingkan dengan dinamika pasar yang sedang terjadi.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |