Bukan Robot Trading, Begini Peran Gemini AI di Dunia Kripto

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Day trading kripto dikenal penuh risiko karena pergerakannya sangat cepat, berbeda dengan investasi jangka panjang. Trader harus mampu membuka dan menutup posisi dalam hitungan jam bahkan menit.

Kondisi pasar kripto yang 24 jam tanpa henti membuat volatilitas semakin tinggi, sehingga peluang sekaligus ancaman datang setiap saat. Selain itu, faktor eksternal seperti unggahan media sosial, upgrade token, atau kabar makroekonomi bisa mengubah arah harga dalam sekejap.

Order book yang menipis juga kerap menimbulkan slippage dan kerugian jika entry tidak terencana. Ditambah lagi, trader dihujani banjir informasi dari Telegram, X, Discord, hingga notifikasi on-chain.

Dikutip dari laman Cointelegraph.com, Sabtu (12/9/2025), dalam kondisi tersebut, kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai alat bantu baru. Google memperkenalkan Gemini AI sebagai co-pilot yang bisa membantu trader mengatur informasi, menata data pasar, dan menyaring kebisingan.

AI ini tidak menggantikan peran manusia, melainkan memperkuat kemampuan trader untuk mengambil keputusan berbasis data. Gemini AI dirancang agar trader bisa fokus pada sinyal penting.

Misalnya, dengan meringkas order flow, menyusun data ke dalam dashboard, serta menguji aturan trading agar lebih terukur. Tujuannya, meminimalisasi keputusan emosional akibat FOMO.

Kekuatan Gemini AI di Balik Trading Kripto

Gemini AI memiliki sejumlah keunggulan teknis yang dinilai cocok untuk mendukung aktivitas day trading. Versi terbaru, seperti Gemini 2.5 Pro, diklaim mampu menalar konteks panjang dan memiliki kemampuan coding yang kuat. Hal ini membuatnya efektif merangkai data pasar dan catatan trader menjadi ringkasan yang dapat ditindaklanjuti.

AI ini juga terintegrasi langsung dengan Google Workspace, termasuk Docs dan Sheets. Trader bisa memanfaatkan fungsi AI di dalam sel untuk merapikan data, menyusun grafik, atau membuat ringkasan otomatis. Dengan demikian, proses analisis yang biasanya memakan waktu bisa dilakukan lebih cepat dan terstruktur.

Bagi pengembang, Gemini menyediakan akses melalui Google AI Studio dan Gemini API. Fitur ini memungkinkan trader atau analis untuk memprogram model, menganalisis dataset, hingga menghubungkan hasilnya ke dashboard pribadi. Dengan dukungan ini, strategi trading bisa dikembangkan lebih sistematis.

Namun, Gemini tidak dirancang untuk menggantikan peran trader sepenuhnya. Ia hanya membantu mengolah informasi dan menghasilkan wawasan yang lebih jelas, sementara keputusan akhir tetap di tangan manusia.

Batasan dan Risiko yang Perlu Diwaspadai

Meski memiliki banyak fungsi, Google menegaskan bahwa Gemini AI tidak boleh digunakan untuk menyimpan kunci kripto maupun melakukan perdagangan otomatis tanpa pengawasan.

Perannya dibatasi pada analisis, backtesting, pembuatan sinyal, dan pemberitahuan. Jika dihubungkan dengan API bursa, aksesnya harus dijaga ketat agar tidak menimbulkan risiko keamanan. Selain itu, Gemini Flash 2.5 yang digunakan untuk uji coba tidak menyiarkan data pasar real-time.

Artinya, wawasan yang dihasilkan AI tetap perlu diverifikasi dengan grafik langsung atau sumber terpercaya sebelum digunakan untuk mengambil keputusan trading. Crypto dikenal sebagai pasar dengan volatilitas tinggi.

Kesalahan membaca sinyal atau bergantung sepenuhnya pada AI bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, trader disarankan tetap melakukan riset mandiri dan berhati-hati dalam mengelola risiko.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Korea Selatan Perketat Aturan Pinjaman Kripto

Sebebelumnya, Komisi Jasa Keuangan Korea Selatan (FSC) resmi mengumumkan pedoman baru terkait pinjaman kripto pada 5 September 2025. Aturan ini ditujukan untuk menekan praktik berisiko, meningkatkan perlindungan investor, sekaligus menjaga stabilitas pasar keuangan digital di dalam negeri.

Dikutip dari coinmarketcap, Minggu (7/9/2025), langkah ini lahir dari kekhawatiran terhadap kerentanan pasar kripto yang kerap memicu pergeseran likuiditas.

Komisi Jasa Keuangan Korea Selatan berharap, pembatasan leverage, bunga, dan jenis aset yang bisa dipinjamkan akan mengurangi potensi risiko berlebihan.

Dalam kebijakan baru ini, FSC membatasi besaran bunga pinjaman, melarang leverage berlebihan, serta hanya mengizinkan 20 aset kripto teratas untuk dijadikan jaminan. Selain itu, pinjaman yang didanai perusahaan akan diawasi lebih ketat demi melindungi pengguna ritel.

Dengan adanya pembatasan tersebut, regulator memperkirakan akan terjadi penurunan volume pinjaman berimbal hasil tinggi. Namun, hal ini sekaligus membuka jalan bagi minat investor institusional yang membutuhkan kerangka regulasi yang lebih jelas.

Dampak Jangka Pendek dan Panjang

Dalam jangka pendek, aturan baru diperkirakan menekan volatilitas pasar dengan menghilangkan praktik leverage ekstrem.

Sementara itu, dalam jangka panjang, regulasi ini diyakini akan meningkatkan transparansi, mendorong manajemen risiko yang lebih sehat, serta menyelaraskan Korea Selatan dengan standar global.

Regulasi serupa sebelumnya sempat memicu penurunan aktivitas di bursa kripto, tetapi pada akhirnya terbukti memperkuat stabilitas pasar.

Ke depan, analis memperkirakan pergeseran ke arah keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan staking langsung, seiring pelaku pasar menyesuaikan diri dengan aturan baru.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |