Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan mengenai perintah penyitaan 187 dompet kripto yang diduga milik Iran’s Islamic Revolutionary Guard Corps atau IRGC.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (16/9/2025), dalam dokumen yang merinci perintah penyitaan tersebut, Biro Nasional Anti Pendanaan Terorisme (NBCTF) Kementerian Pertahanan Israel yakin dompet kripto" dalam daftar tersebut adalah milik IRGC dan "digunakan untuk melakukan kejahatan teror berat."
IRGC dikenai sanksi sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel, di antara negara-negara lainnya.
Menurut perusahaan pemantau blockchain Elliptic, dompet-dompet yang disebutkan namanya tersebut telah menerima USD 1,5 miliar atau Rp 24,57 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.381) dari waktu ke waktu dalam bentuk stablecoin USDT milik Tether.
Salah satu pendiri dan kepala ilmuwan Elliptic, Tom Robinson, mengatakan perusahaan tidak dapat memastikan apakah dompet-dompet tersebut memang milik IRGC. Robinson juga mengatakan dompet-dompet tersebut saat ini hanya berisi USD 1,5 juta atau Rp 24,57 miliar, sebagian kecil dari dana yang telah mengalir melalui dompet-dompet tersebut hingga saat ini.
Kementerian Pertahanan Israel tidak menanggapi permintaan komentar dari TechCrunch, menanyakan bagaimana mereka dapat memastikan 187 dompet tersebut terhubung dengan IRGC.
Potensi Retas Infrastruktur Dompet Digital
Dalam sebuah postingan blog, Elliptic mengatakan "beberapa alamat mungkin dikendalikan oleh layanan mata uang kripto dan bisa menjadi bagian dari infrastruktur dompet yang digunakan untuk memfasilitasi transaksi bagi banyak pelanggan."
Direktur Miaan Group, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada Iran, Amir Rashidi mengatakan, Israel mungkin menemukan informasi tentang dompet-dompet ini dengan meretas infrastruktur Iran. Rashidi menambahkan "selalu ada rumor IRGC menggunakan mata uang kripto untuk menghindari sanksi."
"Banyak dari kasus-kasus ini mungkin, misalnya, melibatkan bursa yang tidak secara langsung menjadi bagian dari IRGC tetapi terhubung dengannya, mirip dengan banyak bank, lembaga keuangan dan kredit, atau bahkan perusahaan yang tampaknya swasta," ia menambahkan.
Bidik Simpanan Kripto Iran
Ini bukan pertama kalinya Israel, atau setidaknya kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Israel, menargetkan simpanan mata uang kripto pemerintah Iran.
Pada 18 Juni, selama apa yang disebut Perang Dua Belas Hari antara Israel dan Iran, sebuah kelompok peretas bernama Predatory Sparrow, yang diyakini memiliki hubungan dengan pemerintah Israel, meretas bursa kripto terbesar Iran, Nobitex. Para peretas mencuri kripto senilai sekitar USD 90 juta atau Rp 1,47 triliun dan kemudian "membakarnya" dengan mengirimkannya ke dompet yang tidak dapat diakses, yang secara efektif menghancurkan dana digital tersebut.
Perusahaan intelijen kripto seperti Elliptic dan TRM Labs sebelumnya menyatakan Nobitex digunakan oleh Garda Revolusi.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bursa Kripto Terbesar Iran Kena Serangan Siber di Tengah Perang dengan Israel
Sebelumnya, kelompok peretas anti-Iran mengumumkan serangan terhadap salah satu bursa kripto terbesar di Iran pada Rabu, 18 Juni 2026.
Peristiwa tersebut terjadi di tengah ketegangan militer antara Iran dan Israel yang mengejutkan kawasan Timur Tengah. Melansir Channel News Asia, Sabtu (21/6/2025) peretas mengklaim telah menghancurkan bursa kripto Nobitex asal Iran dengan kerugian yang mencapai USD 90 juta atau Rp 1,47 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.401)
Peretas juga mengancam akan mengungkap kode sumber platform tersebut. Sebuah kelompok peretas yang dikenal sebagai Gonjeshke Darande, atau "Burung Pipit Predator," mengklaim serangan tersebut, menjadikannya operasi keduanya dalam dua hari.
Kelompok tersebut mengklaim telah menghancurkan data di Bank Sepah yang dikelola Pemerintah Iran di tengah meningkatnya serangan udara antara Israel dan Iran. Situs web Nobitex juga terpantau tidak tersedia pada Rabu, 18 Juni 2025.
Menarik Situs Web
Sementara itu, pihak Nobitex mengatakan dalam sebuah posting di X, mereka telah menarik situs web dan aplikasinya secara offline karena meninjau akses tidak sah ke sistemnya.
Gonjeshke Darande dikenal sebagai kelompok peretas dengan sejarah serangan siber canggih yang menargetkan Iran.
Operasi 2021 yang diklaim oleh kelompok tersebut menyebabkan pemadaman pompa bensin yang meluas, sementara serangan 2022 yang menargetkan pabrik baja Iran menyebabkan kebakaran besar dan kerusakan nyata secara offline.
Israel tidak pernah secara resmi mengakui mereka berada di balik kelompok tersebut, meskipun media Israel telah banyak melaporkan Gonjeshke Darande terkait dengan negara tersebut.