Rencana Inggris Jual Bitcoin Hasil Sitaan Dapat Bantu Anggaran

1 month ago 32

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Peter Schiff pada Minggu, 20 Juli 2025 menyebut rencana Inggris untuk menjual bitcoin curian senilai hampir USD 6,7 miliar atau Rp 109,18 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.293). Hal ini sebagai pendekatan untuk mengatasi defisit anggaran Inggris.

Mengutip Yahoo Finance, ditulis Rabu (23/7/2025), Schiff menghubungi  platform X yang mengomentari laporan the Telegraph kalau Kanselir Inggris Rachel Reeves sedang mempertimbangkan untuk menjual simpanan bitcoin yang disita oleh polisi untuk membantu defisit fiskal.

"Untuk sekali ini, orang Inggris mungkin benar-benar melakukan sesuatu dengan benar,”

Schiff memanfaatkan kesempatan itu untuk mengolok-olok pendukung bitcoin, Michael Saylor. Ia menuturkan, perusahaannya Strategy Inc akan menjadi pembelinya. “Saya harap AS tidak membelinya untuk cadangan strategis,” ia menambahkan.

Adapun bitcoin yang dimaksud Schiff adalah senilai 61.000 BTC disita pada 2018 dari skema Ponzi China. Laporan itu menambahkan kalau Kementerian Dalam Negeri sedang mengembangkan kerangka kerja penyimpanan dan realisasi kripto untuk mengelola dan melikuidasi aset itu, dengan penawaran tender hingga 40 juta poundsterling sebagai komisi.

Aksi jual yang diantisipasi ini terjadi di tengah reli kripto besar yang telah mendorong bitcoin ke level tertinggi sepanjang sejarah, lebih dari USD 123.000 atau Rp 2 miliar.

Menariknya kebingungan melanda pekan lalu atas laporan yang mengatakan pemerintah AS melepas lebih dari 80% cadangan bitcoinnya sehingga hanya menyisakan sekitar 29.000 BTC. Berdasarkan perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump, BTC yang tersimpan dalam cadangan tidak seharusnya dijual.

Perubahan Besar, JPMorgan Pertimbangkan Kasih Pinjaman dengan Jaminan Bitcoin

Sebelumnya, raksasa perbankan Amerika Serikat (AS), JPMorgan, dikabarkan sedang mempertimbangkan kebijakan baru yang bisa membuka jalan bagi pinjaman berbasis kripto. Menurut laporan Financial Times yang dirilis Selasa, bank ini tengah menjajaki kemungkinan memberikan pinjaman tunai kepada nasabah dengan jaminan Bitcoin (BTC) atau Ethereum (ETH).

Dikutip dari U.Today, Selasa (22/7/2025), langkah ini menandai perubahan signifikan, karena selama ini JPMorgan hanya menerima produk investasi kripto tidak langsung, seperti Exchange-Traded Fund (ETF), sebagai jaminan. Dengan skema baru ini, nasabah dapat langsung menggunakan aset kripto mereka sebagai agunan pinjaman, tanpa perlu mengkonversinya terlebih dahulu.

Sebagai bank terbesar di AS berdasarkan total aset, kebijakan ini bisa memberi JPMorgan keunggulan kompetitif di tengah meningkatnya minat institusi terhadap kripto.

Namun, untuk menjaga keamanan aset, JPMorgan kemungkinan akan menggandeng penyedia kustodian pihak ketiga, atau mitra terpercaya yang akan menyimpan aset kripto nasabah selama masa pinjaman.

Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, ini akan menjadi perubahan haluan besar bagi bank yang selama ini dikenal skeptis terhadap kripto. CEO JPMorgan, Jamie Dimon, bahkan dikenal sebagai salah satu kritikus vokal Bitcoin.

Pada Mei lalu, Dimon kembali menyampaikan kritiknya terhadap gagasan pemerintah AS yang ingin menimbun Bitcoin, menyebutnya tidak masuk akal.

JPMorgan Bertemu dengan SEC, Bahas Apa?

Sebelumnya, eksekutif bank terbesar di Amerika Serikat (AS) JPMorgan Chase bertemu dengan gugus tugas kripto Komisi Sekuritas dan Bursa atau the Securities and Exchange Commission (SEC).

Pertemuan itu untuk membahas regulasi aset digital dan potensi konsekuensi dari pasar modal yang beralih ke blockchain publik. Eksekutif yang bertemu dengan SEC antara lain Scott Lucas, Justin Cohen dan Aaron Lovine.

Mengutip Cointelegraph, Rabu (18/6/2025), berdasarkan catatan SEC, para eksekutif JPMorgan Chase berdiskusi dengan SEC tentang "dampak potensial dari aktivitas pasar modal yang ada yang bermigrasi ke blockchain publik", termasuk area mana dari model yang ada yang mungkin berubah. Selain itu bagaimana perusahaan dapat menilai risiko dan manfaat dari perubahan itu.

Dua pihak itu juga membahas “jejak bisnis” JPMorgan yang ada di ruang kripto, termasuk platform digitalnya saat ini yang menangani perjanjian pembelian kembali, jenis pinjaman jangka pendek di pasar keuangan yang termasuk dalam pembiayaan digital atau digital financing dan layanan utang digital atau digital debt services.

JPMorgan juga menilai dapat mendorong sudut pandang yang kompetitif untuk tetap menjadi terdepan dalam persaingan. Hal ini seiring lembaga keuangan melihat blockchain untuk transaksi lebih cepat dan lebih murah sambil juga membuka aliran pendapatan baru melalui aset token. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |