Liputan6.com, Jakarta Fenomena unik tengah menjadi perbincangan di Chicago, Amerika Serikat, di mana sebuah komunitas bernama "Scream Club Chicago" menawarkan cara tak biasa untuk mengatasi tekanan hidup. Klub ini mengajak pesertanya untuk berteriak, melolong, atau sekadar menghela napas di tepi Danau Michigan setiap hari Minggu. Pendekatan non-konvensional ini menarik perhatian luas, bahkan telah viral di media sosial.
Didirikan oleh pelatih pernapasan Manny Hernande, Scream Club Chicago menjadi wadah bagi individu yang ingin melepaskan emosi terpendam tanpa rasa dihakimi. Sesi gratis ini terus menarik lebih banyak peserta setiap minggunya, menunjukkan adanya kebutuhan akan metode pelepasan stres yang inovatif dan mudah diakses. Lantas, benarkah berteriak efektif lepaskan stres?
Lalu, bagaimana pandangan para pakar mengenai efektivitas berteriak sebagai metode pelepasan stres? Para psikolog memberikan perspektif beragam, menyoroti potensi manfaat katarsis sekaligus menekankan batasan dan peringatan penting, terutama bagi individu dengan kondisi psikologis tertentu. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai fenomena ini dan pandangan ahli, dikutip dari hindustantimes.com oleh Liputan6.com, Jumat (1/8/2025).
Fenomena "Scream Club" di Chicago
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, sebuah inisiatif unik muncul di Chicago, Amerika Serikat, yang menawarkan solusi tidak biasa untuk mengelola stres: Scream Club Chicago. Klub ini didirikan oleh pelatih pernapasan Manny Hernande dan dengan cepat menjadi viral di media sosial, menarik jutaan penayangan di Instagram. Pendekatan non-konvensional ini menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat akan metode pelepasan emosi yang efektif.
Setiap hari Minggu, para peserta berkumpul di tepi Danau Michigan untuk melakukan aktivitas yang mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang: berteriak, melolong, atau sekadar menghela napas. Tujuan utama dari sesi ini adalah untuk melepaskan emosi yang terpendam, seperti ketegangan, stres, atau kesedihan, dalam lingkungan yang bebas penilaian. Suasana kebersamaan menjadi salah satu daya tarik utama.
Sesi yang bersifat gratis ini telah berhasil menarik lebih banyak orang setiap minggunya, bahkan memicu minat serupa di kota-kota lain. Ini menandakan bahwa konsep pelepasan emosi secara kolektif melalui teriakan memiliki daya tarik tersendiri. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak orang mencari cara alternatif untuk mengelola tekanan hidup yang kian meningkat.
Berteriak sebagai Katarsis Emosional menurut Pakar
Menurut para psikolog, tindakan berteriak dapat berfungsi sebagai pelepasan katarsis yang kuat untuk ketegangan, stres, atau kesedihan yang terpendam. Dr. Arpita Kohli, seorang psikolog di PSRI Hospital, menjelaskan bahwa berteriak "memberikan suara pada emosi yang mungkin terpendam". Ini memungkinkan individu untuk mengekspresikan apa yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dr. Kohli juga menyoroti aspek komunitas dari klub teriak. Ia menyatakan bahwa klub semacam ini dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, mengubah tindakan yang biasanya soliter menjadi pengalaman emosional bersama. Pelepasan kolektif ini tidak hanya memvalidasi emosi setiap individu, tetapi juga menciptakan perasaan koneksi dan kemanusiaan bersama di antara para peserta.
Pengalaman berbagi emosi ini dapat mengurangi rasa kesepian dan isolasi yang sering menyertai stres atau kesedihan. Dengan berteriak bersama, peserta merasa didukung dan dipahami, yang pada gilirannya dapat memperkuat resiliensi emosional mereka. Ini adalah salah satu alasan mengapa konsep seperti Scream Club menjadi populer di kalangan masyarakat yang mencari dukungan.
Peringatan dan Batasan untuk Berhati-hati
Meskipun berteriak dapat memberikan manfaat katarsis, para ahli juga memberikan peringatan penting. Klub teriak tidak disarankan untuk semua orang, terutama bagi mereka yang sedang berjuang dengan trauma, PTSD (Gangguan Stres Pasca Trauma), atau gangguan kecemasan. Bagi individu-individu ini, pelepasan emosi yang intens tanpa panduan yang tepat justru bisa memperburuk kondisi.
Dr. Minakshi Manchanda, direktur asosiasi Psikiatri di Asian Hospital, Faridabad, memperingatkan bahwa "ruang seperti itu mungkin memperkuat respons emosional ekstrem daripada membantu individu memproses emosi secara seimbang". Ini berarti bahwa tanpa mekanisme penanganan yang tepat, berteriak bisa menjadi pemicu atau memperpanjang siklus emosi negatif, bukan menyelesaikannya.
Untuk memastikan pengalaman yang aman dan terapeutik, Dr. Manchanda menyarankan untuk menggabungkan sesi teriak dengan praktik menenangkan lainnya. Latihan pernapasan dan diskusi pasca-sesi adalah contoh praktik yang dapat membantu individu memproses emosi mereka secara lebih seimbang. Ini penting untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan dari pelepasan emosi yang terlalu intens.
Berteriak Bukan Pengganti Terapi Utama
Penting untuk dipahami bahwa meskipun berteriak mungkin terasa menyenangkan atau melegakan sesaat, ia bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk masalah stres atau kesehatan mental yang kompleks. Dr. Minakshi Manchanda menegaskan bahwa kita harus "menganggap klub teriak sebagai hidangan pembuka emosional, bukan hidangan utama". Ini berarti bahwa berteriak hanya bisa menjadi bagian dari strategi pengelolaan stres yang lebih luas.
Berteriak dapat menjadi alat bantu yang efektif untuk pelepasan emosi akut, namun tidak mengatasi akar penyebab stres atau masalah psikologis yang lebih dalam. Untuk penanganan yang komprehensif, individu yang mengalami stres kronis atau masalah kesehatan mental yang serius tetap memerlukan intervensi profesional seperti terapi, konseling, atau dukungan medis lainnya.
Oleh karena itu, bagi mereka yang mencari solusi jangka panjang untuk mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional, menggabungkan metode pelepasan emosi seperti berteriak dengan pendekatan terapeutik yang terstruktur adalah kunci. Ini memastikan bahwa emosi tidak hanya dilepaskan, tetapi juga diproses dan dipahami secara sehat, menuju kesehatan mental yang lebih baik.
People Also Ask
1. Apa itu Scream Club Chicago?
Jawaban: Scream Club Chicago adalah komunitas yang didirikan Manny Hernande di Chicago untuk melepaskan emosi terpendam melalui teriakan, melolong, atau menghela napas di tepi Danau Michigan.
2. Bagaimana berteriak dapat membantu melepaskan stres?
Jawaban: Menurut psikolog, berteriak dapat bertindak sebagai pelepasan katarsis untuk ketegangan, stres, atau kesedihan, memberikan suara pada emosi yang terpendam.
3. Apakah berteriak cocok untuk semua orang?
Jawaban: Tidak, berteriak tidak cocok untuk semua orang, terutama bagi mereka yang memiliki trauma, PTSD, atau gangguan kecemasan, karena bisa memperkuat respons emosional ekstrem.
4. Apakah berteriak bisa menggantikan terapi profesional?
Jawaban: Tidak, berteriak bukanlah solusi mandiri atau pengganti terapi profesional; ia hanya bisa menjadi bagian dari strategi pengelolaan stres yang lebih luas dan perlu dikombinasikan dengan praktik menenangkan lainnya.