Investor Ray Dalio Pegang Emas hingga Bitcoin, Ini Alasannya

2 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Investor sekaligus miliarder Ray Dalio terus mengungkapkan kekhawatiran terhadap kesehatan ekonomi global. Ia menyebutkan defist anggaran pemerintah yang tidak berkelanjutan.

Ia menyarankan investor untuk alokasikan 15% portofolio di emas dan bitcoin. Mengutip Kitco, Selasa (29/7/2025), pendiri Bridgewaters Associates memaparkan prospek ekonomi yang suram saat tampil di CNBC pada Minggu malam. Fokus pada Amerika Serikat (AS), ia menunjukkan pemerintah mengumpulkan pendapatan USD 5 triliun atau Rp 81.979 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.396), tetapi membelanjakan USD 7 triliun atau Rp 114.771 triliun.

“Pemerintah membelanjakan 40% lebih banyak daripada yang diterima, dan pemerintah tidak dapat benar-benar memangkas pengeluaran karena sebagian besar bersifat tetap. Pemerintah telah mengakumulasi utang yang enam kali lipat dari pendapatannya,” ujar dia.

Ia mengatakan, sistem kredit ibarat sistem peredaran darah yang membawa nutrisi, daya beli ke berbagai sektor perekonomian. Jika daya beli tersebut digunakan untuk menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut akan melunasi utang, dan ini merupakan sistem yang sehat.

"Namun, ketika utang, pembayaran utang, dan suku bunga naik, hal tersebut mulai menekan pengeluaran lain—seperti plak di sistem peredaran darah menciptakan masalah yang mirip dengan serangan jantung ekonomi,” kata dia.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Soroti Utang AS

Komentarnya muncul ketika utang pemerintah AS telah melampaui USD 37 triliun atau Rp 606.494 triliun.

Dalio mencatat karena defisit pengeluaran yang terus-menerus, pemerintah AS kemungkinan perlu menerbitkan obligasi pemerintah AS senilai hampir USD 12 triliun atau Rp 196.701 triliun tahun depan untuk melunasi utangnya.

“Kita berada di titik tanpa harapan,” Dalio memperingatkan.

Ia menambahkan, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah pemerintah meminjam lebih banyak dan mengandalkan bank sentral untuk mencetak uang. Ia juga memperingatkan investor indikator-indikator seperti munculnya kontrol modal mulai menunjukkan tanda-tanda peringatan.

Meskipun Dalio berfokus pada AS, ia menekankan semua negara yang dipimpin Barat menghadapi tantangan serupa.

"Sama seperti pada tahun 70-an atau 30-an, semuanya akan cenderung turun bersamaan. Kita akan memperhatikan pergerakan relatifnya, tetapi semuanya akan menurun nilainyabukan relatif terhadap mata uang fiat, tetapi terhadap mata uang keras. Dan mata uang keras itu adalah emas,” ujarnya.

Dalio menunjukkan emas telah menjadi mata uang cadangan terbesar kedua di dunia, melampaui euro awal tahun ini.

Selain emas, ia mengidentifikasi Bitcoin sebagai aset moneter yang menarik. Namun, ia mencatat Bitcoin masih belum berada dalam kategori yang sama dengan emas, terutama karena ia tidak memperkirakan bank sentral akan mengadopsinya sebagai aset cadangan resmi.

"Saya tidak bisa mengatakan seberapa efektif Bitcoin sebagai bentuk uang, tetapi banyak yang menganggapnya sebagai alternatif,” ujarnya.

Simpan Emas dan Sedikit Bitcoin

Terlepas dari perdebatan antara Bitcoin dan emas, Dalio menekankan tujuan utamanya adalah memiliki aset yang melindungi dari depresiasi mata uang secara luas.

Ia menambahkan portofolio yang seimbang secara netral harus mencakup sekitar 15% eksposur terhadap emas atau Bitcoin.

"Dalam portofolio saya sendiri, saya menyimpan emas dan sedikit Bitcoin,” ujarnya.

"Saya sangat menyukai emas daripada Bitcoin—tapi itu tergantung pada masing-masing individu. Masalah sebenarnya adalah devaluasi mata uang.”

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |