Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Senin, (28/7/2025) pukul 7:00 WIB. Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau masih berada di zona hijau.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih menguat. Bitcoin naik 1,27 persen dalam 24 jam dan 1,90 persen sepekan.
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 119.449 per koin atau setara Rp 1,95 miliar (asumsi kurs Rp 16.359 per dolar AS).
Ethereum (ETH) masih menguat. ETH naik 3,56 persen sehari terakhir dan 3,10 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 63,3 juta per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) masih menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 6,29 persen dan 11,48 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 13,8 juta per koin.
Kemudian Cardano (ADA) masih berada di zona hijau. ADA menguat 1,43 persen dalam sehari, tetapi masih melemah 2,94 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 13.611 per koin.
Adapun Solana (SOL) kembali menguat. SOL naik 2,09 persen dalam sehari dan 4,16 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 3,08 juta per koin.
XRP masih berada di zona hijau. XRP naik 2,33 persen, tetapi masih melemah 6,13 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 53.026 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali menguat. Dalam satu hari terakhir DOGE naik 2,25 persen, tetapi masih melemah 11,59 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 3.939 per token.
Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC) masih stabil. Harga keduanya masih berada di level USD 1,00, keduanya menguat masing-masing 0,01 persen.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,94 triliun atau setara Rp 64.457 triliun, menguat sekitar 1,67 persen dalam sehari terakhir.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Prediksi Harga Bitcoin ke Depan
Laporan terbaru dari Citigroup menunjukkan prospek yang cukup optimistis untuk Bitcoin. Bank investasi global ini memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai USD 135.000 pada akhir 2025, dengan potensi naik lebih tinggi hingga USD 199.000 jika terjadi peningkatan signifikan dalam adopsi dan arus masuk dana ke Exchange-Traded Fund (ETF) kripto.
Mengutip bitcoin.com, Minggu (27/7/2025), namun, Citi juga menyampaikan skenario pesimistis. Jika terjadi hambatan seperti kebijakan regulasi yang lebih ketat atau tekanan ekonomi global, harga Bitcoin bisa turun ke level USD 64.000.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 115.000–USD 120.000 dan tetap menunjukkan ketahanan meski dibayangi data ekonomi Amerika Serikat yang bervariasi.
Citi mencatat bahwa minat dari investor institusional, khususnya lewat ETF, menyumbang lebih dari 40% terhadap kenaikan harga terbaru Bitcoin.
Selain itu, permintaan dari sektor obligasi korporasi juga ikut mendorong harga. Ramalan ini mendapat respons positif di media sosial seperti platform X (sebelumnya Twitter), di mana banyak pengguna menyoroti meningkatnya kepercayaan pelaku keuangan besar terhadap Bitcoin.
Secara keseluruhan, analisis Citi mencerminkan semakin eratnya hubungan Bitcoin dengan dunia keuangan tradisional atau yang sering disebut sebagai TradFi (Traditional Finance).
Miliarder Ini Dongkrak Penggalangan Dana Bitcoin Jadi Rp 45,6 Triliun
Sebelumnya, miliarder Michael Saylor melalui perusahaan induk Bitcoin (BTC) miliknya, Strategy kembali menggemparkan. Berdasarkan informasi beredar, Strategy meluncurkan jenis saham preferen baru, dan kemudian segera meningkatkan kesepakatan dari USD 500 juta atau setara Rp 8,15 triliun (kurs Rp 16.300 per dolar AS) menjadi USD 2,8 miliar (Rp 45,64 triliun).
Lewat perusahaan induk bitcoin miliknya, Stretch, menjanjikan pembayaran dividen tahunan sebesar 9 persen tanpa tanggal akhir. Sebuah hal tak biasa di dunia penawaran saham preferen.
Kesepakatan ini memperlihatkan kepiawaian Saylor dalam mengubah perusahaan yang dulunya bernama MicroStrategy menjadi raksasa keuangan. Dengan satu tujuan, mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk memperoleh Bitcoin sebanyak mungkin. Dengan hitungan terakhir 600 ribu koin atau sekitar USD 70 miliar (Rp 1.141 kuadriliun).
"Ini bukan inisiatif rekayasa keuangan pertama yang dilakukan Strategy. Dalam situasi apa pun di mana perusahaan Anda bernilai jauh lebih tinggi daripada nilai fundamentalnya, Anda akan menggalang dana," kata Profesor dari Duke University, Campbell Harvey, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (25/7/2025).
Sejak pembelian pertama Strategy pada 2020, Saylor telah menjual ekuitas, menerbitkan berbagai jenis utang, dan menumpuk saham preferen di atasnya
Banyak Perusahaan Meniru
Dalam prosesnya, ia telah mendorong banyak perusahaan peniru dan memacu industri baru perusahaan publik mengikuti apa yang disebut strategi perbendaharaan yang didedikasikan untuk membeli dan menyimpan mata uang kripto.
Banyak instrumen keuangan yang telah mendorong kebangkitan Strategy ternyata lebih populer dari yang diperkirakan. Kendati begitu, permintaan untuk Stretch tetap tinggi. Saham perusahaan naik 0,5 persen pada pertengahan pekan ini, dan melambung 43 persen sepanjang 2025.
Dalam struktur modal Strategy yang rumit dan tidak biasa, saham baru ini berada di atas saham biasa perusahaan dan saham preferen lainnya, yang kerap disebut Strike dan Stride. Namun tetap berada di bawah obligasi konversi dan saham preferen yang dikenal sebagai Strife.
Tidak seperti penawaran sebelumnya, Stretch memungkinkan Strategy untuk menyesuaikan dividen. Setiap bulan, perusahaan akan menetapkan tingkat pembayaran baru yang bertujuan untuk menjaga harga saham mendekati USD 100, menaikkan atau menurunkannya sesuai kebutuhan.