Harga Kripto Hari Ini 23 Juni 2025: Bitcoin dan Dogecoin Kebakaran

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada Senin (23/6/2025) pukul 06.00 WIB. Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah. Bitcoin anjlok 0,19 persen dalam 24 jam dan 4,48 persen sepekan. 

Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 100.843 per koin atau setara Rp 1,65 miliar (asumsi kurs Rp 16.411 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) masih melemah. ETH merosot 2,66 persen sehari terakhir dan 11,86 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 36,6 juta per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) masih lesu. Dalam 24 jam terakhir BNB merosot 1,32 persen dan 4,15 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 10,1 juta per koin. 

Kemudian Cardano (ADA) masih berada di zona merah. ADA terkoreksi 1,21 persen dalam sehari dan 14,06 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 8.890 per koin.

Adapun Solana (SOL) kembali terkoreksi. SOL turun 0,77 persen dalam sehari dan 12,83 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,16 juta per koin. 

XRP kembali berada di zona merah. XRP ambles 1,27 persen dan 6,21 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 33.115 per koin. 

Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE turun 1,04 persen dan 13,12 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.488 per token.

Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), masih stabil. Harga keduanya masih berada di level USD 1,00, keduanya menguat masing-masing 0,12 persen dan 0,13 persen.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,12 triliun atau setara Rp 51.240 triliun, melemah sekitar 2,36 persen dalam sehari terakhir.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Bitcoin Jadi Aset Aman di Tengah Krisis Global

Di tengah ketegangan geopolitik global yang mengganggu pasar keuangan tradisional, Bitcoin justru menunjukkan ketahanan luar biasa. 

Melansir Coinmarketcap, Rabu (18/6/2025), berdasarkan laporan terbaru dari Glassnode, harga Bitcoin tercatat sudah melonjak hingga 656% sejak awal siklus pada 2022, meskipun performanya masih berada di bawah lonjakan besar pada siklus sebelumnya.

Meski tidak setinggi lonjakan 1.076% pada periode 2015–2018 dan 1.007% pada 2018–2022, performa 656% ini tetap dianggap sangat signifikan. Apalagi, Bitcoin kini berada dalam kondisi pasar yang jauh lebih matang dan memiliki valuasi besar.

Glassnode menjelaskan, pertumbuhan Bitcoin yang tidak terlalu eksplosif justru mencerminkan kedewasaan pasar. Hal ini wajar, karena semakin tinggi nilai suatu aset, biasanya potensi kenaikannya tidak lagi sebesar sebelumnya. Ini juga terlihat pada aset seperti emas, yang hanya naik sekitar 192% dalam satu dekade terakhir meskipun menjadi simbol nilai lindung global.

Saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin telah menembus USD 2 triliun, menjadikannya salah satu aset digital dengan bobot paling besar. Kondisi ini secara alami mengurangi ruang bagi spekulasi ekstrem, tetapi meningkatkan kepercayaan terhadap Bitcoin sebagai aset yang lebih stabil.

Iklim Investasi Global Turun Tipis, Investor Kripto Tetap Optimis

Sebelumnya, Analis Teku menyoroti kondisi iklim investasi global yang cenderung stabil dengan hanya mengalami penurunan minor, pasca keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5%. Termasuk investasi kripto.

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga sejalan dengan ekspektasi pasar.

Di pasar kripto, Bitcoin dan Ethereum turun kurang dari 1% dan mempertahankan level harganya sebelum pertemuan The Fed di USD 104.000 dan USD 2.500.

Melihat kondisi tersebut, Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menilai bahwa relatif stabilnya performa harga aset-aset berisiko disebabkan oleh keputusan The Fed yang sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Investor telah mengantisipasi dan menyesuaikan komposisi portfolio mereka sehingga tidak terlalu banyak langkah penyesuaian yang perlu dilakukan. Saat ini mayoritas investor cenderung terlihat mengambil posisi wait and see dan menantikan perkembangan dataterkait inflasi, kebijakan tarif AS, serta perkembangan konflik Israel-Iran di mana AS dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk melancarkan serangan langsung ke Teheran,” kata Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Sabtu (21/6/2025).

Komitmen The Fed

Namun, komitmen The Fed untuk menjaga inflasi AS tetap dalam tren yang ada di tengah situasi saat ini membuat proyeksi suku bunga ke depan menjadi semakin tidak pasti. Meski demikian, optimisme investor AS terhadap Bitcoin juga tampak belum meredup.

ETF Bitcoin Spot Lanjutkan Tren Nerflow Positif

Fahmi mengatakan, ETF Bitcoin spot masih melanjutkan tren netflow positif beruntunnya yang terjadi sejak 9 Juni lalu.

“Situasi ini mengindikasikan posisi Bitcoin yang semakin diterima sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global. Meletusnya ketegangan Israel-Iranjuga tidak terlihat mengurangi minat beli investor Amerika Serikat terhadap Bitcoin melalui instrumen ETF,” imbuhnya.

“Situasi yang ada mensinyalir masih akan berlanjutnya tren akumulasi yang ada saat ini hingga mungkin beberapa bulan ke depan. Apabila tidak ada sentimen baru yang cukup kuat, pasar dapat terkonsolidasi hingga beberapa pekan ke depan,” bebernya.

 Selain Bitcoin, menurut Fahmi, menguatnya tren akumulasi oleh para investor besar juga semakin terlihat pada beberapa altcoin utama seperti Ethereum (ETH) dan XRP.

“Akan tetapi reli utama altcoin sepertinya masih baru akan terjadi ketika tren penurunan suku bunga telah dimulai dan likuiditas di pasar kripto meningkat signifikan,” kata Fahmi.

Di kondisi saat ini, menurut Fahmi, strategi seperti menabung rutin atau dollar cost averaging (DCA), di mana investor mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu seperti misalnya sebulan sekali menjadi opsi yang cukup menarik, khususnya mengingat potensi reli ke depan yang masih sangat terbuka terlepas dari tekanan jangka pendek-menengah yang dapat berkembang di pasar.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |