CEO Western Union Sebut Stablecoin Adalah Peluang, Bukan Ancaman

1 month ago 31

Liputan6.com, Jakarta - CEO Western Union, Devin McGranahan menilai, gelombang adopsi stablecoin yang semakin meningkat sebagai peluang. Hal ini sebagai kekhawatiran dari lembaga perbankan tradisional yang menganggapnya sebagai ancaman.

Mengutip Crypto News, ditulis Rabu (23/7/2025), saat wawancara dengan Bloomberg, McGranahan menyoroti peluang yang dihadirkan oleh gerakan stablecoin global. Keyakinan ini muncul di tengah kekhawatirna dan ketakutan dari lembaga keuangan tradisional yang memandang stablecoin sebagai ancaman bagi sistem moneter jika tidak diatur dengan baik.

Salah satu manfaat pemakaian stablecoin yang ia yakini dapat memperkuat sektor layanan pembayaran adalah pemakaiannya dalam hal pemindahan dana secara global dengan kecepatan yang melampaui transfer uang tradisional.

"Kami berusia 175 tahun dan telah berinovasi selama 175 tahun tersebut, dan stablecoin hanyalah satu lagi peluang untuk berinovasi,” kata McGranahan.

"Kami melihat stablecoin sebagai peluang, bukan ancaman,” ia menambahkan.

Peluang bisnis lain yang dapat disediakan Western Union dalam hal stablecoin adalah bagaimana dapat membantu menyederhanakan proses konversi stablecoin menjadi mata uang fiat tradisional, terutama di dunia yang tidak menyediakan layanan itu.

“Bagi banyak pelanggan kami di seluruh dunia, stablecoin merupakan penyimpan nilai yang sulit didapatkan di negara mereka. Jadi, menawarkan stablecoin sebagai penyimpan nilai bagi pelanggan kami akan menjadi sebuah peluang,” ujar McGranahan.

Western Union Siap Memanfaatkan Stablecoin

Devin McGranahan menjelaskan, perusahaan telah mulai mempelajari cara menyediakan layanan penyelesaian stablecoin ke fiat di Amerika Latin dan Afrika. Layanan ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat konversi mata uang melalui pemakaian stablecoin.

“Jadi, kami juga sedang menjajaki kemitraan lain dengan pihak-pihak yang menginginkan akses masuk dan keluar di berbagai belahan dunia dan bagaimana kami dapat memfasilitasi dana masuk dan keluar Western Union agar orang-orang dapat membeli dan menjual stablecoin,” kata dia.

Selain itu, ia juga menuturkan, perusahaan sedang menjajaki penawaran stablecoin untuk dompet digital pelanggan di seluruh dunia dengan bermitra dengan perusahaan infrastruktur yang kemungkinan mencakup raksasa stablecoin seperti tether (USDT) dan USDC.

Keyakinan Western Union terhadap manfaat yang ditawarkan stablecoin berbanding terbalik dengan kekhawatiran yang dimiliki oleh bankir dan lembaga ekonomi tradisional.

Baru-baru ini, Gubernur Bank of England, Andrew Bailey memperingatkan bank-bank agar tidak menerbitkan stablecoin. Ia meyakini stablecoin mengancam hakikat uang dan dapat menimbulkan risiko sistemik terhadap stabiilitas keuangan jika tidak diatur dengan baik.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

China Peringatkan Warganya Soal Risiko Stablecoin, Dianggap Bisa Picu Penipuan

Sebelumnya, Pemerintah China, khususnya otoritas di Shenzhen, memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan stablecoin. Peringatan ini muncul karena semakin banyak laporan adanya penyalahgunaan stablecoin dalam berbagai skema penipuan.

Dikutip dari cryptopotato, Selasa (8/7/2025), Pemerintah China menyebut, maraknya pembicaraan soal stablecoin dan aset kripto lainnya justru dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Mereka memanfaatkan kurangnya pemahaman masyarakat dengan iming-iming seperti "kebebasan finansial" dan "kekayaan digital" untuk menipu korban.

Dalam pengumuman resmi, Kantor Kelompok Kerja untuk Pencegahan dan Penanggulangan Aktivitas Keuangan Ilegal menyebutkan bahwa banyak pelaku penipuan yang memakai istilah-istilah baru seperti "mata uang virtual", "aset digital", dan "stablecoin" untuk menarik dana dari masyarakat. Modusnya beragam, mulai dari penipuan, perjudian ilegal, skema piramida, hingga pencucian uang.

Larangan Kripto Masih Berlaku di Tiongkok

Perlu dicatat, perdagangan dan penambangan aset kripto masih dilarang di Tiongkok. Namun, negara ini tengah menyiapkan stablecoin resmi yang didukung oleh yuan. Peringatan dari pemerintah ini dinilai sebagai sinyal bahwa China ingin mengontrol penuh penggunaan stablecoin, dan tidak memberi ruang bagi stablecoin swasta atau asing.

Stablecoin Tetap Populer di Dunia

Meski mendapat sorotan negatif di Tiongkok, penggunaan stablecoin justru semakin meluas di berbagai negara. Menurut data dari DefiLlama, total nilai pasar stablecoin naik sekitar USD 50 miliar tahun ini, mencapai USD 255,6 miliar secara keseluruhan.

Stablecoin paling populer saat ini adalah Tether (USDT) dengan nilai pasar sekitar USD 159,4 miliar, disusul USDC dari Circle senilai USD 61,9 miliar.

Circle sendiri baru saja melantai di Bursa Efek New York (NYSE) dengan simbol ticker CRCL.

Aturan Makin Jelas

Lonjakan adopsi stablecoin ini juga didorong oleh makin jelasnya aturan hukum di beberapa negara, seperti pengesahan UU GENIUS di AS yang memberikan kepastian regulasi bagi industri aset digital.

Bahkan, sejumlah perusahaan ritel besar dan bank di AS mulai mengembangkan stablecoin mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk menekan biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi layanan kepada pelanggan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |