Bitcoin Tembus USD 110.000, Tinggal Selangkah Sentuh Rekor Baru

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - lHarga Bitcoin kembali menunjukkan taringnya. Pada 10 Juni 2025, aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini berhasil menembus level USD 110.000, hanya terpaut sekitar 2 persen dari rekor tertingginya sepanjang masa di atas USD 111.000 yang tercapai Mei lalu.

Kenaikan tajam ini menandai penguatan hampir 9 persen dalam sepekan, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah mingguan di bawah USD 101.000.

Penguatan harga Bitcoin terjadi seiring menguatnya sentimen global, terutama meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pasar menyambut positif peluang kesepakatan dagang baru yang dinilai berpotensi mendorong permintaan terhadap aset berisiko, termasuk kripto.

Lonjakan ini juga tercermin di pasar domestik. Data Indodax menunjukkan volume transaksi pada 10 Juni mencapai Rp 707,8 miliar, mengindikasikan peningkatan minat pelaku pasar Indonesia terhadap aset digital ini.

Vice President Marketing Indodax Antony Kusuma menjelaskan, lonjakan harga Bitcoin kali ini bukan hanya soal teknikal, melainkan mencerminkan perubahan cara pandang global terhadap aset kripto.

"Bitcoin kini tak lagi berada di bagian terpinggirkan dari sistem keuangan global, aset digital tersebut sudah menjadi bagian dari percakapan inti antar pemerintah, pelaku industri, dan lembaga-lembaga keuangan besar," ungkap Antony dalam keterangan tertulis, Kamis (12/6/2025).

Ia menambahkan, lonjakan harga ke level USD 110.000 mencerminkan bahwa pasar melihat Bitcoin bukan hanya sebagai aset alternatif, tetapi sebagai komponen strategis dalam bagian ekonomi digital yang baru.

Adopsi Institusional dan Sentimen Makro

Tak hanya faktor geopolitik, data makroekonomi AS juga tengah menjadi sorotan pelaku pasar. Rilis data inflasi (CPI) yang dijadwalkan pada 11 Juni, serta angka pengangguran pada 12 Juni, akan menjadi indikator penting arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Di tengah ketidakpastian itu, Bitcoin justru tampil sebagai alternatif yang bebas dari intervensi kebijakan bank sentral.

"Bitcoin menjadi relevan karena ia bebas dari intervensi kebijakan moneter konvensional. Di saat aset lain tunduk pada stimulus atau pengetatan, Bitcoin beroperasi pada prinsip yang tetap: transparansi, suplai terbatas, dan konsensus global," terang Antony.

Ia juga menekankan bahwa tren adopsi institusional telah mengubah lanskap persepsi terhadap Bitcoin.

“Kini, banyak lembaga keuangan besar tidak lagi melihat Bitcoin sebagai spekulasi, tetapi sebagai elemen penting dalam manajemen risiko dan diversifikasi portofolio jangka panjang,” ucapnya.

Menurutnya, bahkan sejumlah sovereign wealth fund kini tengah mengevaluasi eksposur terhadap kripto.

“Ini adalah fase transisi dari skeptisisme ke penerimaan,” tambah Antony.

Peluang Indonesia Jadi Pemain Global Kripto

Di tengah momentum positif ini, Antony melihat peluang besar bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam industri blockchain dan aset digital global.

"Indonesia punya potensi besar, baik dari sisi demografi, penetrasi digital, maupun komunitas kripto yang aktif. Tapi tantangannya adalah bagaimana menjadikan diri kita bukan sekadar pasar konsumen, melainkan pemain yang berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan kebijakan global,” ujarnya.

Namun demikian, ia tetap mengingatkan bahwa volatilitas adalah bagian tak terpisahkan dari pasar kripto. "Harga bisa naik dan turun secara agresif, tetapi arah jangka panjang Bitcoin tetap menunjuk pada penguatan fundamental. Yang penting adalah bagaimana investor memposisikan diri secara bijak di tengah siklus pasar yang kompleks,” jelas Antony.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |