Edit Foto Pakai AI apa Risikonya? Ini 7 Bahayanya Bisa Ancam Data Pribadi hingga Masalah Mental

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta Mengedit foto menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi tren populer karena kemudahan dan kreativitas yang ditawarkannya. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat berbagai risiko serius yang perlu diwaspadai oleh pengguna. Para ahli siber dan keamanan data telah berulang kali mengingatkan masyarakat mengenai potensi bahaya yang mengintai.

Ancaman tersebut meliputi pencurian identitas, penyebaran deepfake, hingga dampak psikologis yang merugikan. Pengguna perlu memahami betul konsekuensi dari setiap foto yang diunggah ke platform AI. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk lebih bijak dan berhati-hati dalam memanfaatkan teknologi ini.

Liputan6.com akan mengulas secara komprehensif berbagai risiko yang ada serta memberikan panduan praktis agar penggunaan aplikasi edit foto AI tetap aman dan bertanggung jawab. Pemahaman mendalam tentang bahaya ini krusial untuk menjaga keamanan digital dan kesehatan mental di era teknologi. Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut, Kamis (25/9/2025).

1. Ancaman Pencurian Identitas dan Data Biometrik Wajah

Salah satu risiko paling nyata dari penggunaan aplikasi edit foto AI adalah potensi pencurian identitas. Ketika seseorang mengunggah foto wajah ke aplikasi atau situs web berbasis AI, data biometrik sensitif tersebut berisiko tinggi untuk disalahgunakan. Wajah merupakan identitas biometrik yang sangat unik dan tidak dapat diganti, berbeda dengan kata sandi atau nomor telepon.

Pakar siber seperti Pratama Persadha dari CISSReC, mengkhawatirkan proses pengolahan data yang terjadi setiap kali foto diunggah ke aplikasi AI. Data biometrik ini bisa dipakai untuk verifikasi identitas di berbagai platform lain tanpa izin pemiliknya. Jika data biometrik jatuh ke tangan pihak tidak bertanggung jawab, peluang untuk membuat akun palsu atau melakukan kejahatan siber lainnya menjadi sangat besar.

Foto wajah yang diunggah berpotensi tersimpan di server penyedia aplikasi, dan tidak semua aplikasi menjamin keamanan data. Ada kemungkinan foto digunakan untuk pelatihan algoritma tanpa sepengetahuan pemilik. Jika data bocor, wajah kita bisa dipakai untuk hal-hal yang merugikan, termasuk pembuatan deepfake pornografi atau manipulasi identitas yang canggih.

2. Risiko Deepfake dan Penyebaran Konten Palsu

Teknologi AI yang semakin canggih memungkinkan pembuatan deepfake, yaitu gambar, video, atau audio palsu yang sangat realistis. Ini menjadi bagian dari bahaya edit foto AI karena deepfake dapat disalahgunakan untuk menyebarkan konten palsu atau hoaks dengan mudah, memanipulasi identitas, dan mencoreng nama baik seseorang.

Wajah seseorang bisa ditempelkan pada kejadian atau aksi yang tidak pernah mereka lakukan, menciptakan narasi palsu. Kemampuan AI menghasilkan foto yang tampak sangat nyata membuat sulit membedakan antara konten asli dan hasil manipulasi. Hal ini dapat memperparah masalah misinformasi di era digital.

Jika deepfake yang mencoreng nama baik seseorang tersebar luas, dampaknya bisa sangat merusak reputasi dan berpotensi menimbulkan masalah hukum serius. Pengamat komunikasi digital juga menyoroti potensi penipuan dan penyebaran berita bohong yang dapat mendiskreditkan seseorang melalui manipulasi foto AI.

3. Dampak Psikologis dan Standar Kecantikan Tidak Realistis

Penggunaan aplikasi edit foto AI yang berlebihan dapat menimbulkan dampak psikologis negatif, termasuk kecanduan yang memengaruhi kesehatan mental dan perspektif diri pengguna. Individu bisa merasa tidak puas dengan penampilan aslinya dan terus-menerus ingin menyempurnakan gambar. Ini menciptakan kebutuhan berlebihan untuk selalu mengedit foto.

Tren filter kecantikan palsu yang dihasilkan AI juga menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis. Pengguna merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna sesuai standar buatan tersebut, yang dapat mengganggu keaslian identitas dan privasi. Fitur seperti Magic Avatars seringkali mengubah wajah menjadi lebih simetris atau tubuh menjadi lebih ideal.

Dampak psikologis dari kecanduan ini bisa termasuk perasaan tidak puas dengan penampilan asli dan kebutuhan untuk selalu menyempurnakan gambar. Hal ini berpotensi menipu orang lain dan merusak citra diri, serta memicu perilaku berlebihan dalam mengedit foto.

4. Malware dan Izin Aplikasi Berlebihan

Beberapa aplikasi edit foto AI yang tidak kredibel dapat menyisipkan malware atau meminta izin akses data yang tidak relevan. Ini menjadi bagian dari bahaya edit foto AI yang mengancam keamanan perangkat dan data pengguna. Malware bisa diam-diam mengakses kamera, mikrofon, atau file pribadi tanpa sepengetahuan pengguna.

Tidak semua aplikasi yang tersedia di toko resmi atau situs web memiliki tingkat keamanan yang baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memeriksa izin yang diminta oleh aplikasi saat instalasi. Banyak aplikasi meminta izin berlebihan dari perangkat pengguna, seperti akses kamera, file, lokasi, mikrofon, hingga kontak telepon.

Padahal, tidak semua izin ini relevan untuk sekadar edit foto. Jika aplikasi edit foto meminta akses ke kontak, lokasi, atau galeri secara berlebihan, sebaiknya pertimbangkan ulang penggunaannya. Memilih aplikasi dari pengembang terpercaya dan membaca ulasan pengguna adalah langkah awal yang baik untuk menghindari aplikasi berbahaya.

5. Kehilangan Kontrol atas Identitas Digital dan Privasi Data

Mengunggah foto ke aplikasi AI berarti pengguna berpotensi kehilangan kendali atas data pribadi mereka. Foto wajah dapat tersimpan di server penyedia aplikasi, dan tidak semua aplikasi menjamin keamanan data. Ada potensi foto digunakan untuk pelatihan algoritma tanpa sepengetahuan pemilik, mengurangi kontrol individu atas data mereka.

Selain itu, data yang tampak sepele seperti wajah dan gaya rambut dapat dipadukan dengan informasi lain untuk menciptakan profil lengkap yang bisa dipakai dalam serangan phishing yang lebih meyakinkan. Ini memperbesar risiko penyalahgunaan identitas digital. Beberapa pakar juga mengingatkan bahwa foto pribadi yang diedit di AI bisa berakhir di dark web.

Di dark web, data tersebut dapat dikumpulkan dan disalahgunakan untuk hal yang tidak pantas, seperti pencurian data atau aktivitas ilegal lainnya. Aplikasi ini berpotensi mencuri data pribadi melalui akses galeri dan lokasi, serta rentan terhadap peretasan karena sistem keamanan yang lemah. Kehilangan kendali ini merupakan ancaman serius terhadap privasi.

6. Pelanggaran Hak Cipta dan Etika

Penggunaan AI untuk mengedit atau membuat foto masih berada di wilayah abu-abu dari sisi hukum, terutama terkait pelanggaran hak cipta. AI dilatih menggunakan dataset besar yang mungkin mencakup karya seni, foto, dan ilustrasi yang dilindungi hak cipta tanpa izin dari penciptanya. Ini menimbulkan masalah plagiarisme dan etika.

Hasil karya AI bisa meniru gaya tertentu tanpa atribusi atau kompensasi yang layak kepada seniman aslinya. Algoritma AI bekerja dengan menganalisis gambar populer, sehingga karya seniman bisa dijiplak dan dijual kembali tanpa kredit atau royalti. Banyak seniman merasa karyanya dirampas demi melatih AI.

Secara etika, menggunakan foto pribadi orang lain tanpa konsensus terlebih dahulu adalah tidak patut, terutama jika foto tersebut dimanipulasi dengan cara yang tidak senonoh. Di Indonesia, ciptaan yang dilindungi hak cipta harus merupakan hasil olah pikir manusia yang memiliki unsur orisinalitas, sehingga karya AI murni seringkali tidak diakui hak ciptanya.

7. Bias Algoritma

Bias algoritma, atau bias machine learning, mengacu pada sistem AI yang memberikan hasil bias serta mencerminkan dan melanggengkan bias manusia dalam masyarakat. Ini termasuk ketidaksetaraan sosial di masa lalu dan saat ini. Bias dapat ditemukan pada data pelatihan awal, algoritma, atau prediksi yang dihasilkan oleh algoritma.

Jika data pelatihan tidak beragam, AI dapat menghasilkan gambar yang memperkuat stereotip atau bias, seperti menggambarkan kelompok tertentu secara tidak akurat atau diskriminatif. Hal ini bisa memperburuk ketidaksetaraan dan misrepresentasi dalam media visual. Misalnya, penelitian menemukan bias dalam aplikasi pembuatan seni AI generatif.

Ketika diminta untuk membuat gambar orang dengan profesi tertentu, aplikasi akan menampilkan orang-orang berusia muda dan tua, tetapi orang-orang berusia tua yang ditampilkan selalu berjenis kelamin laki-laki. Ini memperkuat bias gender tentang peran perempuan di tempat kerja. Bias ini menunjukkan bahwa AI masih memiliki keterbatasan dalam representasi yang adil.

Langkah Aman Menggunakan Aplikasi Edit Foto AI

Untuk meminimalkan risiko dari bahaya edit foto AI, ada beberapa langkah aman yang dapat diterapkan. Pengguna harus selalu selektif dalam memilih platform dan memahami cara kerja aplikasi tersebut. Kehati-hatian dalam mengunduh dan menginstal aplikasi dapat melindungi perangkat dari ancaman siber.

  • Pilih Platform/Aplikasi Tepercaya: Selalu gunakan aplikasi AI yang memiliki reputasi jelas dan tersedia di toko resmi seperti Google Play Store atau App Store. Baca Kebijakan Privasi dan Waspadai Izin Aplikasi: Pahami bagaimana data Anda akan digunakan dengan membaca syarat dan ketentuan. Perhatikan izin yang diminta; jika ada yang tidak relevan, pertimbangkan ulang.
  • Hindari Mengunggah Foto Sensitif atau Terlalu Pribadi: Jangan mengunggah foto pribadi yang sensitif, seperti kartu identitas, dokumen, momen intim, atau foto anak di bawah umur. Batasi Informasi yang Dibagikan dan Gunakan Identitas Anonim: Manfaatkan fitur privasi di media sosial, hindari mengunggah informasi yang mengungkap lokasi atau rutinitas harian. Pertimbangkan menggunakan email sekunder atau akun terpisah untuk aplikasi AI.
  • Kritis terhadap Hasil Edit dan Jaga Transparansi: Gunakan AI dengan bijak dan hindari membuat konten yang menyesatkan. Selalu akui bahwa foto adalah hasil editan AI untuk menghindari kesalahpahaman dan menjaga etika digital. Dengan menerapkan tips ini, pengguna dapat menikmati kreativitas yang ditawarkan oleh AI tanpa mengorbankan keamanan data pribadi dan privasi. Penggunaan yang bertanggung jawab adalah kunci utama dalam menghadapi perkembangan teknologi ini.

Pople Also Ask

1. Apa saja bahaya utama dari tren edit foto AI?

Jawaban: Bahaya utamanya meliputi pencurian identitas, deepfake, dampak psikologis negatif, malware, kehilangan kontrol data, pelanggaran hak cipta, dan bias algoritma.

2. Bagaimana AI bisa menyebabkan pencurian identitas?

Jawaban: Mengunggah foto wajah ke aplikasi AI berisiko data biometrik disalahgunakan untuk verifikasi identitas palsu atau kejahatan siber lainnya.

3. Apa itu deepfake dan mengapa berbahaya?

Jawaban: Deepfake adalah gambar, video, atau audio palsu yang realistis yang dapat disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, memanipulasi identitas, dan merusak reputasi.

4. Bagaimana edit foto AI memengaruhi kesehatan mental?

Jawaban: Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan kecanduan, ketidakpuasan dengan penampilan asli, dan menciptakan standar kecantikan tidak realistis yang merusak citra diri.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |