Ciri-Ciri Ular Weling yang Berbisa Tinggi, Reptil Cantik tapi Mematikan

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta Ular weling (Bungarus candidus) merupakan salah satu reptil paling mematikan yang keberadaannya patut diwaspadai di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dikenal dengan pola belang hitam dan putih yang mencolok, ular ini seringkali disebut sebagai "reptil cantik tapi mematikan" karena bisanya yang sangat berbahaya. Memahami ciri-ciri ular weling yang berbisa tinggi menjadi krusial untuk mencegah insiden gigitan dan memastikan keselamatan.

Meskipun penampilannya menarik, ular weling memiliki bisa neurotoksin kuat yang secara langsung menyerang sistem saraf pusat. Racun ini dapat menyebabkan kelumpuhan progresif hingga gagal napas, yang berujung pada kematian jika tidak segera ditangani secara medis. Oleh karena itu, mengenali karakteristik fisik, habitat, dan perilakunya adalah langkah pertama dalam upaya mitigasi risiko.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam berbagai ciri-ciri ular weling yang berbisa tinggi, reptil cantik tapi mematikan. Informasi komprehensif ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap salah satu ular paling berbahaya di dunia, serta memberikan panduan untuk bertindak jika bertemu dengan reptil ini. Melansir dari berbagai sumber, Senin (10/11), simak ulasan informasinya berikut ini. 

1. Identifikasi Fisik Ular Weling

Ular weling (Bungarus candidus) sangat mudah dikenali berkat pola belang hitam dan putih yang mencolok di sepanjang tubuhnya, dari kepala hingga ujung ekor. Pola ini menjadi ciri khas utama yang membedakannya dari spesies ular lain. Umumnya, bagian perut ular weling berwarna putih polos tanpa corak, namun beberapa populasi, seperti di Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat, dapat menunjukkan variasi warna seperti hitam total atau noda hitam pada belang putihnya.

Panjang tubuh ular weling dewasa dapat mencapai sekitar 108 cm hingga 155 cm, menjadikannya ular berukuran sedang. Ekornya memiliki bentuk yang meruncing, berbeda dengan kerabatnya, ular welang (Bungarus fasciatus), yang memiliki ekor tumpul. Perbedaan ini penting untuk identifikasi yang akurat di lapangan.

Kepala ular weling berukuran relatif kecil dan berbentuk bulat atau oval, hampir tidak memiliki perbedaan yang jelas dengan lehernya. Matanya juga kecil dengan pupil berbentuk bulat. Sisik dorsal atau sisik punggung ular ini tersusun dalam 15 baris, dengan sisik vertebral atau sisik tengah yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan sisik-sisik lainnya.

2. Jenis Bisa dan Bahaya Mematikan Ular Weling

Ular weling termasuk dalam famili Elapidae, yang dikenal memiliki bisa sangat mematikan. Bisanya bersifat neurotoksin kuat, yang secara spesifik menargetkan dan merusak sistem saraf. Neurotoksin ini bekerja dengan menghambat transmisi sinyal dari otak ke seluruh tubuh, mengakibatkan kelumpuhan otot atau paralisis neuromuskular.

Efek paling berbahaya dari gigitan ular weling adalah paralisis pernapasan, di mana otot-otot pernapasan lumpuh. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal napas dan berujung pada kematian jika tidak segera mendapatkan penanganan medis. Tingkat kematian tanpa pengobatan (Untreated Mortality Rate) akibat gigitan ular weling pada manusia bisa mencapai 60-70%.

Bahkan, hanya dengan 1 miligram racun, ular weling mampu membunuh manusia dengan berat 75 kg. Dalam sekali gigitan, ular ini dapat menyuntikkan sekitar 5,4 miligram bisa. Gejala awal gigitan mungkin tidak langsung terasa parah, namun dapat meliputi mual, muntah, pusing, sakit kepala, diare, kelumpuhan, dan kejang.

Penting untuk segera mencari pertolongan medis darurat jika tergigit ular weling. Meskipun Indonesia belum memiliki antibisa monovalen khusus untuk ular weling, antibisa polivalen yang mengandung antibisa untuk Bungarus candidus dapat digunakan sebagai penanganan awal yang vital.

3. Habitat dan Persebaran Ular Weling

Ular weling dapat ditemukan di berbagai habitat, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Habitat utamanya sangat beragam, mencakup hutan, hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, hingga lahan pertanian. Kemampuan adaptasinya yang tinggi memungkinkan ular ini hidup di berbagai lingkungan.

Reptil ini juga sering ditemukan di sekitar permukiman manusia, area persawahan, ladang, dan dekat sumber air seperti sungai atau parit. Kehadiran ular weling di dekat aktivitas manusia meningkatkan risiko pertemuan dan gigitan. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada di area-area tersebut.

Secara geografis, ular weling tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Persebarannya meliputi negara-negara seperti Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, ular weling banyak ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, dan Bali.

Ular weling memiliki kecenderungan untuk mencari tempat yang gelap, lembap, dan tertutup sebagai tempat persembunyiannya. Mereka sering bersembunyi di bawah tumpukan dedaunan, bebatuan, puing-puing, atau di dalam lubang bekas hewan pengerat.

4. Perilaku Nokturnal dan Defensif Ular Weling

Ular weling dikenal sebagai hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif mencari mangsa dan berkeliaran pada malam hari. Pada siang hari, ular ini cenderung lebih pasif dan memilih untuk bersembunyi di tempat-tempat tersembunyi seperti di bawah kayu, batu, atau puing-puing. Perilaku ini membuat pertemuan dengan ular weling lebih mungkin terjadi pada malam hari.

Meskipun memiliki bisa yang sangat mematikan, ular weling umumnya tidak agresif dan cenderung menghindar dari manusia. Namun, jika merasa terganggu atau terancam, ular ini dapat menjadi sangat agresif. Mereka akan menyerang dengan gesit tanpa memberikan tanda peringatan yang jelas, berbeda dengan beberapa spesies ular lain.

Salah satu perilaku defensif unik dari ular weling adalah menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya saat merasa terancam. Kebanyakan kasus gigitan terjadi pada malam hari ketika ular ini tidak sengaja terinjak atau tertangani oleh manusia yang tidak menyadari keberadaannya. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat berjalan di area gelap.

Ular weling juga diketahui memiliki kecenderungan untuk kembali ke lokasi yang sama berulang kali, meskipun jarak pergerakan hariannya umumnya hanya sekitar 27 meter. Hal ini menunjukkan bahwa jika ular weling pernah terlihat di suatu tempat, kemungkinan besar ia akan kembali ke area tersebut.

5. Pola Makan Ular Weling

Ular weling adalah predator karnivora yang efisien dalam berburu mangsa. Makanan utamanya adalah ular jenis lain yang berukuran lebih kecil darinya, menunjukkan sifat kanibalistik yang khas. Ini menjadikannya predator puncak di ekosistemnya.

Selain ular kecil, weling juga memangsa berbagai hewan kecil lainnya. Mangsa umum meliputi kadal, tikus, dan katak. Sebagai pemburu aktif, ular weling biasanya melakukan perburuan pada malam hari, sejalan dengan sifat nokturnalnya.

Setelah menemukan mangsa, ular weling akan menyerang dengan gigitan berbisa untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya. Setelah mangsa tidak berdaya, ular ini akan menelannya secara utuh. Seperti kebanyakan ular, weling memiliki rahang yang sangat fleksibel dan dapat melebar untuk menelan mangsa yang ukurannya lebih besar dari diameter tubuhnya.

Beberapa penelitian dan observasi juga menunjukkan bahwa ular weling doyan memakan belut dan ikan. Fleksibilitas dalam diet ini membantu mereka bertahan hidup di berbagai habitat dan kondisi lingkungan.

6. Reproduksi Ular Weling

Ular weling berkembang biak dengan cara ovipar, yaitu dengan bertelur. Proses reproduksi ini merupakan karakteristik umum bagi banyak spesies ular. Induk ular weling biasanya menghasilkan telur dalam jumlah yang relatif kecil.

Dalam satu periode reproduksi, jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk ular weling berkisar antara 4 hingga 10 butir. Telur-telur ini umumnya akan menetas pada musim kemarau, yang mungkin berkaitan dengan kondisi lingkungan yang lebih mendukung kelangsungan hidup anakan.

Anakan ular weling yang baru menetas memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 27 hingga 29 cm. Meskipun masih kecil, warna sisik anakan ular weling sudah menyerupai ular dewasa. Mereka memiliki pola belang hitam dan putih yang khas sejak lahir, memungkinkan identifikasi dini.

Pertanyaan Umum Seputar Topik

1. Apa ciri fisik utama ular weling?

Jawaban: Ular weling memiliki pola belang hitam dan putih mencolok di tubuhnya, serta perut putih.

2. Seberapa berbahayakah bisa ular weling?

Jawaban: Bisanya bersifat neurotoksin kuat yang dapat menyebabkan kelumpuhan pernapasan dan kematian jika tidak ditangani.

3. Apa yang harus dilakukan jika digigit ular weling?

Jawaban: Segera cari pertolongan medis darurat karena gigitannya berpotensi fatal dan memerlukan penanganan cepat.

4. Di mana ular weling biasanya ditemukan?

Jawaban: Ular weling hidup di dataran rendah hingga 1.200 mdpl, termasuk hutan, perkebunan, permukiman, dan dekat sumber air.

5. Apakah ular weling agresif terhadap manusia?

Jawaban: Umumnya tidak agresif dan cenderung menghindar, namun bisa menyerang dengan gesit jika merasa terancam atau terganggu.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |