Liputan6.com, Jakarta Jenis ular yang penting untuk memangsa tikus menjadi solusi alami yang semakin dilirik untuk mengendalikan hama pengerat di area pertanian. Tikus sering menyebabkan kerugian panen besar, dan kehadiran predator alami seperti ular terbukti efektif menjaga populasinya tetap terkendali tanpa bergantung pada pestisida kimia.
Peran ular pemangsa tikus membantu petani mempertahankan hasil panen sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Artikel ini merangkum 12 jenis ular yang berkontribusi dalam pengendalian tikus, baik dari spesies tidak berbisa yang aman hingga jenis berbisa yang memerlukan kewaspadaan lebih.
1. Ular Sawah / Ular Tikus Besar (Ptyas mucosa)
Ular Sawah, atau yang dikenal juga sebagai Oriental Rat Snake, adalah salah satu predator tikus yang paling umum dan efektif di ekosistem pertanian, termasuk sawah. Ular ini memiliki ukuran yang cukup besar, dapat mencapai panjang hingga 3 meter, dan dikenal karena sifatnya yang lincah serta agresif saat berburu mangsa
Diet utamanya terdiri dari berbagai jenis hewan pengerat seperti tikus dan mencit, menjadikannya sekutu alami bagi petani dalam mengendalikan populasi hama. Ular ini tidak berbisa dan umumnya tidak berbahaya bagi manusia, meskipun dapat menggigit jika merasa terancam.
Keberadaan Ular Sawah di sawah sangat membantu mengurangi kerugian panen yang disebabkan oleh serangan tikus. Tidak heran apabila banyak masyarakat yang menjulukinya sebagai "Sahabat Petani Pembasmi Tikus" karena kontribusinya yang besar.
2. Ular Tikus Radiata (Coelognathus radiatus)
Ular Tikus Radiata, atau Radiated Rat Snake, adalah spesies ular tidak berbisa yang sering ditemukan di habitat pertanian, termasuk sawah dan perkebunan. Ular ini memiliki pola garis-garis hitam yang khas di bagian belakang kepalanya, menyerupai pola radiasi, dan dapat tumbuh hingga sekitar 1,5 meter.
Sebagai predator oportunistik, Ular Tikus Radiata secara aktif memburu tikus, mencit, dan hewan pengerat kecil lainnya, menjadikannya sangat berharga dalam pengendalian hama alami. Kehadirannya di sawah membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia.
Peran penting ular ini dalam ekosistem pertanian juga disorot. Di mana, menekankan bagaimana ular sawah menjadi sahabat petani.
3. Ular Jali (Ptyas korros)
Ular Jali, atau Indochinese Rat Snake, adalah ular tidak berbisa lain yang umum ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan sering mendiami area pertanian seperti sawah dan ladang. Ular ini memiliki tubuh ramping dengan warna cokelat keabu-abuan hingga zaitun, dan dapat mencapai panjang sekitar 2 meter.
Diet utamanya adalah tikus, katak, dan kadal, menjadikannya predator yang efektif untuk mengendalikan populasi hama di sawah. Sifatnya yang aktif di siang hari dan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan yang diubah manusia membuatnya menjadi aset berharga bagi petani.
4. Ular Lanang Sapi (Coelognathus flavolineatus)
Ular Lanang Sapi, juga dikenal sebagai Black Copper Rat Snake atau Yellow-striped Rat Snake, adalah ular tidak berbisa yang sering ditemukan di habitat hutan, perkebunan, dan area pertanian di Asia Tenggara. Ular ini memiliki tubuh yang kuat dengan warna dasar gelap dan seringkali memiliki garis kuning atau oranye di sepanjang tubuhnya, dapat tumbuh hingga 2 meter.
Mangsa utamanya adalah tikus, burung, dan kadal, menjadikannya predator yang efisien dalam mengendalikan hama pengerat di sekitar sawah dan lumbung padi. Meskipun tidak berbisa, ular ini dapat menjadi agresif jika merasa terpojok, namun perannya dalam ekosistem pertanian sangat positif.
5. Ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus)
Ular Sanca Kembang, atau Reticulated Python, adalah ular terpanjang di dunia dan salah satu predator puncak di habitatnya, termasuk di sekitar area pertanian dan pemukiman. Meskipun ukurannya sangat besar, ular ini adalah pemangsa tikus dan hewan pengerat lainnya yang sangat efektif, terutama tikus-tikus besar yang sulit ditangani oleh ular yang lebih kecil.
Ular ini tidak berbisa, membunuh mangsanya dengan cara melilit (konstriksi). Namun, karena ukurannya, Sanca Kembang juga dapat memangsa hewan ternak kecil seperti ayam atau anak babi, sehingga keberadaannya di dekat pemukiman petani perlu diwaspadai.
6. Ular Kobra (Naja sputatrix)
Ular Kobra, khususnya Kobra Penyembur Jawa (Naja sputatrix), adalah ular berbisa tinggi yang juga merupakan predator tikus yang sangat efisien di ekosistem pertanian. Meskipun sangat berbahaya karena bisanya yang neurotoksik dan sitotoksik, kobra memainkan peran penting dalam mengendalikan populasi tikus yang dapat merusak tanaman pangan.
Kobra sering ditemukan di sawah, ladang, dan area bersemak di dekat pemukiman, di mana mereka mencari mangsa seperti tikus, katak, dan ular lain. Petani harus sangat berhati-hati dan menghindari kontak langsung dengan ular ini karena gigitannya dapat berakibat fatal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pun telah mengeluarkan peringatan untuk waspada terhadap gigitan ular berbisa.
7. Ular Welang (Bungarus fasciatus)
Ular Welang, atau Banded Krait, adalah ular berbisa tinggi yang dikenal dengan pola belang kuning dan hitam yang mencolok di seluruh tubuhnya. Meskipun terkenal karena bisanya yang neurotoksik, Ular Welang juga merupakan predator tikus dan hewan pengerat lainnya, serta ular lain
Ular ini aktif di malam hari dan sering ditemukan di area pertanian, termasuk sawah, di mana ia dapat membantu mengendalikan populasi hama pengerat. Sama seperti kobra, keberadaan Ular Welang di sawah harus diwaspadai karena gigitannya sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kelumpuhan pernapasan. Pentingnya kewaspadaan terhadap ular berbisa juga ditekankan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia.
8. Ular Hijau Ekor Merah (Gonyosoma oxycephalum)
Ular Hijau Ekor Merah, atau Red-tailed Green Rat Snake, adalah ular tidak berbisa yang memiliki warna hijau cerah dengan ekor berwarna merah kecoklatan. Meskipun lebih sering ditemukan di pohon dan semak-semak, ular ini juga dapat ditemukan di sekitar area pertanian yang memiliki banyak vegetasi, di mana ia memangsa tikus, burung, dan kadal
Perannya dalam mengendalikan populasi tikus di area perbatasan hutan dan sawah sangat signifikan, terutama untuk tikus yang cenderung memanjat. Ular ini tidak berbahaya bagi manusia, meskipun dapat menggigit jika merasa terancam
9. Ular Padi (Xenochrophis piscator)
Ular Padi, atau Checkered Keelback, adalah ular semi-akuatik yang sangat umum ditemukan di sawah, kolam, dan saluran irigasi di seluruh Asia. Meskipun diet utamanya adalah ikan dan katak, Ular Padi juga diketahui memangsa tikus kecil dan hewan pengerat lainnya yang hidup di dekat air.
Ular ini memiliki pola kotak-kotak yang khas di punggungnya dan dapat tumbuh hingga sekitar 1 meter. Ular Padi memiliki bisa ringan (opisthoglyphous) yang umumnya tidak berbahaya bagi manusia, namun gigitannya dapat menyebabkan pembengkakan lokal.
Keberadaannya di sawah membantu mengendalikan tidak hanya tikus, tetapi juga populasi katak dan ikan yang berlebihan, menjadikannya bagian penting dari ekosistem.
10. Ular Cincin Emas (Boiga dendrophila)
Ular Cincin Emas, atau Mangrove Snake, adalah ular berbisa ringan (opisthoglyphous) yang dikenal dengan pola belang hitam dan kuning cerah. Meskipun namanya mengacu pada habitat mangrove, ular ini juga dapat ditemukan di hutan dataran rendah, perkebunan, dan bahkan di dekat pemukiman manusia, termasuk area pertanian.
Dietnya meliputi burung, kadal, dan mamalia kecil seperti tikus, menjadikannya predator yang berguna dalam mengendalikan hama pengerat di area yang lebih tinggi atau bervegetasi lebat di sekitar sawah. Bisanya umumnya tidak berbahaya bagi manusia, meskipun gigitannya dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan.
11. Ular Air Pelangi (Enhydris enhydris)
Ular Air Pelangi, atau Rainbow Water Snake, adalah ular semi-akuatik yang sangat umum di perairan tawar seperti sawah, parit, dan sungai di Asia Tenggara. Ular ini memiliki tubuh ramping dengan warna cokelat keabu-abuan dan seringkali memiliki kilau pelangi saat terkena cahaya.
Meskipun diet utamanya adalah ikan dan katak, Ular Air Pelangi juga diketahui memangsa tikus kecil dan hewan pengerat lain yang berani mendekati atau masuk ke dalam air. Ular ini tidak berbisa dan tidak berbahaya bagi manusia, menjadikannya salah satu ular yang paling aman untuk hidup berdampingan dengan petani di sawah.
12. Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma)
Ular Tanah, atau Malayan Pit Viper, adalah ular berbisa tinggi yang sangat umum ditemukan di area pertanian, perkebunan, dan hutan dataran rendah di Asia Tenggara. Ular ini memiliki warna cokelat kemerahan dengan pola segitiga gelap yang khas, dan dikenal karena kemampuannya berkamuflase dengan sangat baik di antara dedaunan kering atau tanah.
Sebagai predator penyergap, Ular Tanah adalah pemangsa tikus dan hewan pengerat lainnya yang sangat efektif, menjadikannya kontributor penting dalam pengendalian hama di sawah. Namun, ular ini sangat berbahaya karena bisanya yang hemotoksik dapat menyebabkan kerusakan jaringan parah, pendarahan, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat.
Petani harus sangat berhati-hati saat bekerja di sawah dan selalu menggunakan alas kaki pelindung untuk menghindari gigitan ular ini. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga mengingatkan akan bahaya gigitan ular berbisa.
People Also Ask
1. Mengapa ular penting bagi petani?
Jawaban: Ular berperan sebagai predator alami tikus dan hama pengerat lainnya, membantu petani mengendalikan populasi hama dan mengurangi kerugian panen secara alami.
2. Apakah semua ular pemakan tikus tidak berbisa?
Jawaban: Tidak semua. Beberapa jenis seperti Ular Sawah dan Ular Tikus Radiata tidak berbisa, namun ada juga yang berbisa tinggi seperti Kobra dan Ular Tanah.
3. Bagaimana petani dapat hidup berdampingan dengan ular di sawah?
Jawaban: Petani perlu mengenali jenis ular, menghindari kontak langsung dengan ular berbisa, dan menggunakan alas kaki pelindung saat bekerja di sawah.
4. Apa manfaat utama keberadaan ular di ekosistem pertanian?
Jawaban: Manfaat utamanya adalah pengendalian hama tikus secara alami, mengurangi penggunaan pestisida kimia, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5264140/original/093784400_1750839152-kain_brokat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5292218/original/061445900_1753247216-buah_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5426363/original/034852400_1764303033-Tanam_Pakcoy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2815500/original/083957300_1558773257-torch-ginger-177012_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4042754/original/094706200_1654358757-Screenshot_1983.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354635/original/026392700_1758260090-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5426288/original/053913600_1764300357-WhatsApp_Image_2025-11-28_at_09.23.42.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424592/original/068292300_1764148283-unnamed.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5391141/original/054525400_1761298749-lubang_ular.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5425842/original/038203600_1764239359-lokasi_yang_disukai_ular_membuat_sarang_di_kebun.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5413705/original/074337200_1763189513-outfit_minimalis_untuk_santai_dan_ke_kantor_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423186/original/028826800_1764055667-Gemini_Generated_Image_shvc4wshvc4wshvc.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5415177/original/071139800_1763362992-Gemini_Generated_Image_w9ld1tw9ld1tw9ld.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4687952/original/069680900_1702652722-daun_kelor.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2895086/original/038669600_1566980649-shutterstock_289900769.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5420457/original/010863800_1763784764-gamis_teal_8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5414142/original/065369200_1763265968-Hidangan_karedok_leunca.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423329/original/053706300_1764059361-king_kobra_dan_king_koros_4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379366/original/064024100_1760342880-Gemini_Generated_Image_k09528k09528k095.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4931672/original/017034300_1724931457-Ilustrasi_pupuk_kompos.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5309223/original/057654200_1754618968-Gemini_Generated_Image_ach8p1ach8p1ach8.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3619229/original/092418000_1635745733-roblox_2.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4876282/original/004384100_1719462261-fotor-ai-2024062711133.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5306633/original/043752800_1754443926-WhatsApp_Image_2025-08-06_at_08.24.05_e539a66a.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4411108/original/015184300_1682914955-kanchanara-fsSGgTBoX9Y-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5133410/original/3400_1739534894-DALL__E_2025-02-14_19.06.08_-_A_digital_illustration_of_stablecoins__featuring_Tether__USDT___USD_Coin__USDC___and_DAI._The_coins_are_displayed_in_a_futuristic_financial_setting_wi.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5287819/original/008534400_1752835565-unnamed__42_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5302300/original/036955800_1754019580-117ffdeb-da07-4da0-84f0-9c4f4eb5c9a8.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4740422/original/078699100_1707701814-fotor-ai-2024021283356.jpg)