Liputan6.com, Jakarta - CEO Tether, Paolo Ardoino membantah rumor terbaru kalau penerbit stablecoin itu melepas kepemilikan bitcoin-nya untuk membeli emas.
Di sebuah unggahan di platform X dahulu bernama Twitter pada Minggu,CEO Tether Ardoino menuturkan, perusahaan itu tidak menjual bitcoin apapun.Ia juga kembali menegaskan strateginya untuk mengalokasikan keuntungan ke aset antara lain bitcoin, emas dan tanah. Demikian mengutip dari Google Finance dari Cointelegraph, Senin (8/9/2025).
Komentar itu menanggpi spekulasi dari YouTuber Clive Thompson yang mengutip data atestasi tether pada kuartal I dan kuartal II 2025 dari BDO yang mengklaim perusahaan itu telah mengurangi posisi bitcoin.
Thompson menunjukkan penurunan dari 92.650 bitcoin (BTC) pada kuartal I menjadi 83.274 pada kuartal II sebagai bukti aksi jual.
Namun, CEO Jan3 Samson Mow membantah klaim tersebut. Ia mencatat tether mentransfer 19.800 BTC ke Twenty One Capital (XXI) selama periode sama itu. Hal itu termasuk 14.000 BTC yang dikirim pada Juni dan 5.800 BTC lainnya pada Juli 2025.
Tether memindahkan USD 3,9 miliar BTC ke XXI
Pada awal Juni, Tether memindahkan lebih dari 37.000 BTC senilai USD 3,9 miliar atau Rp 63,62 triliun melalui berbagai transaksi untuk mendukung XXI, platform keuangan berbasis bitcoin yang dipimpin oleh CEO Strike Jack Mallers.
"Jika transfer ini diperhitungkan, Tether akan memiliki 4.624 BTC lebih banyak daripada di akhir kuartal pertama,” ujar Mow.
Ia menambahkan, perusahaan tersebut justru meningkatkan kepemilikan bersihnya.
Ardoino sependapat dengan penjelasan tersebut, dengan mengatakan bahwa Bitcoin dipindahkan, bukan dijual. “Sementara dunia terus memburuk, Tether akan terus menginvestasikan sebagian keuntungannya ke aset yang aman,” tulisnya.
Tether, penerbit stablecoin USDt, memiliki lebih dari 100.521 BTC, senilai sekitar USD 11,17 miliar atau Rp 181,22 triliun, menurut data dari BitcoinTreasuries.NET.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
China Luncurkan Proyek Penelitian Risiko Stablecoin
Sebelumnya, The National Natural Science Foundation China (NSFC) atau Yayasan Ilmu Pengetahuan Alam Nasional China mengumumkan peluncuran Proyek Manajemen Darurat Fase 3 2025 dengan fokus pada tata kelola risiko stablecoin global. Proyek ini menyediakan dana penelitian hingga 300.000 yuan.
Dikutip dari coinmarketcap, Sabtu (6/9/2025), program ini bertujuan memperdalam pemahaman akademis tentang dampak stablecoin terhadap sistem keuangan global, meski saat ini belum memiliki implikasi langsung terhadap pasar.
Tema penelitian yang ditawarkan mencakup struktur stablecoin, transmisi risiko, serta potensi kerangka regulasi di masa depan.
Rincian Proyek
- Pendanaan: Maksimal 300.000 yuan untuk keseluruhan proyek.
- Alokasi per subtema: Tidak lebih dari 200.000 yuan.
- Durasi riset: 10–12 bulan.Batas pengajuan proposal: 9 Oktober 2025.
Baik individu maupun tim dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan dana riset ini. Proposal yang diterima akan didukung penuh dengan sumber daya akademik NSFC.
Fokus Akademis, Belum Ada Pernyataan Regulator
Hingga kini, belum ada komentar resmi dari regulator atau pemerintah terkait proyek ini. Namun, keterlibatan komunitas riset menunjukkan inisiatif ini bisa menjadi pijakan penting dalam merumuskan kebijakan keuangan digital di masa depan.
Eksplorasi NSFC terhadap stablecoin sebenarnya bukan hal baru. Penelitian serupa pada tahun-tahun sebelumnya telah membantu membentuk wawasan regulasi di Tiongkok dan mendorong diskusi yang lebih luas di tingkat global.
Para analis meyakini riset ini dapat memberikan arahan bagi praktik regulasi stablecoin di masa depan, sekaligus membuka peluang kerja sama keuangan internasional yang lebih erat.