Liputan6.com, Jakarta - Pasar mata uang kripto cenderung mengikuti siklus empat tahunan, biasanya terdiri dari satu hingga dua tahun tren bullish (kenaikan). Saat ini, pasar diperkirakan mendekati akhir siklus ini. Salah satu indikator teknis paling handal untuk mendeteksi fase ini adalah Bollinger Bands bulanan.
Dikutip dari coinmarketcap, Selasa (9/9/2025), Bitcoin kini diperdagangkan sekitar USD 82.000, atau sekitar 30% di atas rata-rata pergerakan bulanan Bollinger Bands. Artinya, ruang untuk kenaikan lebih lanjut semakin terbatas sebelum kemungkinan terjadi pembalikan harga besar.
Sementara itu, altcoin memiliki margin yang lebih sempit, dengan deviasi hanya 10% dari level kritis.
Indeks Kekuatan Relatif (RSI) bulanan juga mendekati zona jenuh beli (antara 80–90). Sejarah menunjukkan bahwa level ini sering menandai puncak siklus.
Pergeseran modal dari Bitcoin ke Ethereum dan altcoin besar lainnya memperkuat indikasi bahwa kita berada di fase bull run terakhir.
Koreksi Tajam Bisa Terjadi Kapan Saja
Beberapa faktor berpotensi memicu penurunan harga yang tajam:
Regulasi Stablecoin: Departemen Keuangan AS mempertimbangkan kewajiban KYC untuk semua aktivitas stablecoin. Dengan periode komentar publik yang diperpanjang hingga Oktober 2025, aturan ini dapat mengganggu ekosistem kripto.
Ketegangan Geopolitik: Akhir jeda perdagangan AS-Tiongkok pada November berpotensi memicu kembali perang tarif. Eskalasi antara Tiongkok dan Taiwan juga tetap menjadi risiko.
Likuidasi Leverage: Banyak perusahaan treasury kripto dengan miliaran Bitcoin dan Ethereum menghadapi likuidasi. Penjualan paksa ini bisa berlangsung lama dan berbeda dari koreksi teknikal klasik.
Strategi: Ambil Untung Secara Bertahap
Bitcoin: Setelah merealisasikan sebagian besar keuntungan siklus, strategi terbaik adalah mengambil untung secara bertahap. Sejarah menunjukkan bahwa mengambil untung lebih awal biasanya lebih aman daripada menunggu terlalu lama.
Altcoin: Ethereum dan Solana masih memiliki potensi kenaikan, meski mulai mengikuti tren Bitcoin. Menjual sebagian di level resistensi penting memungkinkan investor mengamankan keuntungan sambil tetap mengekspos diri terhadap reli akhir siklus.
Toleransi risiko pribadi menjadi kunci. Investor jangka panjang dengan portofolio terdiversifikasi bisa mempertahankan posisi. Sebaliknya, yang memiliki modal terbatas atau risiko rendah sebaiknya fokus mengamankan keuntungan.
Ethereum dan Tantangan Institusional
Ethereum menghadapi persaingan dari blockchain lain seperti Solana, yang menawarkan efisiensi lebih tinggi. Selain itu, perusahaan fintech dan penerbit stablecoin mulai meluncurkan blockchain yang kompatibel dengan Ethereum Virtual Machine (EVM), merebut sebagian nilai dari Ethereum.
Dominasi institusional juga menjadi risiko. BlackRock, misalnya, menguasai 3,5 juta ETH melalui ETF—sekitar 55% dari total pasar ETF Ethereum. Jika staking diperbolehkan untuk produk ini, validasi jaringan bisa terkonsentrasi di lembaga tradisional, mengurangi desentralisasi. Akibatnya, Ethereum berpotensi menjadi lebih terkontrol dan kurang tahan sensor.
Potensi Terendah Bitcoin
Sejarah menunjukkan Bitcoin jarang jatuh di bawah puncak siklus sebelumnya. Dengan puncak sebelumnya di sekitar USD 70.000, harga terendah kemungkinan akan mendekati level ini, plus-minus USD 10.000, tergantung intensitas likuidasi.
Sentimen pasar menjadi indikator penting: harga terendah biasanya tercapai saat sebagian besar investor merasa “semua sudah berakhir.” Kapitulasi akhir ini sering diikuti likuidasi besar akibat overleverage.
Altcoin bisa mengalami koreksi hingga 90–95% dari puncak siklusnya. Namun, proyek solid dengan tim aktif dan komunitas yang kuat tetap memiliki peluang pemulihan di siklus bull berikutnya.