Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto kembali menghadapi Red September atau September Merah, istilah yang kerap dipakai karena bulan ini secara historis menjadi periode terburuk bagi aset digital. Setelah sempat menunjukkan awal yang menjanjikan, tren justru berbalik tajam.
Bitcoin, Ethereum, hingga Dogecoin kompak melemah, menandakan momentum bullish (penguatan) sudah habis.
Dikutip dari coinmarketcap, Selasa (23/9/2025), awal pekan ini, Bitcoin ditutup di level USD 112.769 atau kurang lebih Rp 1,84 miliar (estimasi kurs Rp 16.300 per USD), turun 2,19% dalam sehari.
Bahkan, harga Bitcoin sempat jatuh lebih dalam ke USD 111.986 akibat gelombang likuidasi besar-besaran. Jika harga kembali terkoreksi sekitar 4%, maka September resmi masuk ke zona merah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto turun 3,8% hingga kembali berada di bawah USD 4 triliun. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pasar saham AS, di mana indeks S&P 500 justru naik 0,5% ke 6.690 poin, menunjukkan perbedaan arah yang cukup tajam.
Indikator Teknis
Beberapa indikator teknis juga memperlihatkan melemahnya tren kripto:
- RSI (Relative Strength Index): berada di level 44, tanda momentum melemah karena penjual masih dominan.
- ADX (Average Directional Index): di level 17, menandakan pasar belum punya arah tren yang jelas.
- EMA (Exponential Moving Average): meski struktur jangka panjang masih bullish (EMA50 > EMA200), harga saat ini sudah di bawah EMA50, kondisi yang kurang menguntungkan bagi pembeli.
- Momentum Squeeze: menunjukkan fase konsolidasi, yang biasanya menjadi pertanda pergerakan tajam berikutnya.
Untuk jangka pendek, level teknis penting yang perlu diperhatikan:
- Support: USD 111.000 dan USD 108.500
- Resistance: USD 115.000 (rebound cepat) dan USD 118.000 (pembalikan tren lebih kuat)
Sentimen Investor Mulai Ragu
Dari sisi psikologis pasar, Indeks Ketakutan & Keserakahan Kripto turun ke skor 45 — level terendah bulan ini. Meski masih netral, tren ini menunjukkan investor makin berhati-hati.
Menariknya, sebagian pelaku pasar masih optimistis akan ada rebound. Namun data on-chain serta pergerakan harga justru menggambarkan risiko koreksi lebih lanjut. Perbedaan pandangan ini membuat pasar kripto tampak terpecah belah.
Sementara itu, perbandingan dengan pasar saham makin kontras. S&P 500 mendekati rekor tertinggi, sedangkan kripto justru terseret ke bawah. Fenomena "decoupling" ini bisa jadi mencerminkan pergeseran modal ke aset yang lebih stabil, atau meningkatnya penghindaran risiko terhadap kripto yang cenderung volatil.
Ke Mana Arah Berikutnya?
Dalam jangka pendek, jika support di kisaran US$112.000 jebol, Bitcoin berpotensi turun lebih jauh menuju USD 108.500 bahkan USD 105.000.
Namun dalam jangka menengah, arah pasar masih akan ditentukan oleh apakah Bitcoin mampu menjaga struktur bullish di rata-rata pergerakan jangka panjangnya.