Liputan6.com, Jakarta - Meskipun banyak pedagang kripto menaruh harapan besar pada pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) di September, situasi pasar kripto kali ini jauh lebih rumit. Biasanya, penurunan suku bunga akan mendorong investor untuk mengambil risiko, yang menguntungkan aset seperti Bitcoin dan Ethereum.
Namun, ada beberapa faktor yang bisa menghalangi pergerakan bullish tersebut.
Dikutip dari coinmarketcap, Minggu (7/9/2025), salah satu faktor utama yang menekan pasar kripto adalah imbal hasil obligasi pemerintah yang masih tinggi.
Imbal hasil obligasi AS 30 tahun mendekati 4,98%, sementara di Inggris angkanya mencapai 5,69%. Angka ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Ketika imbal hasil obligasi naik, investor mendapatkan imbal hasil yang lebih pasti dari utang pemerintah. Obligasi yang dianggap sebagai aset aman (safe haven) ini menjadi lebih menarik daripada taruhan berisiko di pasar kripto.
Hal ini membuat investor cenderung memindahkan dananya dari aset berisiko ke aset yang lebih aman, sehingga menghambat aliran dana ke aset digital.
Imbal hasil yang tinggi juga memengaruhi cara investor menilai keuntungan masa depan. Mereka menggunakan tingkat diskonto, di mana tingkat diskonto yang lebih tinggi membuat keuntungan di masa mendatang kurang berharga. Karena kripto sering dianggap sebagai investasi jangka panjang yang berisiko, aset ini menjadi kurang menarik saat imbal hasil obligasi naik.
Selain itu, tingginya imbal hasil juga menaikkan biaya pinjaman, yang merugikan para pedagang yang menggunakan leverage dan memaksa mereka mengurangi posisi, sehingga menekan permintaan.
Kondisi Global dan Aliran Modal yang Berbeda
Faktor lain yang membuat pasar kripto gelisah adalah kondisi ekonomi global. Meskipun The Fed memangkas suku bunga, bank sentral di negara lain, terutama di Eropa, mungkin tidak akan mengikutinya dalam waktu dekat karena inflasi di sana masih tinggi.
Jika Eropa mempertahankan suku bunga tinggi sementara The Fed memangkasnya, imbal hasil global secara keseluruhan akan tetap kuat. Kondisi ini membuat investor global membandingkan imbal hasil di berbagai wilayah dan cenderung mengarahkan modal ke aset yang aman. Aliran modal ini melemahkan potensi reli besar di pasar kripto.
Selain itu, AS juga menjual obligasi Treasury dalam jumlah besar, yang membuat investor menuntut imbal hasil lebih tinggi. Hal ini menaikkan suku bunga jangka panjang, meskipun suku bunga jangka pendek dipangkas oleh The Fed.
Secara praktis, kebijakan moneter The Fed terasa kurang efektif karena likuiditas tidak membaik sebanyak yang diharapkan.
Kondisi ini menciptakan sinyal yang membingungkan bagi pasar dan berpotensi memicu pergerakan sideways atau bahkan penurunan harga.
Emas Menguat, Bitcoin Terabaikan
Saat ini, emas telah mencapai titik tertinggi baru, menunjukkan bahwa investor sedang mencari aset yang aman. Dalam kondisi pasar risk-on, sebagian uang ini biasanya akan mengalir ke Bitcoin atau Ethereum. Namun, kali ini, emas berhasil menangkap aliran dana tersebut.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa investor belum sepenuhnya yakin bahwa pemangkasan suku bunga The Fed saja bisa membuat kondisi ekonomi global lebih aman. Jika mereka percaya, lebih banyak modal akan mengambil risiko di pasar kripto. Sebaliknya, mereka beralih ke aset safe haven tertua.
Selama imbal hasil obligasi jangka panjang tidak turun dan inflasi tetap tinggi, sentimen menghindari risiko ini akan terus bertahan.
Oleh karena itu, pemangkasan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi pada bulan September mungkin lebih terlihat seperti tanda peringatan bagi para pedagang, alih-alih lampu hijau untuk membeli.
Meskipun ETF Bitcoin dan Ethereum bisa memberikan sedikit dukungan, arus masuk modal diperkirakan akan tetap berhati-hati.