Liputan6.com, Jakarta Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) merupakan salah satu kondisi kesehatan mental kompleks yang memengaruhi cara seseorang memandang diri sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan. Kondisi ini ditandai dengan pola perilaku dan pemikiran yang khas, seringkali melibatkan perasaan superioritas yang berlebihan serta kebutuhan intens akan kekaguman. Penting untuk memahami ciri-ciri orang dengan NPD agar dapat mengenali dan menangani interaksi dengan individu yang mungkin memiliki kondisi ini.
NPD dapat menyebabkan kesulitan signifikan dalam menjalin dan mempertahankan hubungan pribadi maupun profesional, karena penderitanya seringkali kurang memiliki empati terhadap perasaan orang lain. Mereka mungkin tidak menyadari dampak perilaku mereka terhadap orang-orang di sekitarnya.
Pembahasan ini akan mencakup perspektif dari berbagai sumber terkemuka seperti kriteria diagnostik internasional dan panduan dari organisasi kesehatan global serta nasional. Dengan informasi yang akurat dan terstruktur, diharapkan pembaca dapat lebih memahami kompleksitas NPD dan pentingnya penanganan yang tepat. Lantas bagaimana ciri-ciri orang dengan NPD? Mengutip dari berbagai sumber, Selasa (22/7), simak ulasan informasinya berikut ini.
Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD) adalah salah satu jenis gangguan mental yang memengaruhi cara seseorang memandang diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan perasaan superioritas yang berlebihan, kebutuhan yang intens akan kekaguman, dan kurangnya empati terhadap perasaan orang lain. Menurut Alodokter, Narcissistic personality disorder (NPD) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan rasa percaya diri terlalu tinggi, sikap manipulatif, serta 'haus' perhatian dan kekaguman.
American Psychiatric Association juga menjelaskan bahwa NPD adalah salah satu jenis gangguan mental di mana seseorang memiliki rasa ego yang sangat tinggi, kebutuhan berlebihan untuk dikagumi, dan kurangnya empati terhadap orang lain. NPD termasuk dalam kelompok gangguan kepribadian Klaster B, yang seringkali ditandai dengan perilaku dramatis, emosional, atau tidak menentu. Gejala NPD umumnya mulai terlihat pada usia remaja hingga awal masa dewasa.
Banyak penderita NPD tidak menyadari kondisi yang dialaminya, sehingga hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, penderita NPD juga sering kali sulit untuk berhubungan baik dengan orang lain. Kurangnya kesadaran ini menjadi tantangan utama dalam proses diagnosis dan penanganan.
Ciri-Ciri Orang dengan NPD Berdasarkan Kriteria Umum (DSM-5-TR)
Ciri-ciri orang dengan NPD didasarkan pada kriteria diagnostik yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, Text Revision (DSM-5-TR) oleh American Psychiatric Association. Seseorang didiagnosis NPD jika menunjukkan setidaknya lima dari sembilan kriteria berikut:
- Rasa Penting Diri yang Berlebihan (Grandiositas): Mereka melebih-lebihkan pencapaian dan bakatnya, serta mengharapkan untuk diakui sebagai superior tanpa pencapaian yang sepadan.
- Preokupasi dengan Fantasi: Pikiran mereka dipenuhi fantasi tentang kesuksesan tanpa batas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta yang ideal.
- Keyakinan Diri yang Unik dan Spesial: Mereka percaya bahwa diri mereka spesial dan unik, serta hanya dapat dipahami oleh orang-orang atau institusi berstatus tinggi lainnya.
- Kebutuhan Berlebihan akan Kekaguman: Mereka memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk dikagumi dan dipuji.
- Rasa Berhak (Entitlement): Mereka memiliki harapan yang tidak masuk akal untuk mendapatkan perlakuan istimewa atau kepatuhan otomatis dari orang lain.
- Memanfaatkan Orang Lain: Mereka cenderung memanfaatkan atau mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuan pribadi mereka.
- Kurangnya Empati: Mereka tidak mau atau tidak mampu mengenali atau mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Iri Hati: Mereka sering merasa iri terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain iri terhadap mereka.
- Perilaku atau Sikap Arogan dan Sombong: Mereka menunjukkan perilaku atau sikap yang angkuh dan merendahkan.
Selain kriteria diagnostik tersebut, penderita NPD juga sering menolak kritik dan selalu merasa benar, serta suka mencari perhatian. Meskipun tidak menunjukkannya secara lahiriah, mereka mungkin merasakan kecemasan, ketidakmampuan, keraguan, dan kehampaan di dalam diri. Perasaan-perasaan ini seringkali ditutupi dengan mencari validasi dan kekaguman dari orang lain secara terus-menerus.
Ciri-Ciri Orang dengan NPD Menurut WHO dan Kemenkes Indonesia
Klasifikasi Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) oleh organisasi kesehatan global dan nasional memiliki pendekatan yang sedikit berbeda namun esensinya tetap sama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menggunakan International Classification of Diseases (ICD), NPD tidak terdaftar sebagai gangguan kepribadian yang terpisah dalam ICD-10. Sebaliknya, kondisi ini termasuk dalam kategori "Gangguan Kepribadian Spesifik Lainnya" (F60.8).
Namun, ICD-11, versi terbaru, telah merevisi klasifikasi gangguan kepribadian menjadi model dimensional yang berfokus pada tingkat keparahan disfungsi kepribadian dan pola sifat yang menonjol, daripada kategori diskrit. Meskipun ICD-11 tidak secara eksplisit mencantumkan "Narsistik" sebagai diagnosis terpisah seperti DSM-5, ciri-ciri yang terkait dengan NPD (seperti grandiositas, kurangnya empati, dan kebutuhan akan kekaguman) akan dinilai sebagai bagian dari pola sifat kepribadian yang disfungsional.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengacu pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), yang merupakan adaptasi dari ICD. PPDGJ III (adaptasi ICD-10) juga tidak secara spesifik mencantumkan NPD sebagai diagnosis terpisah, melainkan mengelompokkannya dalam kategori gangguan kepribadian lainnya yang tidak spesifik.
Namun, situs-situs kesehatan di Indonesia yang berafiliasi dengan Kemenkes atau yang sering menjadi rujukan, seperti Halodoc dan Alodokter, menjelaskan ciri-ciri NPD sesuai dengan kriteria DSM-5. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun PPDGJ mungkin tidak memiliki kategori spesifik, pemahaman klinis di Indonesia mengenai NPD sejalan dengan kriteria internasional yang lebih dikenal (DSM-5), seperti yang disebutkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Penyebab Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
Penyebab pasti Gangguan Kepribadian Narsistik belum sepenuhnya dipahami, namun diyakini melibatkan kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan biologis. Menurut konsensus medis global yang diakui oleh WHO, faktor genetik dan biologis berperan, seperti riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau perbedaan dalam cara kerja otak. American Psychiatric Association menyebutkan, penyebab NPD belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang berkontribusi meliputi. Seperti genetik & biologis hingga riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian.
Faktor lingkungan, terutama pola asuh, juga sangat berpengaruh. Pola asuh yang terlalu memanjakan atau memuji berlebihan tanpa dasar realistis dapat mengembangkan rasa superioritas yang tidak sehat pada anak. Sebaliknya, pengabaian emosional, kritik berlebihan, atau trauma psikologis seperti pelecehan di masa kecil juga dapat memicu NPD sebagai mekanisme pertahanan diri.
Kementerian Kesehatan Indonesia, melalui berbagai situs kesehatan, juga mengakui bahwa penyebab NPD tidak tunggal. Faktor-faktor yang disebutkan serupa dengan konsensus global, termasuk pola asuh orang tua yang tidak tepat (terlalu memanjakan, terlalu mengkritik, atau terlalu mengelukan), genetika, trauma fisik atau verbal di masa kanak-kanak, serta perbedaan struktur otak yang memengaruhi perilaku.
Cara Mengatasi Orang dengan NPD
Mengatasi orang dengan NPD bisa menjadi tantangan karena penderita seringkali tidak menyadari atau tidak mengakui bahwa mereka memiliki masalah, yang dikenal sebagai egosintonik. WHO dan komunitas medis global menekankan bahwa psikoterapi adalah metode pengobatan utama untuk NPD. Terapi bicara, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi psikodinamik, dapat membantu individu dengan NPD mengembangkan empati, mengelola emosi, meningkatkan keterampilan interpersonal, dan mengatasi kerentanan diri yang mendasari grandiositas.
Meskipun demikian, pengobatan NPD seringkali sulit karena penderita mungkin tidak menganggap diri mereka memiliki masalah. Meskipun tidak mudah diobati, terapi psikologis dapat membantu penderita mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Selain psikoterapi, obat-obatan mungkin diresepkan untuk mengatasi gejala komorbid seperti depresi atau kecemasan yang sering menyertai NPD.
Kemenkes Indonesia juga merekomendasikan psikoterapi sebagai penanganan utama. Selain itu, penting untuk menerapkan pendekatan non-judgemental saat berinteraksi dengan penderita NPD, mencoba memvalidasi perasaan mereka, dan menunjukkan pengertian. Bagi orang-orang di sekitar penderita, penting untuk membangun batasan sehat dan mendorong penderita mencari bantuan profesional, terutama jika mereka mengalami masalah lain yang membuat mereka mau mencari pertolongan.
Cara Mencegah Sifat Narsistik (NPD)
Pencegahan gangguan kepribadian, termasuk NPD, berfokus pada intervensi dini dan pengembangan lingkungan yang mendukung pertumbuhan psikologis yang sehat, terutama di masa kanak-kanak. WHO tidak mengeluarkan pedoman pencegahan spesifik untuk NPD, namun prinsip-prinsip kesehatan mental anak dan remaja yang direkomendasikan secara luas dapat berkontribusi pada pencegahan sifat narsistik yang maladaptif. Ini termasuk mendorong pola asuh yang seimbang, memberikan pujian yang realistis, dan dukungan emosional tanpa terlalu memanjakan atau mengabaikan, yang membantu anak mengembangkan harga diri yang sehat dan empati.
Mengajarkan empati dan keterampilan sosial sejak dini juga krusial untuk mencegah sifat narsistik yang merugikan. Selain itu, mengelola stres dan trauma di masa kanak-kanak dapat mengurangi risiko perkembangan gangguan kepribadian. Promosi kesehatan mental di lingkungan keluarga dan sosial, di mana anak-anak merasa aman untuk mengekspresikan diri dan belajar dari kesalahan tanpa takut dihakimi berlebihan, sangat dianjurkan.
Kementerian Kesehatan Indonesia, melalui berbagai sumber informasi kesehatan, juga menekankan pentingnya pola asuh yang tepat sebagai kunci pencegahan. Orang tua disarankan untuk memberikan pujian yang proporsional dan tidak berlebihan, serta tidak meremehkan atau mengkritik anak secara destruktif. Memastikan anak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang memadai, serta menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan atau pengabaian, juga merupakan langkah penting dalam membentuk kepribadian yang stabil dan mencegah sifat narsistik.
People Also Ask
1. Apa itu Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)?
Jawaban: NPD adalah gangguan mental ditandai perasaan superioritas berlebihan, kebutuhan intens akan kekaguman, dan kurangnya empati terhadap orang lain.
2. Apa saja ciri-ciri utama orang dengan NPD?
Jawaban: Ciri-ciri utama meliputi rasa penting diri berlebihan, fantasi kesuksesan, kebutuhan kekaguman, kurang empati, dan perilaku arogan.
3. Bagaimana NPD didiagnosis?
Jawaban: Diagnosis didasarkan pada setidaknya lima dari sembilan kriteria DSM-5-TR, seperti grandiositas dan memanfaatkan orang lain.
4. Apa penyebab NPD?
Jawaban: Penyebab NPD melibatkan kombinasi faktor genetik, pola asuh (terlalu memanjakan atau mengabaikan), dan trauma psikologis di masa kecil.
5. Bagaimana cara mengatasi atau menangani NPD?
Jawaban: Penanganan utama adalah psikoterapi, terkadang didukung obat untuk gejala komorbid, serta pendekatan non-judgemental dan batasan sehat.